Alone

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Harry merasa tahun ini akan menjadi tahun yang benar-benar kosong. 

Maksudnya, bahkan saat ia mencari kompartement, ia melakukannya sendirian karena Ron juga Hermione yang terpilih menjadi Prefect asrama sekarang berada di gerbong khusus prefect. Semua orang menjauhinya, sepertinya berita tentang kasusnya lebih cepat menyebar dari yang ia sangka.

Menemukan sebuah kompartement kosong, Harry memasukinya dengan langkah gontai. Ia duduk di salah satu kursi dan melihat kearah kursi lainnya yang kosong. Seketika, ia merindukan kedua sahabatnya itu meski baru berpisah selama beberapa menit. Hermione mengatakan mereka tidak harus berada di kompartement prefect sepanjang jalan.

Mereka hanya butuh mendengarkan intruksi dari kepala murid lelaki dan perempuan kemudian berpatroli di koridor dari waktu ke waktu. 

"Harry," Harry bergerak dari posisinya yang tampak menyender pada kaca kereta, menemukan Regulus yang membuka pintu kompartement, "kau sendiri?"

Harry mengangguk, sedikit lega setidaknya ia tidak sendiri. Terlebih yang ada didepannya adalah Regulus yang tidak akan mungkin mengganggu atau mengejeknya. Regulus segera menempati tempat duduk didepan Harry dan menatap kearah adiknya yang tampak benar-benar kurang tidur.

Sebenarnya ia tadi bertemu dengan Ron dan Hermione yang mengatakan jika Harry tidak tidur nyenyak saat berada di kediaman Black. Tidak menghiraukan jika ia juga berada di posisi yang sama, Regulus jauh lebih mencemaskan adiknya. 

"Tidurlah..."

...

"Kau tidak dalam posisi yang bisa mengatakan itu," Harry tampak menghela napas dan mendengus. Regulus mengetahui keadaan Harry dan Ron juga Hermione, sementara Hermione memberitahu keadaan Regulus pada Harry. Regulus tampak menghela napas, Harry tampak terdiam selama beberapa saat, "Maafkan aku."

"Untuk apa?"

"Aku tidak bisa melakukan apapun saat itu," Harry tidak perlu mengatakan saat itu kapan untuk Regulus tahu. Ia diam, melihat Harry mengira jika pemuda itu tidak bisa tidur karena bayang-bayang perasaan bersalah karena membiarkan Cedric terbunuh. Sebenarnya memang itu, namun akhir-akhir ini setiap ia tertidur, sosok Voldemort selalu membayanginya. Regulus menghela napas, ia mengusap pelan kepala Harry.

"Kau tahu itu bukan salahmu kan? Tidak akan ada yang tahu jika Professor Moody yang ternyata Barty Jr. itu akan menyabotasi pertandingan," Regulus memaksakan dirinya menarik ujung bibirnya. membentuk senyuman tipis, "tidak akan ada yang tahu jika malam itu akan terjadi hal seperti... itu."

Kembali mereka berdua terdiam. Harry memperhatikan beberapa kali Regulus melamun, masih memikirkan sesuatu yang ia yakin adalah Cedric.

"Aku mendengar tentang ciumanmu dengan Cedric.."

Regulus terdiam, ia berkedip dua kali sebelum menoleh kearah Harry.

"Moaning Myrtle yang menceritakan padaku saat aku mencari tahu petunjuk task kedua," Harry tampak menatap dengan tatapan penuh arti kearah Regulus yang tidak mendapatkan kata-kata untuk membela diri, "saat itu busa-busa yang sudah semakin sedikit membuatku bisa melihat dengan jelas ciuman panas mereka berdua dibawah air."

"Oh god, hentikan itu," Regulus menutup wajahnya dengan sebelah tangan dan mengibaskan tangannya untuk menghentikan Harry yang menirukan suara nada tinggi dari hantu murid Hogwarts tersebut dan kini tampak menahan tawanya melihat reaksi Regulus.

"Bagaimana denganmu dan bocah Malfoy itu sendiri?" Regulus berusaha untuk membalas apa yang dilakukan oleh Harry dengan menanyakan tentang hubungan Harry dan Draco. Namun, saat melihat reaksi Harry, ia tahu ia menanyakan hal yang salah, "ada apa? Apa yang dilakukan oleh bocah itu?"

"Tidak... tidak ada," campur aduk perasaan Harry, ia merasakan sesuatu saat bersama dengan Draco, namun saat menyadari perasaannya itu, ia malah menemukan fakta jika Lucius yang merupakan ayah dari Draco adalah Death Eater. Ia tidak mengatakan hal itu pada siapapun.

"Harry..."

Harry melihat Regulus yang menatapnya tajam, namun suara pintu kompartement yang terbuka menyelamatkannya. Neville tampak berada disana bersama dengan seorang gadis berambut putih panjang yang membaca buku terbalik.

"Uh, kompartement lainnya penuh. Apakah kami boleh duduk disini Harry?" Harry menoleh pada Neville seolah ia menemukan penyelamat. Neville sendiri tampaknya tidak begitu peduli dengan berita tentang Harry, tidak ada rasa takut ataupun kesal dengan Harry.

"Duduk saja."

Keheningan terjadi di kompartemen itu, saat gadis berambut pirang kotor sepinggang yang terurai, alis mata yang sangat pucat dan mata menonjol yang memberikan penampilan terkejut yang permanen itu memilih diam begitu juga dengan Neville. Sementara Regulus masih melihat Harry meminta penjelasan dan Harry memalingkan wajahnya tidak mau bertatapan dengan Regulus.

"Eeeh... Harry tebak apa yang kudapatkan saat hari ulang tahunku," Neville mencoba untuk mencairkan suasana yang canggung itu dengan pertanyaan random.

"Remembrall?"

"Bukan," kata Neville, "walaupun aku memang membutuhkannya satu, aku menghilangkan yang lama sudah sejak lama sekali. Bukan, lihat ini."

Neville menyisipkan tangan yang tidak sedang mempertahankan genggaman erat pada kataknya ke dalam tas sekolahnya, dan setelah sedikit merogoh, ia menarik keluar apa yang tampak seperti sebuah kaktus kelabu kecil dalam pot, kecuali ia ditutupi benda yang lebih mirip bisul daripada duri.

"Mimbulus Mimbletonia," jawabnya dengan bangga.

"Ah, tanaman itu cukup langka," Regulus melihat tanaman disana sambil menaruh tangannya di dagu untuk berpikir, "kudengar ia memiliki mekanisme pertahanan yang mengagumkan."

Belum selesai ia melanjutkan, saat Neville yang mencoba memasukkan pena bulunya pada tanaman itu membuat tanaman itu menyemburkan cairan dari setiap bisul tanaman itu, pancaran yang deras, bau, dan berwarna hijau gelap. Regulus berhasil menghindar dari semburan mengarah padanya, namun Harry yang terlambat tidak tahu apa tanaman itu menerima semburan tepat di wajahnya begitu juga dengan Neville.

"M-maaf! Aku belum pernah mencobanya, tidak sadar akan jadi begitu. Tenang saja, stinksap tidak beracun," jawabnya sementara Regulus segera mengeluarkan tongkatnya.

"Scourgify."

Dan semua cairan dan noda menghilang begitu saja bersama dengan bau yang tercium seperti pupuk anyir tersebut. Tidak butuh waktu lama, saat Ron dan juga Hermione kembali. Saat itu troli makanan telah lewat. Harry, dan juga Neville sudah menghabiskan pai labu mereka dan sibuk bertukar kartu cokelat kodok saat itu. Sementara Regulus dan gadis lainnya yang ada disana memilih diam dan membaca buku.

"Kau tidak akan percaya siapa yang menjadi prefek Slytherin."

"Coba kutebak," Regulus bergumam, "bocah Malfoy itu?"

"Dan si muka sapi Pansy Parkinson," Hermione menambahkan dengan wajah ganas, "bagaimana mungkin mereka bisa jadi prefek padahal ia lebih tolol daripada Troll yang gegar otak!"

"Siapa dari Hufflepuff?"

"Ernie Macmillan dan Hannah Abbot," jawab Ron saat Regulus bertanya.

"Dan Anthony Goldstein dan Padma Patill dari Ravenclaw," tambahan dari Hermione.

Setelah itu mereka berbincang, atau semua selain Regulus dan Luna. Kereta berjalan seolah lebih lama, saat Harry merasa sangat mengantuk hingga matanya menutup beberapa kali. Saat melihat Harry yang tertidur, dengan segera Regulus melepaskan jaketnya dan menggunakannya untuk selimut Harry.

Semua menoleh, Neville dan Luna tampak menatap heran pada Regulus dan Harry.

"Ah..."

Tidak ada yang bisa ia katakan. Namun, beruntung Ron segera mengalihkan pembicaraan mereka, dan Neville begitu saja mengalihkan pembicaraan mereka. Tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Ron, juga karena ia menyadari jika itu bukanlah hal yang harus ia tanyakan lebih lanjut.

Harry tersentak dari tidurnya seolah baru saja bangun dari mimpi yang sangat buruk. Regulus langsung melupakan apa yang dikatakan oleh Luna, segera menoleh pada Harry yang masih melihat sekeliling.

"Tidak apa?" Harry hanya mengangguk dan menggerakkan lehernya karena kaku. Harry terbangun saat kereta hendak berhenti. Hermione, Neville, dan Ron, juga Harry, Luna, dan Regulus berdiri mengambil koper masing-masing.

"Baiklah, aku harus menemui Professor pertahanan ilmu hitam yang baru. Hermione, Ron, kutitipkan Harry," Hermione dan Ron mengangguk, namun baru beberapa lama setelah Regulus pergi, ada saja yang ingin mengganggu Harry. Tentu siapa lagi jika bukan Draco dan teman-temannya.

"Aku terkejut Kemetrian Sihir tetap mengizinkanmu bebas berkeliaran. Nikmati saja selagi bisa," Draco tampak tersenyum mengejek, "kurasa sudah tersedia penjara dengan namamu di Azkaban."

Harry tidak seperti biasanya segera tersulut amarah. Ron dan Neville berusaha untuk menahannya saat Harry akan memukul Draco yang mundur, tampak cukup terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Draco. Atau karena Harry masih merasa kesal mengingat Lucius bebas berkeliaran sementara ia tahu jika pria itu--ayah Draco--adalah seorang Death Eater.

"Itu hanya Malfoy. Apa yang kau harapkan Harry," Ron menghela napas dan masih memegangi Harry.

***

"Kita dengan senang hati menyambut pengajar pertahanan ilmu hitam yang baru, Professor Dolores Umbridge. Yang akan dibantu pekerjaannya oleh Regulus Granger," tepuk tangan yang kurang antusias terdengar, begitu juga dengan Regulus yang sudah tidak suka melihat wanita gemuk serba pink yang akan ia bantu sejak hari itu, "dan aku tentu saja yakin kita semua berharap semoga ia berhasil. Seperti biasa, penjaga kita Mr. Filch memintaku untuk mengingatkan kalian--"

Suara Dumbledore begitu saja menghilang, Dumbledore melihat kearah Umbridge begitu juga dengan Regulus. Mungkin Regulus dan Dumbledore pandai untuk menyembunyikan rasa terkejut mereka, namun tidak dengan semua murid dan juga pengajar lainnya. Alis Profesor Sprout menghilang ke rambutnya yang acak-acakan dan mulut Professor Mcgonagall setipis yang pernah dilihat orang-orang. Tidak ada guru baru yang pernah menyela Dumbledore sebelumnya.

"Terima kasih kepala sekolah," Professor Umbridge tersenyum simpul, "untuk kata penyambutan yang baik."

Suaranya melengking tinggi, terengah dan mirip anak perempuan. Lagi-lagi, Harry merasakan desakan kuat rasa tidak suka yang tak dapat dijelaskan kepada dirinya sendiri; yang ia tahu hanya ia membenci segala hal mengenai wanita itu, dari suara bodohnya hingga kardigan merah muda berbulunya.

"Well, senang kembali ke Hogwarts, dan harus kukatakan! Dan melihat wajah-wajah kecil bahagia seperti ini memandangku," tidak ada satupun wajah yang bisa dilihatnya tampak bahagia. Sebaliknya, mereka agak terkejut seakan mereka berusia 5 tahun.

"Kementrian sihir selalu menganggap pendidikan para penyihir muda sebagai hal yang sangat penting. Karunia langka yang kalian dapatkan sewaktu lahir mungkin tidak berguna kalau tidak diasuh dan diasah dengan pengajaran teliti. Keahlian kuno yang unik bagi komunitas sihir harus diturunkan ke generasi selanjutnya supaya kita akan kehilangan mereka untuk selamanya. Harta karun berupa pengetahuan sihir yang dihimpun oleh para leluhur kita harus dijaga, dilengkapi, dan diperbaiki oleh mereka yang telah terpanggil ke dalam profesi mulia untuk mengajar."

Semua yang dikatakan wanita itu tidak masuk akal. Dan Regulus bersumpah, jika sesusah apapun ia tidur, mungkin ia akan tertidur hanya dengan mendengar ocehan dari Umbridge. Terkadang ingin ia meminta Dumbledore untuk mengevaluasi sangat lama, penyeleksian guru pertahanan terhadap sihir hitam.

Selain Lupin, tidak ada sama sekali yang benar.

"Pengembangan dengan alasan apapun harus dihentikan. Mari kita pertahankan apa yang harus dipertahankan," jawabnya dengan nada tegas juga senyuman yang menyebalkan. Regulus yang duduk di dekat barisan guru tampak hanya memutar bola matanya, "sempurnakan apa yang mestinya disempurnakan, dan menghentikan kegiatan yang harus dihentikan."

Dumbledore memecah keheningan yang terjadi setelah Umbridge berpidato dengan tepuk tangan canggung yang segera dibalas oleh semua orang disana. Tidak ada yang senang dengan hal itu selain Flitch yang tampak bertepuk tangan paling meriah.

Ia mengerti dari semua pidato dari Umbridge, dengan kata lain para murid tidak diperbolehkan menggunakan sihir di koridor. Dan kementrian sihir sudah ikut campur di Hogwarts. 

***

"Tidak ada di pembelajaran yang anda berikan ini tentang mantra pertahanan Professor..."

Regulus membantu untuk menyiapkan pelajaran Umbridge pagi hari setelah malam penyambutan murid baru. Regulus sedang membaca buku pembelajaran yang dibuat Umbridge sambil berjalan, akan menuju ke kelas pertama pertahanan ilmu sihir hitam. Umbridge tidak menghentikan langkahnya, dan hanya tersenyum.

"Penggunaan mantra? Kurasa mereka tidak akan membutuhkan mantra untuk kelasku," Umbridge tampak berbicara dengan nada tidak bersalah. Regulus kembali mengerutkan dahinya tidak suka. Ia baru saja sadar jika memang tidak ada orang yang percaya tentang Voldemort yang telah bangkit.

Ia memang tidak pernah melihat seperti Harry, namun ia akan menjadi orang pertama yang percaya pada Harry saat ia mengatakan sesuatu. 

"Mereka akan mempelajarinya dengan cara yang aman, dan bebas resiko," dengan hanya mempelajari teorinya saja? Regulus benar-benar tidak akan habis pikir tentang apa yang dipikirkan oleh Umbridge. Pada akhirnya ia hanya bisa melanjutkan bacanya sambil menuju ke kelas pertama.

"Aku mendengar jika kau bersaudara dengan salah satu murid yang ada disini Mr. Granger."

"Ya, adik saya berada di tahun kelimanya..."

"Dan kudengar ia dekat dengan Mr. Potter?" Regulus tidak suka dengan alur pembicaraan mereka saat itu. Ia hanya mengangguk, "kau tidak akan keberatan dengan sistem yang akan kuterapkan pada anak-anak yang melanggar peraturan bukan?"

"Apa maksud anda Professor?"

***

"Itu BUKAN bohong!" Harry bertengkar dengan Umbridge yang dengan egois tidak ingin mendengarkan pendapat dari para murid yang ada disana, "aku melihatnya, aku bertarung dengannya!"

"Detensi, Mr. Potter! Besok sore, jam lima. Di kantorku. Kuulangi, ini bohong. Kementrian sihir menjamin bahwa kalian tidak berada dalam bahaya dari penyihir hitam manapun. Kalau kalian masih khawatir, dengan cara apapun datang dan temui aku di luar jam pelajaran. Kalau seseorang menakut-nakuti kalian dengan dusta mengenai kelahiran kembali para penyihir hitam, aku ingin mendengarnya. Aku disini untuk membantu."

Regulus masih berdiri memperhatikan sekeliling yang tampak bersitegang karena Harry dan Umbridge tadi. Akan tetapi, Harry berdiri dan semua orang menatapnya. Seamus yang ada di dekatnya tampak setengah ketakutan dan setengah kagum.

"Jadi menurut anda, Cedric Diggory mati sendiri, bukan begitu?" Harry bertanya, suaranya gemetar. Hermione yang mendengar itu menoleh kearah Harry dan kemudian pada Regulus yang jelas menghentikan apapun yang tadi ia tulis. Matanya tidak memandang pada sisi manapun selain buku yang ia tulis.

'Harry, jangan--'

Tarikan napas terdengar entah dari siapa, karena tidak seorangpun dari mereka selain Ron dan Hermione, pernah mendengar Harry berbicara mengenai apa yang terjadi di malam Cedric meninggal. Mereka menatap penuh minat dari Harry ke Professor Umbridge yang telah mengangkat matanya dan sedang menatapnya tanpa bekas senyum palsu di wajahnya.

"Kematian Cedric Diggory adalah kecelakaan tragis."

"Itu pembunuhan," Harry merasa dirinya bergetar. Ia tahu seharusnya ia tidak mengatakan hal ini, terutama saat Regulus berada disana. Namun, ia tidak ingin dicap sebagai pembohong, "Voldemort membunuhnya dan anda tahu itu."

"Harry," sebelum Harry bisa berbicara lebih lanjut lagi, Regulus menghentikannya dan menahan bahunya. Harry menoleh pada Regulus, merasakan tangan yang memegangnya tampak gemetar. Regulus menggeleng, Harry tampak sedikit tenang.

"Berikan ini pada Professor Mcgonagall," Umbridge menuliskan sesuatu saat Regulus menghentikan Harry. Harry sedikit menepis tangan Regulus, mengambil kertas itu tanpa membaca isinya, berbalik dan membanting pintu kelas sebelum berjalan cepat kearah ruangan Mcgonagall.

***

"Gunakan pena bulu milikku ini untuk menulis."

Detensi yang didapatkan oleh Harry adalah untuk pergi ke kantor Umbridge yang selalu membuat Regulus pusing dengan warna pink yang mencolok selama 5 hari untuk menulis. Menulis satu kalimat berulang kali.

'Saya tidak boleh berbohong.'

Regulus merasa hukuman itu ringan, ia bersyukur setidaknya Umbridge memberikan detensi yang masih manusiawi. Umbridge memberikan pena bulu itu pada Regulus dan Regulus memberikannya pada Harry. 

"Tintanya?" Harry menatap Regulus yang berbalik dan mencari botol tinta sebelum Umbridge menghentikannya.

"Tidak perlu menggunakan tinta."

Regulus menatap, semakin curiga namun pada akhirnya membiarkan Harry yang mulai menulis segera menulis. Regulus sendiri berdiri disamping Harry, bersiap kalau-kalau Harry kembali hilang kendali. Saat satu kalimat sudah ditulis, Harry tampak meringis. Regulus menoleh pada Harry yang menggenggam tangannya sendiri seolah merasakan sakit di tangan itu.

Ia melihat bekas merah yang mendadak timbul di tangan Harry, dan sedikit demi sedikit tampak goresan luka yang membentuk kalimat yang sama dengan apa yang ditulis oleh Harry. 

"Professor ini--" Regulus menoleh kearah Umbridge dan akan memprotes metode hukuman yang diberikan oleh Umbridge namun Harry menghentikannya.

"Ada apa Mr. Granger? Kukira kita sudah sepakat kau tidak akan memprotes cara belajarku. Kau juga tidak keberatan bukan Mr. Potter?" Harry menoleh pada Regulus, kemudian pada Umbridge sebelum ia menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa Professor..."

***

Lima hari berturut-turut Harry mendapatkan hukuman itu. Umbridge selalu menyuruh Regulus untuk memberikan pena itu pada Harry. Satu hal yang membuatnya sangat muak, karena itu seperti dirinya membiarkan Harry terluka tanpa bisa melakukan apapun. Ia sempat ingin menolak namun Harry segera menghentikan Regulus dan mengambil pena bulu itu.

"Katakan pada Dumbledore."

"Tidak."

"Kalau begitu katakan pada Ron juga Hermione."

"Itu juga tidak!"

Sudah keempat kalinya mereka bertengkar setelah detensi. Regulus dan Harry, dimana Regulus bersikeras menyuruh Harry memberitahu pada Dumbledore. Bahkan Ron dan Hermione juga tidak diberitahu tentang apa yang dilakukan oleh Umbridge pada Harry. 

"Mereka akan menyuruhku mengatakannya pada Dumbledore."

"Dan memang itu yang harus kau lakukan," Regulus menggeram, ia menatap Harry yang memalingkan wajahnya, "aku yang akan mengatakannya."

"Ini bukan urusanmu, jangan ikut campur Regulus," Harry menekankan kata-katanya dan masih menatap kearah Regulus yang berhenti berjalan dan berbalik menatap kearah Harry.

"Aku adalah kakakmu, aku peduli padamu. Dan kau bilang ini bukan urusanku?"

"Jangan berbicara seolah kau peduli padaku!" Perkataan Harry membuatnya benar-benar berhenti bergerak ataupun berbicara, "kau bahkan tidak ingin mengakuiku sebagai adikmu didepan semua orang. Jangan berpura-pura peduli padaku jika sebenarnya kau tidak ingin melakukannya."

"Harry, apa yang--" kali ini Harry yang memutuskan berbalik, berjalan menjauhi Regulus yang bahkan sudah lupa dengan keinginannya untuk mengatakan masalah Harry dan Umbridge pada Dumbledore. Ia hanya diam, melihat Harry yang berjalan bahkan tidak sama sekali berbalik untuk melihatnya sedikit saja.

***

Regulus berjalan di hutan sendirian untuk mencari udara segar. 

Setelah pertengkaran kecil mereka, Harry dan Regulus sama sekali tidak pernah berbicara satu patah katapun satu sama lain. Regulus ingin sekali menjelaskan jika ia tidak bermaksud untuk menyembunyikan status mereka, namun ia tahu apapun yang dikatakan olehnya pada Harry tidak akan pernah terdengar oleh pemuda itu dalam keadaan seperti ini.

Ia menghela napas, memandangi Thestral didepannya sambil melempar mereka dengan daging bekas makan siangnya. Ya, ia bisa melihat makhluk yang dianggap mitos oleh orang-orang. Ia menemukan mereka pertama kali saat tahun keduanya, ketika pelajaran pemeliharaan satwa gaib. Tidak ada yang bisa melihatnya kala itu bahkan Lee hanya menertawakannya.

"Jadi kau bisa melihatnya?"

Suara itu membuatnya menoleh dan menemukan gadis berambut pirang kotor yang bersama dengan Neville ketika di kereta. Regulus bersumpah sering melihat anak itu meskipun ia tidak mengenalnya. Gadis itu tersenyum dan mendekati Regulus.

"Thestral, aku mempelajari jika makhluk ini hanya bisa dilihat oleh orang yang pernah menghadapi kematian didepan mata," dengan tenang gadis itu tampak menyentuh moncong Thestral didekatnya dan mengusapnya, "kau juga pernah melihat kematian?"

Regulus diam, namun tampak mengangguk. 

"Aku juga, ibuku. Ia melakukan eksperimen sihir yang menyebabkan kematiannya. Dan aku ada disana saat itu," jawabnya menceritakan itu dengan nada biasa. Regulus tetap tidak berbicara, namun segera menyadari sesuatu yang membuatnya membuka mulut.

"Luna," gadis itu berhenti mengusap Thestral didepannya, "kau Luna Lovegood bukan? Beberapa kali aku melihatmu bersama dengan Penny."

"Oh, aku ingat kau juga dekat dengan Penny Westcott," Luna tersenyum dan menatap Regulus, "gadis yang baik, meskipun sedikit aneh. Maksudku jelas-jelas ia tidak bisa melihat Thestral, namun alih-alih menganggapku aneh saat aku mengatakan ada makhluk itu, ia malah berpura-pura bisa melihatnya agar bisa berbincang denganku."

...

"Mungkin karena ia ingin dekat denganmu," alih-alih langsung menjawab dan bereaksi dengan apa yang dikatakan oleh Regulus, Luna tampak menatap Regulus selama beberapa saat sebelum tertawa pelan, "ada yang salah?"

"Penny mengatakan kau sangat peka dengan sekelilingmu, tetapi kau sangat tidak peka pada perasaan seseorang padamu."

"Penny mengatakan itu?"

"Ya, lagipula saat pertama aku melihatmu, Cedric Diggory, juga Oliver Wood bersama, aku sudah tahu jika mereka berdua menyukaimu," Regulus membulatkan matanya, "kutebak kau bahkan tidak menyadarinya jika mereka tidak jujur padamu."

"Aku--" Luna hanya terkikik geli, Regulus akan membalas omongannya saat tahu tidak ada yang bisa ia jawab karena memang apa yang dikatakan oleh Luna benar adanya. Ia hanya menutup wajahnya dengan sebelah tangan dan mengerang frustasi. Tidak sempat ia mengatakan hal lain, saat seseorang tampak berada didekat Luna juga Regulus. 

Harry berada disana, Regulus masih merasa canggung dan melihat wajah Harry, ia sendiri juga tidak begitu nyaman berada didekat Regulus. 

"Aku harus pergi, aku ada janji dengan orang..."

***

Regulus tidak bohong, ia ada janji dengan seseorang di Three Broomstick dan sekarang ia sedang duduk di depan segelas Butterbeer. Lelah dengan pekerjaannya yang seperti lebih banyak ketimbang saat ia masih menjadi Prefect, juga beberapa pikiran termasuk tentang masalahnya dengan Harry membuatnya semakin tidak bisa beristirahat.

"Sudah kuduga, aku seperti pernah melihatmu."

Regulus menoleh saat suara itu terdengar familiar. Ia menemukan pemuda berambut cokelat pendek, tampak tersenyum ramah padanya. 

"Oh, Thomas..."

***

A/N : Question for u all, mending kubunuh Sirius atau ga? #plak

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro