Sleep Well

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa yang kau maksud Mr. Lee, dan tidak seharusnya kau berada di sini saat jam pelajaran."

Snape menatap Lee yang hanya tersenyum menatap datar kearah Snape. Ia tidak mengatakan apapun, menunggu pria didepannya untuk mengubah statement namun Lee hanya mendapatkan keheningan. Ia menghela napas dan menggeleng.

"Belum waktunya kurasa, baiklah lagipula kelasku selanjutnya adalah anda Prof Snape," Lee tersenyum dan mengibaskan tangannya. Berbalik, Snape hanya memperhatikannya dan tampak segera melewati, berjalan didepan Lee yang hanya mengikuti dari belakang. Suara desisan terdengar, namun Lee tampak menggumamkan sesuatu yang gagal didengar oleh Snape sekalipun.

***

"Psst, Regulus--ramuanmu akan meledak jika kau tidak mengaduknya!"

Oliver berbisik pada Regulus yang tampak tidak begitu konsentrasi dengan apa yang ia kerjakan didepannya. Ramuannya sudah berubah warna seolah akan meledak, apapun yang dilakukan oleh Oliver ataupun Cedric diantara Regulus tidak begitu mempan membuatnya sadar dari lamunan karena mereka juga tidak ingin Regulus ketahuan oleh Snape.

"Oliver, ada--"

"Minus 5 poin untuk Gryffindor, dan 10 poin untuk Slytherin," Cedric sebenarnya ingin memberitahu jika Snape mendekat, namun Snape sudah berada dibelakang Oliver dan juga Regulus, memukul kepala mereka dengan kuat disusul oleh Cedric yang menahan tawa juga dipukul oleh Snape, "kukurangi 50 poin jika kau sampai meledakkan tungkumu."

Regulus membulatkan matanya, sadar dengan pukulan telak dari Snape dan dengan segera mencoba menetralkan ramuan yang ia buat. Beruntung ramuan itu tidak sempat meledak dan warnanya berubah biru.

"Aku tidak butuh murid yang melamun dan tidak memperhatikan pelajaranku. Jika ingin tidur, aku tidak akan melarangmu untuk keluar dari kelasku sekarang juga Mr. Granger," Snape berbicara dengan nada datar dan pelannya, menatap dingin pada Regulus.

"Maaf Prof. Snape," Regulus bergumam, setelah berjanji tidak akan melamun lagi, Snape hanya memperhatikan Regulus sejenak sebelum berbalik dan kembali berpatroli untuk melihat hasil kerja dari murid-murid di kelasnya saat itu. Sementara Prof Snape tampak pergi menjauh, Oliver dan Cedric tampak menatap Regulus yang menuliskan beberapa bahan yang sudah ia masukkan dan kembali mencoba untuk berkonsentrasi.

***

"Yakin kau tidak apa-apa?"

"Ya, ini bukan sekali dua kali aku seperti itu. Tenang saja," Regulus mengibaskan tangannya mencoba untuk tidak membuat kedua sahabat--sejak kapan mereka menjadi sahabat--nya itu khawatir. Suara teriakan dari anggota Hufflepuff memanggil Cedric dan kebetulan anggota Quidditch Gryffindor yang memanggil Oliver tampak membuat ketiganya berhenti, "kalian tidak kesana?"

"Aku bisa kesana nanti, kurasa aku harus memastikan kau beristirahat," Cedric dan Oliver sedikit ragu dan mengisyaratkan rekan-rekan asramanya untuk melakukan apapun itu tanpa dirinya.

"Oh ayolah, aku bukan anak kecil. Aku akan tidur di perpustakaan, jika kalian akan pergi ke aula utama ataupun ke kelas kita selanjutnya, bangunkan aku disana," Regulus mengibaskan tangannya untuk mengusir Cedric dan juga Oliver yang pada akhirnya saling bertatapan dan mengangguk ragu, "aku juga butuh istirahat sendiri. Tenang saja, kalian akan menemukanku nanti di perpustakaan."

***

"...i, hei!"

Sekian kali mimpi buruk itu mendatanginya, pagi, siang, maupun malam, bahkan saat ia hanya ingin mengistirahatkan diri sejenak di perpustakaan. Suara itu membangunkannya dari kegelapan dipenuhi oleh teriakan mantra cruciatus yang mengarah padanya. Ia bukan matanya perlahan, mengira jika Lee yang malam tadi membangunkannya berada disana.

Namun, ia hanya menemukan gadis berambut hitam pendek yang tampak menatapnya dengan tatapan cemas. Regulus bersumpah ia pernah melihat gadis itu entah dimana.

"Kau tidak apa-apa?"

Regulus akan menjawab, namun tubuhnya belum bisa digerakkan dengan bebas. Gadis itu tampak menunggu dan duduk di bangku perpustakaan yang ada disebelah Regulus selama beberapa saat.

"Aku melihatmu tidak nyaman saat tidur. Wajahmu juga pucat, jadi aku membangunkanmu," gadis itu tampak mengeluarkan sapu tangannya dan mengelap wajah Regulus yang berkeringat kecil, "kau sakit Granger?"

"Kau tahu namaku?"

"Tentu," gadis itu tertawa pelan dan mengulurkan tangannya, "Penny, Penny Westcott. Aku adalah seeker Ravenclaw, tahun kedua sepertimu."

Oh, yang membuat Ravenclaw memenangkan pertandingan Quidditch saat itu. Ia berhasil mengambil bola snitch saat melawan Slytherin juga saat melawan Gryffindor saat pertandingan final. 

"Salam kenal," Regulus hanya bergumam, ia tidak membalas jabatan tangan Penny. Melihat Regulus tampak tidak sehat, Penny tidak keberatan saat pemuda itu tidak membalas jabatan tangannya.

"Ingin kubantu ke ruang kesehatan?"

"Tidak perlu, aku hanya bermimpi buruk," Regulus segera menolak. Penny menoleh pada lembaran buku yang dijadikan alas tidur oleh Regulus. Mantra sihir yang bahkan tidak diajarkan di tahun kedua mereka, dan Regulus hampir menyelesaikan lembar demi lembarnya.

"Kau menyelesaikan buku itu?"

"Aku hanya mengulangnya, buku ini sudah kuselesaikan di tahun pertamaku disini," Regulus bergumam dan menutup buku yang ada di depannya. Memang, terima kasih untuk mimpi buruknya yang tidak pernah berhenti, itu membuatnya insomnia. Keluarga Granger sepertinya sudah menularinya dengan sifat kutu buku yang membuatnya suka untuk mengbiskan waktu membaca buku-buku tersebut.

Merasa Regulus tidak akan memulai pembicaraan juga tidak ingin membahas lebih lanjut tentang buku yang ia baca, Penny mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Aku kagum dengan permainanmu saat pertandingan," Regulus dalam hati berterima kasih karena Penny bisa mengalihkan pembicaraan mereka, "caramu untuk memukul dengan kuat bola itu, aku bahkan hampir tidak bisa melihat kecepatan bola itu. Dan aku sudah terbiasa melatih mataku untuk melihat snitch."

"Kurasa kau terlalu merendah untuk seseorang yang sudah menjadi MVP saat pertandingan pertamanya," Regulus bergumam dan tampak menatap Penny, "aku sudah terbiasa untuk bermain Baseball saat kecil. Itu hanyalah hal biasa."

"Oh, aku pernah menonton pertandingan baseball di dunia Muggle. Ibuku yang membawanya karena ayahku adalah pemain baseball yang handal," Penny tampak begitu saja menceritakan tentang kehidupannya sebagai Halfblood. Ibunya adalah Pureblood yang bekerja sebagai seorang pembaca acara TV, lalu ayahnya adalah Muggleborn. 

"Kudengar kau lahir dari keluarga Muggle?"

"Keluarga Granger bukan keluarga asliku. Mereka mengadopsiku saat usiaku 5 tahun. Ayah dan ibuku sudah meninggal saat aku kecil," Penny meminta maaf karena tidak mengetahui hal itu. Tentu saja Regulus tidak mempermasalahkan. Mereka bertukar cerita, bagaimana Penny adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya menjadi anggota Quidditch Proffesional, dan memang ia menyukai permainan itu.

Regulus sendiri menceritakan tentang bagaimana ia memiliki adik perempuan, dan bagaimana ia memecahkan kaca saat memegang tongkat sihirnya.

"Tunggu, tongkat sihir tidak akan bereaksi dengan Muggleborn biasa," Penny mengerutkan dahinya dan menghentikan cerita Regulus, "mungkinkah adikmu punya bakat sihir? Mungkin saja ia akan dipanggil dan bersekolah di Hogwarts."

Regulus memikirkan perkataan Penny. Ia setuju, seharusnya memang tidak ada reaksi pada seorang Muggle yang memegang tongkat sihir. 

"Hei, apa aku mengganggu kalian?" Penny dan Regulus menoleh dan melihat Cedric dan Oliver yang tampak menghampiri mereka.

"Sudah selesai?"

"Ya, mereka hanya memintaku membantu mengurus anak-anak tahun pertama. Kukira kau sedang beristirahat disini?" mereka sepertinya berpikir akan menemukan Regulus dalam keadaan tertidur. Bukan sedang berbincang dengan seseorang.

"Sudah, aku hanya baru berbincang sebentar dengannya," Cedric dan Oliver mengangguk-angguk dan menoleh pada Penny yang hanya bergumam oh pelan. Ia tersenyum, dan berdiri dari posisinya.

"Kurasa sebaiknya kalian membawanya ke ruang kesehatan. Ia terlihat kurang sehat," Cedric mengerutkan dahinya, menoleh pada Regulus yang mengutuk Penny. Sekarang, Cedric dan Oliver malah tampak semakin menghawatirkan pemuda itu, "sampai jumpa!"

"Kau benar-benar sakit?"

"Aku hanya tidak bisa tidur akhir-akhir ini," setiap malam sejak tahun pertama sebenarnya. Regulus menghela napas dan mengacak rambutnya, "aku hanya kurang tidur. Bukan masalah besar."

"Kalau begitu tidur saja."

"Tidak semudah itu Olie."

"Apa yang susah dengan itu? Ayo, lagipula Prof McGonagall tidak ada kelas hari ini karena ia punya keperluan. Mungkin suasana di asrama Slytherin yang membuatmu tidak bisa tidur," Regulus membiarkan Oliver menarik tangannya, bersama dengan Cedric. Mengira jika ia akan pergi ke ruang kesehatan.

***

"Oke, berbaring disini."

Regulus menoleh kearah tempat dimana mereka berakhir. Menara astronomi, menara tertinggi di Hogwarts. Angin yang berhembus tidak cukup kencang hari itu, suasana yang tenang dengan hanya suara angin yang berhembus. Sangat cocok sebagai tempat untuk menyendiri. Regulus melihat Cedric yang mengisyaratkan untuk berbaring dengan kepala di pangkuannya.

"Kukira kalian akan membawaku ke ruang kesehatan."

"Menara Astronomi yang terbaik. Lagipula, banyak pemain yang cedera setelah pertandingan latihan Slytherin dan Gryffindor tadi," Oliver duduk di samping Cedric dan menutup matanya ingin beristirahat setelah latihan tadi juga.

"Aku lupa dengan latihan tadi," Regulus mengerang frustasi, pikirannya hari ini tidak begitu fokus. Biasanya ia akan meminta Snape untuk membuatkannya ramuan penambah energi. Tetapi, hari itu Snape mengatakan jika bahan yang digunakan ada yang habis dan baru 3 hari lagi akan sampai.

"Kaptenmu tahu kau sedang tidak fit hari ini," Oliver memutar bola matanya, "tadi ia menanyaiku tidak henti tentang keadaanmu dan memintaku memastikan kau beristirahat hari ini."

"Untuk kali ini aku setuju dengannya."

Oliver mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh Cedric.

"Aku tidak apa-apa, tiga hari lagi ramuan dari Prof Snape agar aku tidak mengantuk akan jadi. Dan setelah itu aku akan baik-baik saja," Regulus bergumam dan menempatkan dirinya berbaring dipangkuan Cedric. 

"Yang kau butuhkan adalah tidur. Bukan ramuan dari Snape," Oliver tampak membaringkan tubuhnya diatas perut Regulus seenaknya membuat Regulus menggerutu pelan.

"Hei, kau akan mengganggunya tidur."

"Aku juga lelah, ayolah Ced," Oliver tertawa, Regulus hanya tersenyum dan mendengus pelan. Sepertinya tidak keberatan dengan Oliver yang menjadikan tubuhnya sebagai bantal.

"Kalian tidak perlu menghawatirkanku kalian tahu?" Regulus berbicara dengan nada bergumam. Angin sepoi membelai tubuhnya, membalutnya dengan rasa sejuk dan nyaman.

"Kami temanmu, tentu saja kami menghawatirkanmu. Terutama jika kau tidak menceritakan apapun pada kami tentang masalah--" Cedric mengisyaratkan Oliver untuk diam dengan menaruh telunjuknya di depan bibirnya. Sepertinya Regulus berhasil terlelap kala itu.

"Bagaimana mungkin ia meminta kita tidak khawatir jika ia sendiri tidak pernah menceritakan masalahnya pada kita bukan?" Cedric sedikit berbisik dan menghela napas. Oliver hanya mengangkat bahu, mendengus pelan dan tidak bergerak dari posisinya sama sekali.

"Entah ia sadar atau tidak, tetapi beberapa kali ia menolong kita secara tidak langsung. Tetapi bahkan ia hanya menceritakan tentang kehidupannya bersama dengan keluarga Granger yang mengadopsinya."

"Kurasa Lee mengetahui sesuatu, maksudku... ia memintaku untuk memperhatikannya lebih saat aku mengatakan Regulus tidak ikut dalam latihan hari itu," Oliver berbisik cukup pelan namun masih bisa didengar oleh Cedric yang diam selama beberapa saat.

"Sebenarnya Prof McGonagall mengatakan jika Prof Snape yang memintanya untuk tidak mengadakan kelas hari ini. Entahlah, kupikir ini ada hubungannya dengan Regulus," keduanya diam, membiarkan keheningan menguasai mereka semua. Tidak ada yang berbicara, namun sepertinya pemikiran mereka sama.

Apa hubungan antara Regulus, Lee, dan juga Snape?

Tetapi untuk saat ini, Oliver dan Cedric memutuskan untuk tidak memikirkannya lebih jauh dan hanya menikmati keheningan itu selama beberapa saat.

***

Regulus membuka mata. 

Suasana disekitarnya tampak redup dengan hanya bintang yang menjadi penyinar dari ruangan itu. Ia hendak bergerak sedikit, namun mengurungkan niat saat ia melihat Cedric dan juga Oliver yang tidak bergerak dari posisi terakhir sebelum ia tertidur. Senyuman tersungging tipis, ia tidak pernah memiliki teman sebelum pergi ke Hogwarts. Semua orang menganggapnya aneh, dan beberapa mengejeknya karena ia sebatang kara. Hanya Hermione yang berperan menjadi temannya.

Dan ini kali pertama ia memiliki teman yang peduli padanya seperti Hermione dan ayah serta ibu angkatnya. Itu tidak buruk, setidaknya itu yang ia pikirkan saat ini.

Dan tanpa ia sadari saat itu, untuk pertama kalinya semenjak ia berada di Hogwarts, mimpi buruk itu tidak mendatanginya.

***

Tahun kedua dan ketiga dilalui tanpa ada kendala sedikitpun. Lee menjadi prefect Slytherin setahun kemudian di tahun ketiga Regulus dan juga Oliver serta Cedric. Hingga sekarang, Cedric dan Regulus sama sekali tidak mengetahui hubungan dari Snape, Lee, dan juga Regulus. Namun pertemanan mereka semakin erat hingga mereka cukup terkenal di Hogwarts.

Pendidikannya disana juga lancar, Regulus menguasai pelajaran mantra dan juga potion, hampir menjadi kapten Quidditch atas rekomendasi dari Lee yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kapten Quidditch mulai di tahun ke-enamnya. Ia menolak dengan alasan tidak ingin direpotkan dengan tugas sebagai kapten.

Untuk kali ini, meski Lee sedikit merengek dan egois, namun Regulus tetap menolak hingga akhirnya Lee sendiri yang menyerah. Sementara Oliver menjadi kapten Quidditch mulai tahun ajaran mereka nanti yang keempat, dan Cedric juga semakin sibuk karena ia juga menjadi kapten Quidditch di asramanya.

Meski begitu tentu saja ketiganya masih memiliki waktu untuk bisa bertukar pesan dan menghabiskan waktu bersama.

"Kakak! Kakak!"

Pagi itu, saat ia berada di rumahnya disaat libur tahun ajaran baru, paginya segera dikejutkan dengan teriakan Hermione. Ia bangun dengan segera dan berjalan cepat kebawah karena khawatir ada sesuatu yang terjadi pada keluarganya.

"Hermione, kau baik-baik saja?!" 

Ia mengerjap, melihat kedua orang tua angkatnya yang tampak menatapnya bingung sementara Hermione tampak senang akan sesuatu. Namun, satu hal yang membuatnya paling terkejut adalah adanya Prof Flitwick yang tampak duduk dihadapan ayah dan ibu angkatnya.

"Prof. Flitwick?"

"Selamat pagi Mr. Granger."

"Kenapa--"

"Hei tebak apa!" Hermione tampak berlari senang kearah kakaknya membawa sebuah surat yang familiar, "aku juga mendapatkan surat yang sama denganmu! Aku akan bersekolah di Hogwarts, tempat yang sama denganmu mulai tahun ini!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro