Brother and Sister

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah Professor Flitwick meninggalkan tempat tinggal keluarga Granger, ayah dan ibu angkat Regulus tentu saja masih tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. Tidak ada dari mereka yang mengetahui tentang dunia sihir, mereka sudah cukup terkejut dengan Regulus yang sudah bersekolah hingga akan memasuki tahun keempat di Hogwarts, dan tentu kenyataan tentang Hermione yang juga akan bersekolah disana menjadi hal yang lebih mengejutkan.

"Mom, tentu aku boleh bersekolah di tempat kak Regulus kan?"

"Entahlah sayang, aku masih sedikit khawatir--"

"Tenang saja mom," Regulus melihat bagaimana selama 3 tahun ini Hermione sangat tertarik dengan sihir dan buku-buku yang ia tunjukkan pada gadis kecil itu, tentu saja ia tahu Hermione sangat menginginkan belajar sihir, "aku akan menjaganya. Lagipula Hogwarts adalah tempat yang sangat aman."

"Benar, ada Regulus disana. Jika Mione memang ingin bersekolah disana, kita tidak bisa melarangnya."

Ibu Regulus hanya menatap ketiga anggota lainnya yang sudah setuju untuk mengizinkan Hermione pergi ke Hogwarts. Dan pada akhirnya ia menyerah, menyetujui sepenuhnya keputusan Hermione dan percaya jika Regulus akan bisa menjaganya

***

"Kalian akan ikut ke Diagon Alley bukan? Hanya dad yang pernah itupun hanya sampai pintu depan Leaky Cauldron saja."

Regulus dan seluruh keluarganya tampak sampai didepan bangunan penginapan yang juga merupakan pintu masuk ke Diagon Alley. Regulus tidak begitu keberatan saat kedua orang tua angkatnya menyempatkan diri untuk mengantarkan Hermione hingga kereta sementara 3 tahun ia hanya diantarkan hingga ke penginapan.

"Kurasa, ayah juga penasaran dengan tempat yang selalu kau kunjungi selama 3 tahun ini."

"Bukan tempat yang spesial--"

"Hei Young Granger, tahun ini yang mengantarkanmu cukup banyak," perkataan dari Regulus terputus oleh pria bungkuk dengan kepala botak yang berdiri disebrang bar. Senyumannya cukup membuat ibunya sedikit bergidik terutama telinganya yang runcing.

"Adikku ikut bersekolah di Hogwarts tahun ini Tom. Apakah kau melihat Cedric dan Oliver?"

"Young Wood sudah sampai disini sekitar 1 bulan yang lalu, tetapi aku tidak melihat Young Diggory sejak kalian meninggalkan Hogwarts," Tom, pemilik sekaligus penghuni tetap dari Leaky Cauldron menyapa. Setelah sedikit berbincang, Regulus segera mengajak keluarganya untuk pergi ke pintu belakang.

Tentu saja mereka sangat terkejut saat bata itu terbuka perlahan dan menampakkan jalanan baru dengan deretan pertokoan yang dipenuhi banyak orang. 

"Wow," Hermione tampaknya sangat bersemangat untuk memulai belanja mereka, "ramai sekali."

"Tentu, ini tahun ajaran baru. Dad, mom, sebaiknya kalian pergi ke Gringgot dulu untuk menukarkan uang kalian. Aku akan pergi ke toko pakaian untuk membeli seragam Quidditchku yang robek tahun kemarin," Regulus bergumam dan tampak menunjuk kearah bangunan dengan patung naga yang melingkar disana. 

"Tenang saja, walaupun terlihat tidak ramah tetapi disana mereka tidak akan menipu kalian," Regulus tampak meyakinkan kedua orang tuanya dan adiknya sebelum akhirnya ayahnya berjalan dan memasuki bangunan itu. 

Regulus sendiri baru saja akan berjalan saat ia menubruk seseorang bertubuh besar yang tampak menutupi jalan menuju ke Madam Malkin. 

"Maaf," Regulus memegang hidungnya dan mundur beberapa langkah. Ia menatap kearah pria bertubuh besar dengan janggut yang sangat lebat, "oh hai Hagrid."

Hagrid adalah penjaga sekolah Hogwarts. Ia juga mengetahui tentang keluarga kandungnya karena ia yang membawa adiknya Harry ke rumah adik ibu kandungnya. Tante Peturia.

"Oh, halo Regulus. Sedang berbelanja untuk tahun keempatmu?"

"Ya, sekaligus mengantarkan adikku Hermione. Ia mendapatkan surat dari Hogwarts," Regulus mengangguk, baru menyadari seseorang tengah berdiri didekat Hagrid berdiri, "dan dia..."

"Ah," Hagrid sedikit canggung saat ia akan memperkenalkan anak laki-laki yang ada didekatnya. Namun, pada akhirnya tentu Hagrid tidak memiliki banyak pilihan selain mendorong punggung anak laki-laki itu agar lebih dekat dengan Regulus.

Ditemukannya warna mata hijau yang mirip dengan matanya, namun raut wajah yang mirip dengan ayahnya James. Sangat mirip dengan ayahnya. Jika banyak orang mengatakan jika Regulus mirip dengan ibunya, maka ia bisa melihat jika anak laki-laki itu sangat mirip dengan ayahnya.

"Harry Potter," lidahnya terkecap masam saat ia harus menyebutkan nama keluarganya seolah ia adalah orang asing disana. Adiknya itu tampak tersenyum canggung, "kau sangat terkenal disini kau tahu?"

"U-uh, terima kasih?"

Regulus sangat ingin bertanya banyak hal. Bagaimana kabarnya, apakah Aunt Petunia memperlakukannya dengan baik seperti keluarga Granger memperlakukannya, apakah ia tahu siapa Regulus--meski sepertinya dari tatapan yang diberikan Harry, ia tidak tahu siapa yang ada didepannya saat ini.

"Regulus Granger," Regulus tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya, "tahun keempat Slytherin. Senang bertemu denganmu."

"A-ah iya..."

Hagrid melihat kedua saudara itu yang tampak canggung satu sama lainnya, menepuk pundak Regulus dan Harry saat itu juga.

"Kau ingin kemana Regulus?"

"Madam Malkins, kau tahu pertandingan terakhir melawan Ravenclaw sangat sengit."

"Oh Quidditch itu? Ya, untung saja kau baik-baik saja setelah bertabrakan dengan Penny saat itu," Hagrid menyerengit, namun ia tampak mendapatkan ide di kepalanya, "Harry juga akan kesana untuk membeli seragam tahun pertamanya. Bagaimana kalau kalian pergi berdua? Aku ingin pergi membeli minum terlebih dahulu. Terima kasih Regulus."

"Hagrid--" Hagrid sudah pergi begitu saja meninggalkan Harry dan Regulus ditengah jalanan yang ramai. Harry diam, begitu juga dengan Regulus, "--Madam Malkins disana. Ikut aku..."

"Baiklah."

Keduanya berjalan ke salah satu toko disana, disambut oleh Madam Malkin yang bertubuh pendek, gemuk, namun ramah dan penuh senyum. Ia berpakaian serba lembayung muda. 

"Halo Regulus, apakah kau ingin membeli seragam Quidditchmu lagi?"

"Begitulah, lagipula sudah saatnya untuk membelinya selain karena robek," Regulus mengangguk, Madam Malkins hanya tertawa pelan, dan akan mengambilnya namun melihat kearah Harry dibelakang Regulus, "Tahun pertamamu?"

Harry mengangguk.

"Banyak sekali tahun pertama yang kesini. Sekarang malah ada satu yang sedang mengepas," Madam Malkins menunjuk pada seorang anak laki-laki dengan wajah runcing pucat berdiri diatas bangku pendek kecil menghadap cermin. Sementara ada penyihir kedua yang melipat jubah hitam panjangnya dan menyematnya dengan jarum pentul. 

"Berdirilah disampingnya, aku akan mengepas pakaianmu agar pas dengan tubuhmu."

Harry berdiri, Regulus sendiri tampak hanya menunggu Madam Malkin memberikan seragam Quidditchnya. 

"Halo," anak laki-laki itu menyapa, Regulus menoleh dan memperhatikan anak laki-laki itu berbicara dengan Harry, "Hogwarts juga?"

"Ya."

"Ayahku disebelah sana membelikanku buku, dan ibuku di toko lain mencari tongkat," anak itu tampak bercerita seolah dengan bangganya mengatakan jika kedua orang tua juga beberapa pelayan berupa kurcaci rumah membantunya untuk berbelanja tanpa perlu ia repot, "aku juga akan membeli sapu balap. Tetapi aku tidak mengerti kenapa anak-anak kelas satu tidak boleh memiliki sapu sendiri."

Regulus merasa anak itu hanya ingin pamer dan membuat Harry iri dengannya. Harru sendiri hanya tersenyum, seolah memikirkan sesuatu yang lucu dipikirannya.

"Apakah kau sudah punya sapu?"

"Belum."

"Kau akan main Quidditch bukan?"

"Tidak."

"Aku sih main, ayah bilang kelewatan kalau aku tidak terpilih dalam tim asramaku," apakah anak ini yakin akan masuk ke tim mana, "memang tidak tahu sih, tetapi aku dan ayahku sangat berharap aku akan masuk Slytherin."

Oh?

"Regulus," Regulus berhenti mendengarkan mereka, menoleh saat menemukan Madam Malkins yang menggunakan sihirnya untuk mengambilkan seragam Quidditch khas Slytherin dengan warna hijaunya, "ukuranmu sudah lebih besar 2 ukuran daripada sebelumnya."

"Aku tumbuh besar kau tahu?"

"Atau lemakmu yang bertambah karena cara makanmu yang tidak terkendali," Madam Malkin tampak memutar bola matanya, "aku ingat bagaimana Cedric dan juga Oliver sampai mengambil semua snack yang kau bawa karena kau sudah menghabiskan tiga kantung penuh keripik kentang."

"Itu tahun keduaku, kau tidak perlu mengingatnya Madam Malkin."

Mereka berbincang, dan saat Harry selesai berbincang dengan anak laki-laki berambut pirang itu, Regulus akan berjalan keluar saat sebelum ia menabrak seseorang dan menjatuhkan beberapa buku catatan dan juga buku pelajaran yang ia bawa. Lebih tepatnya dua orang pasangan tampak masuk dengan pria berambut putih panjang dan perempuan berambut hitam dengan warna putih dibagian dalam rambutnya.

"Kau sudah selesai Draco?"

"Ya, baru saja selesai," Regulus yang tadi sempat terlupakan tampak ditatap oleh pria itu dengan tatapan dingin. Kemudian, tatapan pria itu beralih pada Harry dan tampak cukup terkejut karena itu. Regulus sibuk mengambil buku-bukunya yang jatuh karena pria itu tampaknya tidak peduli dan tidak akan membantunya.

"Sir, bukumu terjatuh."

Regulus memberikan buku bersampul hitam pada pria didepannya yang segera mengambil dan menatapnya tanpa berkata apapun. 

"Ayo Draco."

***

"Baiklah, adikku menunggu dengan ayah dan ibuku. Aku akan meninggalkan kalian disini Hagrid, Harry--" Regulus menunjuk pada jalanan didepan Gringgot. Harry mengangguk begitu juga dengan Hagrid yang sepertinya ingin menghentikan Regulus namun anak itu hanya berbalik dan meninggalkan keduanya.

"Mom," Regulus menghampiri ibunya dan juga ayah serta adiknya yang baru selesai dengan uang mereka, "sebaiknya Hermione mencari tongkat, seragam, dan juga buku saja dulu. Jangan lupa kuali juga beberapa alat sekolah."

***

"Hei Fred, George, Percy."

Mereka hanya menunggu hingga 3 hari untuk berangkat ke Hogwarts. Kali ini ia berangkat sendiri karena Cedric membantu ayahnya dan akan berangkat sendiri, sementara Oliver sudah kembali ke Hogwarts terlebih dahulu karena ia harus menyusun jadwal latihan Quidditch sebagai kapten baru.

"Oh Regulus! Dimana kedua kekasihmu?" Fred dan George tampak menggoda Regulus yang tampaknya tidak begitu mengerti kenapa Cedric dan juga Oliver disebut sebagai kekasihnya. Ibu dari si kembar tampak memukul kepala belakangnya.

"Kudengar adikmu datang?" Percy tampak menghampiri dan menanyakan hal itu.

"Ya, tetapi tadi mereka sudah terlebih dahulu masuk ke dalam. Aku tertinggal sesuatu di Leaky Cauldron," ia bertatapan dengan ibu dari Percy, Fred, dan George yang juga datang bersama dengan seorang anak perempuan dan juga satu anak laki-laki seusia kedua adiknya--Hermione dan Harry, "selamat pagi Mrs. Weasley."

"Oh betapa sopannya kau, aku pernah mendengar beberapa ceritamu dari Percy, George, Fred, dan juga Charles," Molly, ibu dari keluarga Weasley itu tampak sangat ramah dan memeluk serta menepuk punggung Regulus, "maaf sudah merepotkan mereka tahun kemarin."

"Sama sekali tidak, Percy sering membantuku..."

"Ayo, kita harus segera menyusul ayah dan ibumu. Banyak sekali Muggle yang memenuhi tempat ini setiap tahunnya," Molly mengisyaratkan Regulus dan anak-anaknya untuk mengikutinya, "ayo, Platform 9 3/4!"

"Percy, kau duluan," Molly meminta anak ketiganya untuk menembus Platform tersembunyi di depan mereka. Percy baru saja masuk, lalu Molly melihat sikembar.

"Fred, kau selanjutnya."

"Aku adalah Fred, dia George!"

"Apakah kau benar-benar ibu kami? Kau bahkan tidak bisa membedakan kami."

"Maaf George, duluanlah," 'George' maju dan menatap kearah ibunya saat akan berlari mendorong trolinya.

"Aku hanya bercanda. Aku Fred," Fred tampak segera kabur berlari kedalam sebelum Molly bisa mengomelinya karena menjahilinya. Georgepun segera menyusul.

"Permisi!" saat Regulus akan berjalan dibelakang Ron, anak kedua terakhir dari Molly suara yang familiar membuatnya berhenti dan menemukan Harry yang tampak mendorong kereta dorongnya, "maaf, bagaimana caranya--"

"Bagaimana caranya masuk kesana?" Harry bertanya sedikit malu, Molly tampak tertawa ramah, memperkenalkan diri Ron pada Harry dan mengajarinya. Regulus tampak menunggu saja hingga mereka semua masuk ke dalam kemudian segera akan menyusul.

***

"Kudengar Harry Potter masuk ke Hogwarts hari ini."

Regulus mengenakan dasi Slytherinnya sambil berjalan menuju ke lorong aula besar. Tentu murid tahun kedua hingga ketujuh memiliki waktu untuk bersiap di kamar mereka masing-masing sebelum penerimaan murid tahun baru. 

"Begitulah, aku juga bertemu dengannya saat aku membeli pakaian Quidditchku," Regulus menoleh pada Cedric yang membantunya untuk mengenakan dasi, "oh dan saat aku masuk ke Platform 9 3/4 bersama dengan Fred dan juga George."

"Padahal kukira aku bisa melihatnya sebelum masuk Hogwarts. Kau melihatnya bersama Oliver?"

"Tidak, Oliver sudah kembali ke Hogwarts lebih dulu karena harus mengatur jadwal latihan Quidditch. Oliver cukup sibuk semenjak tahun kemarin ia dinominasikan menjadi kapten," Regulus mengenakan topi kerucutnya dengan benar, "kau sendiri juga cukup sibuk sepertinya."

"Tidak juga, istirahat juga penting untuk performa permainan yang bagus. Lagipula banyak sekali yang berhalangan hadir jika aku melakukan pelatihan insentif."

"Itulah sebabnya aku tidak mau saat Lee menawariku menjadi kapten," Regulus memutar bola matanya malas, "tetapi karena itu juga ia menyalahkanku karena harus memberikan posisinya dengan terpaksa pada Marcus Flint."

"Chaser itu?"

"Dia yang terburuk. Kami hampir didiskualifikasi saat melawan Gryffindor karena ia melakukan pelanggaran berat. Tetapi percayalah, tidak ada yang memiliki kemampuan lebih daripada Lee dan Marcus," Cedric menatap kearah Regulus seolah mengatakan 'bagaimana denganmu?', "diluar dari aku juga."

"Pfft, kau sama sekali tidak berubah."

***

"Gryffindor!"

Semua orang bertepuk tangan saat Harry tampak dipilih ke asrama Gryffindor bersama dengan Hermione. Setidaknya disana ada Oliver, Percy, Fred, dan George. Ia tidak lagi merasa khawatir pada adiknya itu. Sementara anak laki-laki yang berada di Madam Malkins masuk ke Slytherin dan sekarang duduk disamping Regulus.

Namanya adalah Draco Malfoy, dan ia bersumpah. Regulus bersumpah jika Draco beberapa kali memandang kearah Harry membuatnya curiga. 

***

"Hei kak," Hermione menghampiri saat jamuan murid tahun baru selesai, saat Regulus sedang berbincang dengan beberapa anggota Slytherin. Regulus tersenyum, ia mengusap kepala Hermione, "sayang sekali kau berada di asrama yang berbeda denganku."

"Percayalah, aku sangat bersyukur kau tidak masuk Slytherin," menjadi Muggleborn di Slytherin bukan hal yang mudah. Bahkan sampai sekarang beberapa orang masih memandangnya dengan sebelah mata, "beberapa temanku berada disana, mereka akan membantu untuk memberitahu padaku jika kau ada masalah."

"Aku tidak mungkin bergantung padamu terus."

"Aku tidak keberatan kau bergantung padaku terus," Regulus kembali mengacak rambut adiknya itu, "ya sudah, Percy sudah menunggu. Ingat, katakan padaku kalau kau punya masalah."

"Baiklah-baiklah."

***

Malam semakin larut, Regulus sudah kembali ke kamar. Ia membayangkan tahun keempatnya disini yang akan semakin ramai dengan adanya Hermione adik angkatnya dan juga Harry. Meskipun insomnianya masih belum sembuh karena mimpi buruk itu selalu menghantuinya, namun keadaannya cukup baik.

Karena entah kenapa ia selalu bisa tertidur nyenyak saat bersama dengan dua sahabatnya Cedric dan juga Oliver.

"Hei Reg," Lee sudah menyelesaikan tugasnya sebagai Head Prefect Slytherin dan mengantarkan semua murid baru ke kamar mereka masing-masing, "tahun keempat ini sepertinya akan sangat ramai. Kedua adikmu berada di sekolah yang sama dan asrama yang sama."

"Aku masih tidak mengerti bagaimana kau bisa tahu dan yakin jika Harry Potter adalah adikku."

"Aku punya koneksi yang terpercaya Regulus."

"Dan siapa?"

"Tidak bisa kusebutkan~" Lee tampak segera berbaring di ranjangnya dan membelakangi Regulus, "aku akan tidur lebih cepat. Kau bisa berbaring dan kupeluk jika kau tidak bisa tidur lagi."

"Tidurlah sebelum kubuat kau tidur."

"Baiklah, besok aku menunggu kelas potion pertamaku."

"Memang apa yang akan kalian tahun keenam buat?"

"Amortentia," hanya itu yang dikatakan oleh Lee sebelum ia terlelap dan tidak lagi sadar. Regulus mengerutkan dahinya, tampak tidak begitu paham kenapa Lee sangat menantikan pelajaran Potion itu. Tiga tahun mengenal Lee, Regulus tahu sejenius apapun Lee ia sama sekali tidak tertarik dengan pelajaran ramuan.

'Aku lupa menulis sesuatu,'Regulus mengambil tas kecilnya dan tampak mengeluarkan buku tulisnya disana yang biasa ia isi dengan banyak catatan setiap tahunnya. Ia mengerutkan dahinya saat membuka buku itu, hanya menemukan lembaran kosong tanpa ada coretan tinta sedikitpun.

...

Ia yakin tidak salah membawa buku saat berada di rumah karena ia sempat membaca catatan didalamnya. Namun, satu waktu dimana ia melepaskan buku itu adalah saat ia bertabrakan dengan ayah dari Draco Malfoy.

'Apakah tertukar?' ia membalik-balik buku yang ada di tangannya saat ini. Tidak ada yang terlihat istimewa, hanyalah buku bersampul hitam dengan perkamen yang sedikit kecokelatan. Ia membalik bukunya, menemukan sebuah nama yang tertulis dibagian bawah buku itu.

"Tom... Marvollo Riddle?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro