[13] Mismatched Mirror

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Perilisan film animasi 'Rabbit Hole: Hujan Darah di Jazirah' tertunda hingga waktu yang belum ditentukan. Produser menyebut, produksi film yang dibintangi trio kelinci Kriptoverz mengalami kendala serius, terutama pada sistem motion capture Nekopi. Pemakaian Nekopi untuk streaming juga diberhentikan sementara waktu sampai pemberitahuan lebih lanjut.

"Apa kalian punya benda bernama bahagia?" tanya si gadis misterius.

"Hah?" ucap Jon dan Elita kompak.

"Perintah terakhir Almira nomor 2: cari hal-hal yang membuatmu bahagia. Tapi Almira tidak menjelaskan bahagia itu apa. Dia bilang aku bakal tahu selama aku tetap sadar. Tapi aku cuma program. Aku tahu yang dia tahu, tapi tidak benar-benar merasakan yang dia rasakan. Apa bahagia bisa benar-benar kupahami tanpa kurasakan?"

"Tunggu," sela Jon. "Pertama, kau siapa? Kedua, apa hubunganmu dengan Almira? Ketiga, bagaimana kau bisa masuk ke sini?"

"Almira bilang sekarang aku Almira. Ah, haruskah kusebut dia Rinai? Apa boleh kusebut nama aslinya di depan orang asing? Aku bingung. Umm, atau panggil saja aku AI-Mira. Paham tidak? Itu plesetan. AI singkatan dari artificial intelligence, dan Mira dari Almira. Kenapa begitu? Aku Araknoid, AI dalam alat motion capture yang disebut Nekopi. Rinai memodifikasi diriku sehingga aku bisa meniru tubuh manusia seutuhnya tanpa perlu dipasang ke lengan. Aku cuma butuh Mirat."

Jon masih berupaya mencerna kata-katanya.

"Yang kalian lihat di sini cuma proyeksi. Wujud asliku ada di kamar pria ini," lanjutnya sambil menunjuk Jon. Yang ditunjuk tertegun. Jon segera keluar dari gim dan melepas D-deck. Tepat di depan lemari baju, berdiri sosok gadis yang sama.

Jon mengucek-ucek mata. Sosok itu tak hilang. Ia lalu berjalan mendekati kasur dan berdiri di sebelah Jon yang tengah duduk bersandar. Perlahan Jon menggeser posisi duduknya, berusaha menjauh.

Elita menghubungi via video call.

[Kak, ada apa?]

"E-Eli, kamu harus lihat ini," balas Jon seraya berbagi penglihatan dengan sang adik.

[Kenapa dia bisa di kamar Kakak?]

Jon mengangkat bahu. Lalu tiba-tiba perut AI-Mira bergejolak seperti air kolam yang ditimpuk batu.

"Oh, tidak," ujarnya datar. Tak lama kemudian bola matanya meloncat keluar dan berhenti di samping lengan Jon. Setelah diamati, benda itu bukan bola mata biasa. Muncul ruas-ruas kaki elastis seperti laba-laba, lalu ia mengejan sesaat sebelum menjelma menjadi gadis piksel 2D seukuran balita. "Maaf, aku tidak bisa mempertahankan bentuk realistis kalau sedang lapar."

Tubuh dewasanya lenyap. Sementara itu, Jon dan Elita menyaksikan pemandangan tersebut dengan mulut menganga.

"Tadi katamu kau Araknoid?" tanya Jon. Ia kembali teringat peristiwa yang baru-baru ini menimpa Ido. "Jangan-jangan kau ...."

"Ya, aku bersembunyi di tas pinggangmu sejak di jembatan. Maaf sudah menyusup tanpa permisi."

"Jadi kau ada di salah satu paket yang kubawa?"

"Awalnya aku ada di motor kurir bernama Isidorus Pinkerton saat ledakan itu terjadi. Aku berhasil mengelabui perampok dengan paket Nekopi palsu, tapi kurir itu ...."

Elita pun menyela:

[Bentar, bentar. Aku masih kepikiran soal 'perintah terakhir Almira'. Emang dia kenapa? Kenapa Araknoid miliknya berkeliaran di luar?]

"Maaf, aku tidak bisa mengatakan detailnya. Yang jelas, Almira, uh, Rinai memberiku tiga perintah terakhir. Pertama, tetap eksis sebagai Almira dan jangan sampai mati. Katanya peluang hidupku kecil kalau tetap di dekatnya."

[Apa benar dia ... bunuh diri?]

"Eli, dari mana kamu tahu?" potong Jon.

[Aku di sini nggak ngapa-ngapain juga. Mau nggak mau jadi sering ngikutin drama v-seleb.]

"Maaf, aku tidak punya cukup informasi tentang itu," ucap AI-Mira.

[Masa nggak tahu? Terus nasib channel-nya gimana?]

"Sudahlah, Eli. Itu bukan urusan kita," tukas Jon, lalu ia berpaling ke AI-Mira. "Aku harus mengembalikanmu ke ISMAYA Corp secepatnya. Mereka pasti mencarimu."

AI-Mira menunduk. Mata pikselnya tampak sedih.

"Maaf, boleh aku tinggal di sini lebih lama?"

"Memang kenapa?" tanya Jon.

"Kata Rinai, di sana peluang hidupku lebih rendah."

"Kaukira di sini lebih aman? Bukannya sistem keamanan mereka salah satu yang terbaik?"

"Setiap komponen Nekopi yang dikirim ke kantor pusat bakal di-reset ke setelan pabrik untuk menghindari infeksi virus dan malware. Bila ada komponen fisik yang cacat, kami juga bakal dilebur dan didaur ulang. Almira bakal lenyap jika semua modifikasi dan memoriku tentang Rinai semasa hidup terbuang. Itu melanggar perintah Rinai yang pertama."

[Jadi Rara memang sudah ....]

"Ah, apa aku bicara terlalu banyak? Maaf, Rinai," ucap AI-Mira.

[Kak, kayaknya dia emang harus tinggal. Aku masih penasaran soal Almira.]

"Terlalu berbahaya, Eli. Rekanku mati cuma gara-gara membawanya. Kita juga masih butuh uang untuk biaya operasimu."

Elita bergeming. Ia tampak menyadari prioritas sang kakak saat ini.

"Uang?" sahut AI-Mira. "Apa uang bisa membuat orang bahagia?"

"Jelas," jawab Jon. "Uang tak selalu bisa membeli kebahagiaan, tapi setidaknya hidupku jadi lebih mudah. Tagihan listrik, air, internet, kebutuhan dasar, transportasi, semua butuh uang. Biaya operasi juga butuh banyak uang. Makin banyak uang, makin besar peluangku bahagia."

AI-Mira menoleh pada Elita. "Kalau kamu, apa yang paling membuatmu bahagia?"

[Hmm, punya banyak uang enak, sih. Tapi tujuan hidupku bukan cuma demi uang. Dulu aku sempat bercita-cita tampil di Luminostation, punya banyak lagu-lagu hits, dan jadi streamer lokal yang mendunia kayak Almira. Heh. Mungkin aku kebanyakan mimpi di siang bolong.]

"Kalau aku membantu kalian mencapai semua itu, apa aku boleh tinggal?" tanya AI-Mira.

Keduanya saling pandang. Jon masih ragu dengan keberadaan makhluk itu, sementara filter avatar sang adik menampakkan ekspresi memelas.

Di tengah keheningan, notifikasi D-deck milik Jon berbunyi. Sejumlah uang masuk ke dompet digital. Sepuluh juta rye.

"Kau mengintip ID dompetku ya?" tanya Jon.

"Maaf, cuma itu yang kupunya," ucap AI-Mira. "Apa itu belum cukup untuk biaya sewa?"

"Masalahnya bukan itu. Mana mungkin aku bisa menerima uang sebanyak ini dari entitas tak jelas. Apa buktinya kau bukan mata-mata sindikat?"

"Maaf, aku tak punya bukti yang bisa membuat Jon percaya. Aku cuma mengikuti perintah Rinai," balas AI-Mira. "Perintah terakhir ketiga: buat orang-orang bahagia dengan kehadiranmu. Jon bisa pegang kata-kataku. Kalau aku menyusahkan kalian, usir saja."

[Kak ...]

Jon tetap menyimpan rasa curiga. Namun, Elita bersikeras memberi makhluk itu kesempatan.

Jon kembali bertanya, "Kenapa kau percaya padaku? Kalau kepepet, bisa saja kujual dirimu ke pasar gelap."

[Kakak!]

"Menurutku Jon baik. Kata May-May, Jon sudah membantu menemukan paketnya. Jon juga ikut membereskan begal-begal yang merebut paket kami," balas AI-Mira. "Apa aku salah? Apa Jon sebenarnya jahat?"

"Aku begitu pun karena butuh uang."

Hati Jon bimbang. Ia belum lupa potensi mengerikan kecerdasan artifisial saat perang. Namun, kalau alat ini bisa menghasilkan uang, siapa yang bakal menolak?

***

AI-Mira kembali mengecil. Kini proyeksi tubuhnya tinggal seukuran kaleng soda. Ia butuh makan. Sebenarnya ia bisa menyerap energi listrik langsung dari stopkontak. Namun, ia membenci cara itu karena sering membuatnya mabuk dan bertingkah aneh. Potensi korsleting juga tinggi.

"Terus cara kamu makan gimana?" tanya Elita, kini duduk di meja komputer sebagai gadis gotik lolita lewat proyeksi hologram 4D. Ia meminta Jon pindah ke ruang dansa ber-setup AR, sehingga lebih bebas berinteraksi dengan AI-Mira.

"Rinai membuatku bisa menyerap energi dari bahan-bahan organik, seperti gula dan protein. Meski energi yang kuserap lebih sedikit, itu lebih 'ramah' dan efisien bagi kinerja sistemku."

Jadi dia lebih mirip makhluk hidup daripada mesin? Atau 50:50? batin Jon. Ia pernah melihat cyborg dan mutan. Namun, hal semacam ini baru pertama kali ia saksikan.

"Ada bug dalam pencernaanku. Aku tidak bisa mencerna makanan manusia secara langsung. Molekul-molekul enantiomer yang ada di makanan alami berlawanan dengan enantiomer yang bisa kuserap. Biasanya Rinai punya stok makanan 'bayangan'. Tapi kalau tak ada, kami biasanya memakai Mirat sebagai 'cermin' pembalik."

Otak Jon benar-benar tersesat kali ini. "Anti ... nomer?"

"Enantiomer, atau isomer cermin. Molekul-molekul dengan rumus kimia yang sama, tetapi memiliki struktur saling berlawanan. Mereka juga disebut senyawa kiral—atau dalam bahasa Yunani kuno: cheir—yang berarti tangan. Seperti tangan, molekul-molekul itu juga punya versi kiri (levo) dan kanan (dekstro). Keduanya mirip, tapi tak bisa dicocokkan satu sama lain. Anggaplah seperti sarung tangan kanan yang dipaksa masuk tangan kiri. Rasanya bakal aneh."

Elita menyela, "Terus hubungannya dengan pencernaanmu?"

"Banyak molekul penyusun tubuh organisme yang bersifat kiral, contohnya asam amino. Sebagian besar organisme multiseluler alami tersusun atas asam amino levo (L-asam amino), berkebalikan dengan aku. Gula juga punya dua enantiomer, tetapi hanya glukosa dekstro (D-glukosa) yang bisa dicerna dan diproduksi organisme alami.

"Imbasnya, makanan yang melimpah secara alami hanya tersusun atas satu versi enantiomer, sementara aku butuh versi 'bayangan'-nya. Kalau kupaksa makan makanan alami, aku tak bisa mencernanya, dan mungkin muncul efek samping yang tak diinginkan."

"Oh, jadi sama kayak orang kidal, ya? Kebanyakan peralatan diproduksi buat orang yang dominan tangan kanan, sehingga orang kidal kesusahan buat nyari yang cocok," ujar Elita.

"Betul," balas AI-Mira. "Proses sintetis molekul cermin cukup rumit dan mahal. Belum lagi kita harus memilah dua versi yang hampir identik satu sama lain. Mirat memangkas waktu dan biaya pemrosesan tanpa memerlukan lab canggih."

Perut AI-Mira kembali bergejolak.

"Maaf, tapi tidak ada Mirat di sini," ucap Jon. "Semua Mirat milik Elita disita sejak dia masuk Pikselatorium."

"Tunggu, Kakak udah cek dapur? Aku yakin ada sedikit yang kutaruh di kaleng mayo," sahut Elita.

Jon menuruti adiknya dan mengambil kaleng mayones. AI-Mira memeriksa isinya. Memang ada Mirat bercampur kokain di sana. Volume bersihnya tak lebih dari lima mililiter.

"Apa itu cukup?" tanya Jon.

"Cukup untuk sekali makan," jawab AI-Almira. "Terima kasih. Maaf, sudah merepotkan."

Perut Jon ikut berbunyi. Sementara ia memesan makanan via daring, jatah makan malam Elita di Pikselatorium telah datang. Gadis itu turut menunggu kedatangan pesanan Jon sembari lanjut bercakap-cakap dengan AI-Mira.

Menurut AI-Mira, di samping VStreamer, Rinai juga bekerja sebagai peneliti. Ia turut mengabdi dalam pembuatan obat untuk Sindrom Piksel. Ia menentang operasi restrukturisasi yang tidak manusiawi, dan merancang substansi pembalik pikselisasi tanpa merusak otak dan jaringan sehat.

Impiannya adalah menyembuhkan pasien tanpa perlu mengubah mereka jadi seperti robot. Ia bahkan rela bereksperimen memakai tubuhnya sendiri.

"Maksudmu, aku bisa benar-benar pulih?" tanya Elita.

"Secara teori, bisa. Masalahnya, dari semua eksperimen yang pernah Rinai lakukan, belum ada yang sesuai harapan. Terakhir, ia justru membuat susunan molekul dalam tubuhnya berbalik sepertiku. Saat berusaha mengembalikannya, pikselisasi di kulitnya bertambah parah."

Selang beberapa lama, ketiganya terdiam.

Jon sempat berharap menemukan solusi murah untuk menyembuhkan Elita. Namun, jika peneliti di garda depan saja menjadi korban, apa peluangnya sebagai orang awam? Kalaupun ada, paling orang-orang di kasta teratas yang jadi prioritas.

Makanan tiba. Jon memesan pizza ukuran jumbo agar cukup untuk dirinya dan AI-Mira. Ia juga penasaran bagaimana makhluk itu melahap bagiannya.

AI-Mira memakai Mirat—yang sudah dimurnikan—seperti tetes mata. Sekujur tubuh mungilnya menjadi transparan, memperlihatkan rangkaian mirip pembuluh darah yang menyala keemasan. Tak ada jaringan otot, tulang, maupun organ dalam. Tubuh itu hanya ilusi. Organ sejatinya hanya "mata" yang sempat meloncat tadi.

Ia menengadahkan tangan seperti berdoa. Kendati cuma ilusi, tangannya mampu mengangkat potongan pizza. Lalu pembuluh-pembuluh keemasan menjalar di setiap permukaan makanan. Tak lama kemudian, tubuhnya tak lagi transparan.

Ia menyantap makanan lewat mulut layaknya manusia biasa. Tiap selesai menelan, tubuhnya semakin membesar dan semakin realistis. Proses itu ia lakukan berulang-ulang hingga seluruh jatahnya habis dan ukuran badannya sebesar saat baru tiba.

"Terima kasih atas makanannya," ucap AI-Mira sambil membersihkan mulut memakai tisu, meskipun itu tak perlu.

Jon terpaku. Potongan pizza di tangannya masih sisa setengah.

Bulu romanya berdiri. Di luar perubahan wujud yang di luar nalar, sikap AI-Mira saat makan benar-benar sopan. Perilakunya nyaris sempurna meniru perilaku manusia. Namun, seperti ada kepingan yang hilang. Seperti malaikat dalam kitab suci yang digambarkan secara akurat sampai menakuti kaum iblis, jin, dan manusia.

"Kudengar Araknoid dipasangi pelacak dari pusat. Bagaimana kau bisa lolos?" tanya Jon.

"Rinai menghapus pelacak sejak memodifikasi tubuhku. Setiap kugantikan dia di acara-acara tertentu, kupakai Nekopi dengan pelacak palsu. Sekarang Nekopi itu juga sudah lenyap."

"Jadi tak ada yang tahu kau di sini?"

"Ya, harusnya."

"Baguslah. Aku tak mau ada yang tiba-tiba datang dan menuduhku mencuri."

"Sebisa mungkin aku tidak akan melakukan hal yang bisa merugikan Jon dan Eli."

"Selanjutnya, apa yang akan kaulakukan? Kau tak bisa makan tanpa Mirat, tapi aku tak mungkin membeli Mirat legal tanpa alasan."

"Soal itu biar aku yang urus. Jon tak perlu khawatir."

"Lalu, bagaimana kau mau mencari uang? Kalau itu menyangkut sesuatu yang ilegal, aku tidak ikutan."

Pandangan AI-Mira beralih pada avatar Elita yang tengah asyik makan, lalu memindai rangkaian PC, alat-alat musik, dan perangkat AR/VR di setiap sudut.

Ia pun bertanya, "Eli pernah jadi VStreamer, ya?"

"Mm-hmm?" ucap Elita dengan mulut penuh.

"Kamu masih mau tampil di Luminostation?"

"Mm, mau sih. Tapi aku udah bukan streamer korporat lagi, sementara peluang streamer indie masuk sana kecil."

AI-Mira diam sejenak, seperti berpikir.

"Apa aku boleh membantumu reinkarnasi?"

***

[A/N] Almira, Rinai, AI-Mira, sejauh ini adalah tokoh paling kompleks yang pernah kutulis. Mumeeet! >o<

Btw kalau ada komplain, masukan, atau ada penjelasan yang kurang jelas, silakan komen-komen ya. Bisa jadi ada yang lebih expert dalam menjelaskan term-term ilmiah di bab ini dengan lebih simpel.

Kredit buat ilustrasi:

https://en.wikipedia.org/wiki/Chirality#/media/File:Chirality_with_hands.svg

https://www.chemistrysteps.com/d-and-l-sugars/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro