[15] Ningen

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[FREE TALK] NOT FREE SUPERCHAT
Alicia Loveland Ch.

....

[Ry 50.000] Jadi Alicia sebenarnya dua orang?

"Secara teknis, ya. Alicia adalah gabungan dua nama: Alice dan Cia. Kami dua entitas yang berbagi satu tubuh."

[Ry 100.000] Cia itu siapa? Apa dia yang ngomong sama Alice pas debut, atau kodok mutan yang bersemayam di jaketmu?

"Hmm, aku juga kurang tahu. Cia cuma datang pas aku lupa minum obat. Mungkin kamu lebih paham."

[Ry 200.000] Apa Alice dan Cia single?

"Di Loveland, itu adalah ajakan baku hantam."

[Ry 1.000.000] Hai, Alice. Kami serikat unicorn penasaran dengan arah channel ini ke depannya. Kami sering sakit hati karena dikhianati v-streamer korporat yang kolab dengan streamer cowok. Kami suka dengan karakter, suara, dan pembawaan kalian. Apa kalian berjanji untuk tidak berinteraksi dengan cowok mana pun?

"Tergantung. Apa kalian janji buat berhenti datang ke channel ini lagi?"

[AKUN DIBLOKIR]

[Ry 20.000] Kak Alice, sebut namaku dong, Kak.

"Namaku."

Jon menuju lantai bawah tanah kantor pusat ISMAYA Corp untuk bertemu rekan-rekan baru. Sambil menunggu di dalam lift, ia memeriksa daftar tujuh Nekopi yang jadi target operasi. Satu Nekopi milik Azula Kahula, tiga milik Jackie Jackalope, dua milik Maya Tepozteca ... dan satu milik Almira Truvelu.

Ia menatap target terakhir cukup lama sampai tak sadar pintu lift sudah terbuka. Memang beginilah seharusnya. AI-Mira adalah milik ISMAYA Corp. Suatu saat, ia harus kembali terserah dia mau atau tidak. Meskipun ia supercerdas dan sadar diri, alat tetaplah alat.

Akan tetapi, bagaimana dengan Elita? Ia baru menemukan kawan baru dengan minat dan hobi yang sama. Berkat AI-Mira, kepercayaan dirinya meningkat dan keuangannya mulai stabil. Jon tak pernah melihat adiknya sebahagia itu sejak dikarantina.

Kalau mereka dipisahkan secepat itu, apa Elita bakal memaafkanku?

"Hei, Nak, jangan jalan sambil melamun."

Gaung suara bas yang akrab merambat ke telinga Jon seperti headphone stereo. Ia mendongak. Seorang pria hitam plontos dengan syal pita suara tengah duduk di sofa bersama seorang gadis.

"Markum? Kenapa kau ...."

"Kau mungkin veteran perang, tapi di sini, aku lebih berpengalaman," sahutnya. Ia masih memakai rompi bartender, lengkap dengan kemeja putih tanpa lengan dan dasi kupu-kupu.

Si gadis tersenyum. "Tegang amat. Duduk sini."

Gadis itu juga tak asing. Rambut disanggul, dahi lebar, kulit cokelat karamel, dan yang paling menonjol, dada K-cup yang ditopang dua sport bra, serta jersey merah yang hanya menutupi kedua lengan. Jon pernah bertemu dengannya sekali saat ekspedisi kelas AA pertama.

"Anda ... Kristina?"

"Pristina, pakai P," koreksinya. "Jangan terlalu formal. Panggil Pipi juga boleh."

"Mau nambah satu atau sepuluh orang, tak ada bedanya," ucap gadis lain yang baru datang. "Pak tua itu memang hobi menyetor mayat."

Jon menoleh. Tato bunga berkelopak lima. Sara.

"Kau ... apa yang kaulakukan di sini?" tanya Jon geram.

"Heh, ini duniaku. Harusnya aku yang nanya. Kenapa kurir plin-plan sepertimu mengambil pekerjaan ini? Kalau mengacau, aku sendiri yang bakal membunuhmu."

"Jon, kau kenal dia?" tanya Markum.

"Dia yang membuat adikku kecanduan Mirat palsu."

"Jangan fitnah," bantah Sara. "Kalau kau memang peduli pada adikmu, berhenti main-main dan cepat bayar utang-utangnya."

Jon menatap Sara, Sara balas menatap. Meski lebih kecil, gadis itu tampak percaya diri.

Bunyi logam berdentang, seperti lempeng besi yang dipalu tepat di samping toa.

Jon dan Sara kompak menjauh sambil menutup kuping.

Sesosok robot humanoid setinggi dua meter berdiri di antara keduanya sembari mengatupkan kedua tangan. Lalu ia berkata, "Selamat datang semuanya! Apa pun urusan pribadi di antara kalian, tunda dulu sampai misi kita selesai. Mulai sekarang, kita satu tim. Oke?"

"Kau siapa?" tanya Jon.

"Ah, astaga. Sampai lupa berkenalan. Namaku Rod Rosco. Rod nama panggilanku, dan Rosco adalah nama unit kami: Robot Security Contractor. Aku satu-satunya unit Rosco yang diberi nama secara personal oleh Papa Gilbert. Saudara-saudaraku yang lain hanya punya nomor seri. Secara de facto, akulah pemimpin sistem keamanan di kompleks ISMAYA Corp yang akan memandu kalian."

"Persetan. Aku tak mau diperintah kepala baskom," sahut Sara. Kepala robot itu memang mirip baskom terbalik, dengan corak muka seperti helm prajurit Sparta.

"Aku hanya menjalankan perintah Papa Gilbert. Kalau mau protes, silakan protes ke Papa."

Sara melengos.

"Kalian punya tentara robot, tapi kenapa masih menyewa manusia?" tanya Jon. "Bukan berarti aku menolak uangnya, sih."

"Kami diprogram untuk menjaga keamanan kompleks ISMAYA Corp. Tak kurang dan tak lebih. Kami tidak didesain untuk menyerang musuh seperti robot tentara, sebab itu melanggar aturan kepemilikan robot bagi warga sipil. Cuma aku yang diberi perintah khusus untuk mengawal kalian, agar mencegah hal-hal yang tak diinginkan selama misi."

"Apa benar itu alasannya?" tanya Sara. "Bukan karena Mr. G mulai tak percaya dengan kalian?"

Rod Rosco menoleh. "Bisa diperjelas?"

"Pak tua itu baru-baru ini kehilangan putrinya, 'kan? Pemeran Almira, si VSeleb kondang?" balas Sara. "Orang-orang bilang dia bunuh diri di apartemen, tapi benarkah? Lalu kenapa Nekopinya bisa hilang? Dari semua talent Kriptoverz, bukankah penjagaannya paling ketat?"

Seisi ruangan terdiam. Jon menatap Sara, otaknya diliputi pertanyaan.

"Atau dia dibunuh," lanjut Sara. "Kalau benar, itu berarti dua hal. Antara sistem keamanan kalian tak sehebat yang orang-orang pikir, atau kalian juga turut andil dalam kematian 'Almira'. Mungkin sejak awal si pembunuh mengincar Nekopi-nya. Dengan kata lain, benda itu tidak hilang, tapi dirampok."

"Hmm, tuduhanmu tak berdasar. Tapi silakan berandai-andai," ujar Rod Rosco. "Ada pertanyaan lain sebelum membahas misi?"

Tak ada balasan.

Jon mengembuskan napas panjang. Jika Sara benar, wajar bosnya kali ini lebih proaktif. Sejauh yang ia tahu, Gilbert tak begitu peduli dengan kurir yang mati di jalan. Namun, lain cerita kalau anaknya sendiri yang jadi korban.

***

Rapat malam itu menghasilkan dua keputusan. Pertama, amankan Nekopi di tangan Jackie dan Maya. Dari seluruh talenta Kriptoverz, lokasi mereka paling jauh. Apalagi Jackie. Ia bersikeras tak mau pindah ke apartemen pusat.

Kedua, temukan Ningen. Ia sosok yang sering disebut oleh kurir-kurir pembawa Nekopi. Baru-baru ini ia dikabarkan muncul di acara talkshow virtual Kaga Kukila.

Sebagai salah satu admin KripTown, Pristina sering menjumpai serangan spambot dan DDoS (distributed denial of service) pada server publik gim tersebut. Serangan besar terakhir adalah sehari pasca-kelulusan Azula Kahula.

Pada saat yang sama, serangkaian pembegalan paket Nekopi terjadi, termasuk yang menewaskan Ido. Mayoritas serangan dapat diredam. Namun, satu Nekopi milik Azula berhasil dirampas.

Pristina menganggap bahwa Ningen atau utusannya bersembunyi di balik Hoolers, penggemar setia Azula. Ia beserta tim hacker ISMAYA Corp telah melacak mereka satu per satu. Sampai saat ini, belum ada titik terang.

"Yang kami temukan cuma ini." Pristina menunjukkan proyeksi situs web yang diduga milik Ningen.

....

Legenda Ningen bermula pada 2X07 di postingan forum 8chan. Seorang awak kapal pengamat paus mengklaim telah menyaksikan makhluk misterius di lepas pantai Antartika. Awalnya mereka pikir itu kapal selam, tetapi saat para kru mencoba mengamati lebih dekat, "kapal selam" itu lenyap tak berbekas.

Pada 2X10, perusahaan riset kimia dari Jepang mengunggah video tentang kehidupan laut dalam. Mendekati akhir, tampak sesosok makhluk raksasa bermata kecil dan bermulut besar, lengkap dengan senyuman setipis garis. Ada yang bilang itu cuma salah satu spesies belut ular laut dalam. Ada pula yang menganggap itu adalah bukti keberadaan Ningen.

....

"Lelucon apa ini?" celetuk Markum.

"Itu cuma kutipan dari situs wiki tentang makhluk-makhluk kriptid," balas Pristina. "Dengan kata lain, mereka mempermainkan kita."

Jon ikut membaca. Mereka juga mengutip makhluk lain seperti almiraj, jackalope, tepoztecatl, dan kelelawar berbadan kera bernama ahool. Secara urut, keempat makhluk itu merupakan landasan dari karakter Almira, Jackie, Maya, dan Azula.

"Tadi kaubilang sudah melacak tersangka satu-satu," ujar Sara pada Pristina. "Apa kau benar-benar memeriksa semuanya?"

"Kami sempat menangkap pelaku penyerangan server KripTown. Tapi mereka menyangkal saat dikait-kaitkan dengan Ningen. Kami juga tak punya cukup bukti. Mereka bilang itu cuma dorongan impulsif karena kecewa idolanya graduate."

"Heh, lembek," ejek Sara. "Tunjukkan lokasi mereka. Biar kubuat mereka bicara. Sampai muntah darah kalau perlu."

Seisi ruangan menatapnya sinis.

"Apa? Kalian semua mau jadi polisi baik? Mr. G cuma membayar untuk menemukan Nekopi. Tak ada waktu buat main detektif." Sara membalas tatapan mereka, lalu beralih ke proyeksi situs Ningen. "Kasus ini penuh dengan aroma wibu. Kalau kelamaan, bisa-bisa bau bawangnya menular ke tubuhku."

"Sara ada benarnya. Waktu terus berjalan," ucap Markum. "Kalau begitu, Sara, aku ikut denganmu. Aku takkan banyak protes selama kau tak kelewatan."

Sara tak menyahut.

"Aku dan Jon akan memeriksa Jackie dan Maya. Kebetulan mereka mau tidur bareng malam ini," kata Pristina. "Gimana menurutmu, Jon?"

"Oke. Tak masalah."

***

Untuk melindungi privasi, Jon mendapat D-deck, nama palsu, dan kartu identitas baru. Ia dibantu seorang seniman 3D untuk menentukan penampilan sesuai yang ia inginkan.

"Begini cukup?" tanya si seniman. Ia seorang wanita dengan helm XR yang membungkus kepala, menyisakan bibir merah yang tak pernah lekang dari senyuman.

Jon melihat proyeksi wajah barunya, lalu berkata, "Cukup."

Wanita itu melayani dengan sabar dan profesional. Inikah rasanya masuk salon artis? Baru kali ini aku diperlakukan seperti raja.

Ia memberi Jon sebuah perangkat mirip jam tangan. "Semua data penampilan Anda sudah tersimpan di sini. Kalau mau balik ke tampilan awal, tinggal pencet ini, terus ini, nah gampang, 'kan?"

"Ini ... Nekopi?" tanya Jon.

"Yep, meskipun enggak secanggih yang dipakai talent. Yang ini enggak pakai Araknoid."

"Bedanya?"

"Anda masih harus memakai losion Mirat untuk mengubah penampilan. AI di Nekopi ini cuma mengatur kadar losion dan waktu pemakaian."

"Mirat?!"

"Jangan khawatir. Kadar yang saya pakai aman kok. Itulah gunanya Nekopi di lengan Anda," sahut wanita itu. "Media terlalu membesar-besarkan pikselisasi kulit. Padahal jelas-jelas yang kena Sindrom Piksel itu gara-gara Mirat dicampur bermacam-macam senyawa tanpa tahu efeknya."

Ini kali pertama Jon merasakan Mirat dioleskan ke kulitnya sendiri. Teksturnya tak jauh berbeda dari losion anti jerawat yang sering ia pakai.

Ia menatap cermin. Pipinya lebih tirus. Hidung dan bibir juga tak sebesar dan setebal sebelumnya. Kulit yang tadi merah busuk, kini lebih sawo matang. Ia enggan membuatnya lebih cerah karena takut terlalu menarik perhatian.

Memang tampan itu relatif. Namun, paling tidak mukanya kini memenuhi standar penampilan di Metro Lumina. Tempat-tempat eksklusif biasanya memiliki nilai koefisien kecantikan (NKK) untuk mem-filter pengunjung. Apalagi di Neon Stump.

Tidak lucu kalau misinya gagal cuma gara-gara tampangnya di bawah standar.

"Terima kasih banyak," ucap Jon pada sang seniman.

"Saya yang harus berterima kasih," balasnya. "Saat perampokan di Jembatan Kembar, Anda yang merebut Nekopi milik Azula Kahula, 'kan?"

Jon tak menyangkal. "Anda dekat dengan dia?"

"Bukan dekat lagi. Saya Azula Kahula," jawabnya. "Well, sekarang udah pensiun, sih."

Jon tercengang. "Bukankah itu informasi rahasia?"

"Secara teknis, Anda sudah jadi bagian kami. Anda juga berhak tahu siapa saja yang harus Anda lindungi, 'kan?" Ia tertawa kecil. "Memang ada talent yang sangat ketat menjaga privasi bahkan pada bodyguard-nya sendiri. Tapi kalau saya sih, santai."

"Kalau begitu, boleh saya tahu alasan Anda pensiun?"

"Enggak ada alasan khusus. Cuma capek. Udah puluhan tahun saya jadi v-streamer Kriptoverz. Banyak impian yang udah tercapai. Sekarang umur saya 50 tahun, mau ngapain lagi?"

"Lima puluh tahun!?" Ia pikir wanita itu masih dua puluhan, atau maksimal kepala tiga.

"Enggak kelihatan, ya? Yah, meski begitu, usia mental tetap enggak bisa bohong." Azula mendesah pasrah. "Sekarang saya lebih nyaman bikin model buat talent-talent baru. Kalau harus bikin konten tiap hari, saya udah enggak sanggup."

Jon mengerti. Puluhan tahun adalah waktu yang sangat lama untuk seorang pembuat konten. Dalam setahun saja, banyak pendatang baru yang berhenti karena bosan atau merasa tak berkembang. Bakat dan penampilan saja tidak cukup untuk bertahan. Butuh kegigihan, dan mungkin, sedikit kegilaan.

Keluar dari 'salon XR' milik Azula, Jon berpapasan dengan Markum. Pria itu juga mencerahkan warna kulit dan memakai kain penutup kepala. Syal-nya lebih dekat ke mulut bagai masker ninja.

"Gimana penampilanku?" tanya Markum sembari berjalan beriringan.

"Mirip kuli bangunan."

Markum terkekeh. "Omong-omong, apa nama samaranmu?"

"Delta. Delta Blues. Kau?"

"Mino R. Swing."

"R-nya?"

"Rahasia."

Jon terhenyak. Mulai melawak nih bapak-bapak.

"Kalau Sara dan Pristina?" tanya Jon lagi.

"Tak ada perubahan. Kudengar nama mereka yang sekarang juga palsu."

Keduanya memasuki lift, menuju lantai garasi.

"Kenapa memilih pekerjaan ini? Padahal dulu kau sering melarangku."

"Justru karena aku tahu risikonya, makanya kularang. Lihat nasib Ido?" balas Markum. "Aku pun mau pensiun, tapi ini lain. Aku berutang budi pada Mr. G."

Markum tak menjelaskan lebih lanjut. Keduanya berpisah menuju kendaraan masing-masing. Markum bersama Sara, Jon bersama Pristina.

Tepat di sebelah Pristina, sebuah hoverbike hibrid telah siap dikemudikan.

[Halo Om, masih ingat aku nggak?]

Kayzer.

***

[A/N] Update konsisten nggak mudah ternyata. Terima kasih banyak buat yang masih setia mengikuti cerita ini setiap update! Kesabaran kalian luar biasa!

sumber gambar: https://cryptidz.fandom.com/wiki/Ningen

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro