[19] Motif dan Tujuan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Boards.8chan.org

/vst/ Virtual Streamers

========

[Anon1323]

SEBARKAN VIRUS KODOK KE SELURUH DUNIA! ALICIA IS LOVE, ALICIA IS LIFE!

[Anon4444]

Alice dan Cia underrated banget. Kupikir mereka pantas direkrut agensi-agensi gede.

[Anon9786]

Biar mereka berkembang dulu. Lagian kalau masuk agensi kayak Kriptoverz, mereka nggak bakal bisa bikin konten disturbing dan pinggir jurang. Apalagi sekarang agensi-agensi gede jadi sarang unicorn.

[Anon5349]

Kalian suka sama lonte bekasnya Kaga Kukila?

[Anon9786]

^Langsung muncul si paling unicorn.

[Anon3562]

Aku kurang tahu soal Alice, tapi bukannya Cia itu Inara/Elita ya? Yang kena pikselisasi pas streaming dan sampai sekarang di tempat karantina?

[Anon4444]

Sorry, kita nggak ngomongin wujud asli di sini.

[Anon5349]

Emang. Bilangnya menggalang dana buat riset, tapi aslinya cuma buat kepentingan mereka sendiri. Udah lonte, penyakitan pula!

[Anon6846]

Ya baguslah! Kalau kata Anon3562 benar, mending duitku buat biaya operasi Elita daripada buat orang nggak kukenal! Aku fans sejak dia jadi penyanyi cilik!

[Anon7690]

ALICIA IS LOVE, ALICIA IS LIFE!

[Anon1323]

ALICIA IS LOVE, ALICIA IS LIFE!



Pristina mengungkap hasil pemeriksaan jasad mutan bersistem Araknoid pada rekan-rekannya. Ada semacam jaringan intranet khusus yang membuat mutan-mutan itu mampu mendeteksi Araknoid lain walau dalam kondisi nonaktif. Terlebih, mereka dapat menghilangkan jejak sehingga luput dari pengawasan kamera atau sistem-sistem lain.

"Hasil ini menunjukkan, semakin tinggi kemiripan antara Araknoid dalam tubuh mutan dan Araknoid lain, semakin mudah mereka mendeteksi satu sama lain," tutur Pristina. "Itu alasan mereka bisa mengikutiku dan Jon, meskipun nggak ada penyadap dalam gadget dan hoverbike kami. Itu juga yang bikin kami diincar mutan mirip jackalope di lorong. Karena aku yang bawa Nekopi milik Jackie."

Dengan kata lain, batin Jon, semulus apa pun penyamaran kami, musuh tetap bisa tahu selama kami membawa perangkat bersistem Araknoid.

"Dan kalian baru tahu soal ini?" sindir Sara. "Bukannya kalian pengembang sistem Araknoid yang pertama? Masa gampang dikibuli?"

"Kami mengembangkan sistem ini cuma buat motion capture dan efek visual XR," balas Pristina. "Siapa yang menyangka itu bakal jadi sensor dan otak mutan?"

"Maksudku, kalau kalian tahu sejak awal, kita nggak perlu repot menemui tersangka satu-satu. Kalau memang setiap Araknoid saling terhubung tanpa terdeteksi sistem lain, mestinya kalian bisa memanfaatkan celah itu dengan perangkat Araknoid yang kalian punya."

Pristina bergeming, tak memberi pembelaan.

"Heh, itu makin membuktikan bahwa tim IT kalian berisi orang-orang nggak kompeten," lanjut Sara. "Atau mungkin, ada yang kalian sembunyikan dari kami?"

Rod Rosco bertepuk tangan sekali. Suaranya melengking.

"Sudahlah, Sara. Jangan terlalu keras pada Pipi," ujarnya. "Lihat sisi positifnya. Dengan info ini, kita bisa lebih siap menghadapi ancaman berikutnya. Sistem skuad Rosco sudah diperbarui. Serangan mendadak yang melumpuhkan kami kemarin tak akan terulang lagi."

"Ya, sekarang bukan waktunya saling menyalahkan," tambah Markum. "Yang penting adalah cara kita menangani misi selanjutnya. Kurir narkoba itu bilang, mereka mengambil paket di beberapa bangunan bekas apotek Salvia Farma. Tapi aku tak tahu harus mulai dari mana."

"Apa perlu berpencar?" tanya Jon.

"Mengingat lawan kita, itu ide buruk," sahut Markum. "Mending kita tetap berlima."

"Gimana dengan bekas pabrik farmasi dekat pembuangan sampah elektronik? Di hilir Sungai Yumena?" usul Pristina. "Waktu server KripTown down karena serangan DDoS, ada konsentrasi petbot di sekitar Kota Tua, termasuk tempat-tempat itu. Cuma sekarang udah nggak terdeteksi lagi."

Markum manggut-manggut. "Bisa dicoba."

Mereka lalu pergi ke ruang latihan fisik, mencoba armor dan senjata-senjata baru. Jon mendapatkan plasmo upgrade yang lebih ringan, cepat, dan senyap; membuatnya bisa menembakkan dua pistol sekaligus tanpa takut terkilir. Ia juga mengenakan rompi dan helm anti-plasmo plus anti-peledak semacam thermogrenade.

Pristina mencoba sistem penyamaran dan lebah-lebah detektor Araknoid yang baru; hasil adopsi sistem Araknoid yang dicuri dan dimodifikasi musuh. Tak seperti GPS atau jaringan internet global, jangkauannya terbatas. Lebah-lebahnya hanya bisa mendeteksi Araknoid lain dalam radius satu kilometer; setara dengan luas kompleks apartemen ISMAYA Corp.

Sara, Markum, dan Rod Rosco pun "mengasah" perangkat dan kekuatan masing-masing. Melihat teknik dan pengalaman mereka pada misi sebelumnya, Jon tak begitu khawatir. Namun, ada yang masih mengganjal.

Jika benar sistem Araknoid hasil modifikasi musuh bisa bersembunyi dari pelacak sistem lain, berarti dugaannya benar. Kemarin malam, mutan-mutan itu sengaja menampakkan diri untuk memancing bot-bot milik Pristina.

Akan tetapi, kenapa mereka mengirim dua mutan pembawa Araknoid yang kebetulan jadi target kami? Apa musuh terlalu percaya diri bisa menyingkirkan kami, dengan hasil eksperimen yang belum sempurna?

"Pris," panggil Jon. "Dua Araknoid yang kita rebut benar-benar asli, kan?"

"Ya, teknisi-teknisi lain juga udah konfirmasi. Emang banyak modifikasi, tapi core-nya tetap sama," balas Pristina. "Kenapa tiba-tiba?"

"Aku cuma merasa ... musuh terlalu mudah menunjukkan hal yang seharusnya jadi 'kartu as'. Seolah-olah mereka tak peduli kalau alat itu direbut kembali."

"Hmm, itu juga jadi kekhawatiran kami di bidang riset dan pengembangan perangkat. Besar kemungkinan mereka berhasil meniru dan mereplikasi sistem Araknoid. Skenario terburuk, mereka menyimpan mutan-mutan lain yang lebih canggih dan lebih banyak daripada jumlah Nekopi yang mereka curi. Bisa jadi, dua mutan yang kita lawan cuma kelinci percobaan."

Ujung jemari Jon bergetar.

"Kalau itu terjadi, apa kita masih punya peluang?"

"Aku paham ketakutanmu. Yang jelas, misi kita cuma mengembalikan tujuh Nekopi. Selebihnya bukan urusan kita," tegas Pristina. "Mr. G udah bikin kesepakatan sama sepupunya si Komisaris Polisi. Kalau kasus ini jadi terlalu besar dan membahayakan publik, kepolisian bakal mengambil alih. Malah, bisa aja tentara ikut bertindak."

"Kedengarannya menarik," timpal Markum sambil menyarungkan sebilah keris laser.

Rosco dan Sara pun telah selesai berlatih.

"Kami cuma membahas kemungkinan-kemungkinan," ujar Pristina. Sementara itu, Jon masih diliputi kecemasan. Pikirannya kembali pada orang-orang yang gagal ia selamatkan. Pada Kartika, pada Ido, serta pada kurir-kurir yang tak begitu ia kenal seperti Aron dan Rando.

Markum menepuk pundak Jon dan berkata, "Kok bengong? Ayo semangat!"

"Maaf," ucap Jon. "Kalau boleh, aku mau bicara dengan kalian sebelum berangkat."

"Apa lagi?" tanya Sara. "Kau kira kita punya banyak waktu?"

"Well, kita punya waktu sampai tengah malam," balas Rod Rosco. "Para 'tikus tanah' umumnya beroperasi jam segitu. Lagi pula, sepertinya musuh juga hati-hati pada kita. Mereka tahu kita ancaman, tapi tak berani menyerang terang-terangan."

"Jika mereka dalang pembunuhan Almira, artinya mereka bisa frontal sewaktu-waktu," sanggah Sara. "Paling mereka menunggu kita lengah."

"Lagi-lagi narasi pembunuhan. Selama kau tak punya bukti, ucapanmu tak akan masuk sistemku."

"Aku cuma memperingatkan agar jangan sombong," ujar Sara pada Rosco. "Apa kepala baskommu terlalu bebal untuk dikasih tahu?"

"Bisa kalian dengarkan Jon sebentar?" potong Markum. "Silakan, Jon."

Jon menarik napas dalam-dalam. Lalu ia berkata, "Mungkin kalian sudah mengenal satu sama lain, tapi aku baru bergabung kurang dari dua hari. Umm ... secara teknis, aku juga kenal atau minimal pernah bertemu kalian sebelumnya. Tapi—"

"Jangan bertele-tele. Langsung saja," tukas Sara.

"Intinya, aku mau mengenal kalian lebih dekat. Paling tidak, aku mau tahu motivasi kalian mengambil misi ini," lanjut Jon. "Beberapa dari kalian mungkin tahu aku ingin menebus biaya operasi adikku yang terkena Sindrom Piksel. Tapi aku tak tahu apa-apa soal kalian."

"Terus kenapa? Apa aku juga wajib memberi tahu?" tanya Sara. "Memang kau siapa? Bosku?"

"Kalau keberatan, ya sudah," balas Jon. "Seperti katamu, waktu kita sedikit. Dalam misi semacam ini, nyawa bisa hilang kapan saja. Karena itu ... rasanya sayang kalau kita berpisah tanpa saling mengenal."

Benaknya masih dihantui penyesalan. Banyak hal yang ingin ia dengar dari Kartika maupun Ido. Banyak yang ingin ia sampaikan. Namun, kini sudah terlambat.

Di samping itu, ia juga butuh informasi tentang kasus Rinai.

"Kita tentara bayaran. Sentimen semacam itu hanya menghambat pekerjaan," sahut Sara. "Lagian, sombong sekali. Seolah-olah kau bakal jadi satu-satunya yang selamat. Kalau kau mati malam ini, apa arwahmu bakal mengingat cerita kami?"

"Tapi Jon ada benarnya," Rod Rosco menimbrung. "Dengan begitu, kita bisa makin kompak. Bisa tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing. Itu juga berguna untuk kesuksesan misi kita nanti."

"Oh ya? Kalau gitu, silakan mulai. Aku penasaran 'rahasia' apa di balik kepala baskommu."

Sara mundur, bersandar di tembok sambil bersedekap. Menanti sang pemimpin para robot berbicara.

"Aku sama sekali tak keberatan," balas Rosco seraya melepas 'kepala baskom'-nya. Namun, tak ada apa-apa di dalam. Penampilannya kini jadi mirip Dullahan, kesatria kuda tanpa kepala dari mitologi Irlandia.

"Heh, itu rahasiamu? Aku sudah tahu kalau kepalamu tak ada isi—"

"Sara," potong Markum.

"Lama tak berjumpa, Jon," sambung Rod Rosco. Suara robotnya berubah menjadi lebih rendah, tegas, dan natural. "Aku tak menyangka kita bertemu lagi dalam kondisi begini."

Jon terbelalak. Ia mulai ingat siapa pemilik suara semacam itu. "K-Komandan?"

Letnan Daud.

Beberapa piksel dan garis horizontal berkumpul di atas leher robot tersebut; menjelma sebagai kepala hologram sang komandan peleton, lengkap dengan topi baret berlogo naga bumi khas Angkatan Darat Kekaisaran Malaraya.

"Letnan Daud! Anda masih hidup?" Jon bergegas mendekati sang robot.

"Yah, tergantung bagaimana kau memaknai hidup. Secara teknis, cuma 10% diriku yang masih organik." Ia tertawa. "Santai saja, aku bukan komandanmu lagi. Panggil aku Rod Rosco, demi menghargai kebaikan Mr. G yang telah menyelamatkanku dari kematian total."

"Siap, Komandan Rosco!"

Robot itu tertawa lagi. "Kau memang anak yang lucu."

"Daud? Maksudmu, Daud Bonaparte?" timpal Sara. "Perwira AD yang dieksekusi gara-gara desersi? Heh. Pengecut seperti dia tak layak dipanggil komandan."

"Jangan mengada-ngada," balas Jon. Setahu dia, Letnan Daud menghilang sebelum dinyatakan gugur di medan perang.

"Terserah mau percaya atau tidak. Bukan urusanku," ujar Sara. "Toh belum tentu juga jiwanya benar-benar bersemayam di cangkang kaleng itu. Bisa saja dia cuma menipumu."

Jon pun sadar. Pada masa ini, segala hal bisa dipalsukan. Namun di lubuk hati yang terdalam, ia berharap masih ada hal yang bisa ia percaya.

"Sara oh Sara," sindir Rosco. "Apa tak ada hal lain yang bisa kaulakukan selain memperkeruh suasana?"

"Maaf, aku cuma alergi dengan bullshit."

"Oke, selanjutnya aku," tukas Markum, menengahi mereka berdua. "Motivasi, ya. Kemarin sempat kusinggung sedikit denganmu, Jon. Seperti Rod, aku juga berutang budi pada Mr. G. Beliau mengembangkan alat yang memberi harapan hidup untuk pasien kanker sepertiku. Saat aku baru tiba di Metro Lumina, beliau juga mau merekrutku sebagai bodyguard, meski statusku waktu itu masih imigran gelap."

"Huh? Kupikir kau lahir dan besar di sini. Logatmu tak kelihatan sama sekali," komentar Jon.

"Itu sudah puluhan tahun yang lalu, saat Perang Sipil II pecah di AS dan beberapa negara bagian kembali melegalkan perbudakan. Aku dijual sebagai budak oleh sindikat yang berafiliasi dengan Distopedia. Untung bisa kabur kemari."

"Jadi dari situ kau tahu tentang Distopedia."

Markum mengangguk. "Belakangan pengaruh mereka makin besar di sini. Bahkan merambah ke industri hiburan virtual. Sektor yang kupikir tak menarik buat mereka."

Jon tak heran. Wajar jika sindikat dengan riwayat eksploitasi manusia bakal melihat potensi keuntungan di bisnis virtual. Banyak kasus agensi idol dan VStreamer yang memperlakukan para talent seperti budak. Elita salah satu korbannya.

"Damn, kisah kalian berat-berat semua, ya," ucap Pristina yang sejak tadi hanya menyimak. "Kalau aku, well, aku kenal baik semua talent Kriptoverz. Khususnya trio Rabbit Hole. Aku bertanggung jawab buat memastikan keamanan dan kenyamanan talent saat memakai sistem dan perangkat yang kami kembangkan. Siapa pun yang bikin mereka menderita, semua layak dikasih pelajaran."

"Kata developer yang nggak kenal potensi kreasinya sendiri," sindir Sara. "Mungkin kau lebih cocok jadi babu para talent daripada di sini. Saran aja."

Pristina menatapnya tajam. "Lah? Dari kemarin emang kamu ngapain aja selain nyinyir, nyiksa, sama nyolong bonus kami? Oke, sensorku masih punya celah buat dieksploitasi, tapi tanpa info dariku, nggak mungkin kamu punya daftar tersangka."

"Nggak mungkin, katamu? Mau adu mekanik?"

"Siapa takut!"

Keduanya berdiri berhadap-hadapan. Dahi hingga dada mereka saling bersentuhan, sebelum kembali dilerai oleh Markum.

"Sara," hardik si pria plontos. "Kalau tak mau menerangkan alasanmu, jangan menghina yang lain."

Sara mendengkus. Ia menjauhi Pristina, lalu berjalan ke arah pintu toilet.

"Kalian orang-orang yang suka memperumit perkara simpel."

Ia mengambil rokok elektrik di saku celana seraya membuka pintu.

"Aku mau misi ini cepat selesai, lalu mengambil bagianku. Cuma itu."


***


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro