Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Written by : Zulfa_Fauziyyah

Udara malam itu berhasil membuat setiap orang terlelap di  balik selimut. Namun hal itu sepertinya tidak berpengaruh untuk seorang gadis yang kini tengah duduk termenung di balkon kamarnya. Matanya menatap rumah-rumah di sekitarnya, tetapi pikirannya jelas tidak ada di sana. Wajahnya yang sendu disinari bulan purnama. Sedang matanya sedikit bengkak dengan sisa-sisa air mata di pipi mulusnya.

Ia menyentuh miniatur mobil sport dari kayu yang dikelilingi kotak kaca. Itu adalah hadiah yang sudah ia siapkan sejak lama untuk ulang tahun Akmal. Sekarang ia jadi ragu apakah ia masih tetap ingin memberikannya. Jika ingat cowok yang telah singgah di hatinya tersebut, ia jadi sakit sendiri.

Sejak awal bertemu dengannya, gadis itu sudah jatuh hati. Ia tidak tahu mengapa, tapi sepertinya alam sudah memilih mereka untuk berada di sebuah jalan yang sama. Namun, sekarang ia berpikir, mungkin ini hanya cara Tuhan mempertemukan gadis itu dengan seseorang yang membuatnya hadir di dunia ini. Ia sudah banyak membuang waktu dan tenaganya hanya untuk cowok itu. Apalagi, Akmal tidak pernah memperlakukannya dengan baik.

"Win, kok belum tidur?" ucap seorang wanita yang telah menjadi ibunya tujuh tahun ini.

Windi menoleh. Kini ibu angkatnya tersebut sudah berdiri di belakangnya. Wajahnya yang lembut tersenyum singkat sambil menyelipkan beberapa helai rambut Windi yang berkibar tertiup angin.

"Aku belum ngantuk, Ma," dustanya.

Dira menyentuh dagu Windi dan mengangkat wajahnya agar bisa melihat mata anak angkatnya. Sekali lagi ia tersenyum.

"Kamu bisa bohongi diri kamu sendiri. Tapi kamu tidak bisa bohong sama hati kamu dan Mama bisa lihat itu semua."

Windi hanya diam. Dira berjalan ke sisi balkon dan menengadahkan kepalanya ke atas langit.

"Kamu tahu, walaupun Mama tidak pernah berada di posisi kamu, tapi Mama bisa tau gimana rasanya. Setiap orang pasti punya masalah yang berat, itu pasti. Kalau kamu sakit hati, Papa kamu juga pasti lebih sakit. Kamu adalah segalanya bagi Papa. Jangan kamu menyiksa diri kamu sendiri, Win. Karna Mama tau, Papa pasti akan lebih tersiksa nantinya.

Kalau kamu di sini untuk menunggu bintang jatuh agar bisa mengucapkan satu permintaan, Mama akan bilang itu sia-sia. Bintang jatuh tidak benar-benar ada, kalaupun kamu ingin meminta sesuatu, mintalah pada Allah, Sayang. Dia akan mengabulkan apapun keinginan kamu."

Dira menatap Windi penuh arti kemudian memeluknya erat.

"Kamu jangan lupa sama Tuhan, Dia tidak pernah tidur, Win. Beda dengan kamu yang butuh istirahat. So, take a rest now. Will you?"

Windi mengangguk kemudian mengikuti langkah Dira masuk ke dalam kamarnya kembali. Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur queen size-nya dengan hati sedikit tenang. Dira mengecup keningnya kemudian mematikan lampu kamar Windi.

"Mama yakin kamu bisa hadapi ini semua, Win. Dan saat kamu butuh seseorang untuk mendukung kamu ...," ucap Dira sambil tersenyum kemudian kembali berkata, "Mama akan ada di barisan terdepan saat itu."

To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro