Rencana Acara kampus

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sesudah selesai PKL sebulan, para mahasiswa kembali menempuh mata kuliah seperti biasanya. Antusias mereka sangat membara, kadang mereka rindu pada teman satu kelas.

Vina berdiri di atas podium. Dia mengumumkan bahwa bakal ada acara kampus dari HMJ TI, yang berkerjasama dengan HMJ lainnya. Semua mahasiswa diwajibkan datang, sesuai peraturan kampus.

"Tenang aja, Gaes, pokoknya kalian harus datang, ya? Acara ini bakalan seru banget, deh, " jelas Vina. "Ada band-band juga. Wajib datang! Besok Malam, jam tujuh ! Dicatat, jangan lupa!"

Seisi kelas saling pandang, sepertinya mereka kurang tertarik dengan acara kampus. Kebanyakan mereka agak malas mengikuti acara-acara kampus.

"Wajib, ya?"

"Males banget!"

"Ngapain ikut kita kan bukan HMJ."

Komentar-komentar itu bermunculan. Vina terus menghimbau teman satu kelasnya untuk ikut. Dia ingin acara yang diadakan HMJ-nya berjalan lancar, dan banyak yang datang walaupun sekadar hanya meramaikan.

"Wajib datang, gue nggak mau tahu! Ada absennya!" seru Vina dengan suara lantang.

"Yelah, apa-apa, kok diabsen!" celetuk salah satu teman Vina.

"Euits, nggak boleh protes. Dengerin, ya, yang jomlo-jomlo itu. Kali aja ikut terus dapat jodoh. Ya, kan?" Vina mengangkat dua alisnya. "Kayak gue ketemu jodoh gue si Bebeb Irwan. "

Seisi kelas menjadi riuh dan meledek Irwan habis-habisan. Irwan yang merasa dipojokkan pun hanya terdiam.

"Tuh, Wan, ditaksir Vina, " gumam Resti menyengol Irwan.

"Apaan, sih, Res, " jawab Irwan, cuek.

Resti kembali menyengol lengan Irwan.

"Cukup, Res." Irwan menutup kedua telinga
Dia marah karena dipojokkan terus menerus. Cowok itu keluar kelas begitu saja.

"Si Irwan kenapa?" tanya Jamet, menyelidik.

"Marah dia gue jomblang-jomblangin sama Vina, " jawab Resti. Jujur, dia merasa tak enak hati pada Irwan, karenanya cowok itu jadi marah.

Vina nyelonong keluar kelas menyusul Irwan yang ada di depannya. Gadis itu menyamakan langkah dan mengenggam tangan Irwan erat, Irwan berhenti, menatap Vina kesal.

"Ngapain lo nyusulin gue?" Irwan mengalihkan pandangan.

"Sori, Wan, gue nggak ada maksud, " jawab Vina, sembari memegang tangan Irwan.

Seketika hening.

"Lepasin tangan gue, Vin, " tukas Irwan. Vina langsung menuruti kemauan Irwan untuk melepaskan genggaman tangan itu.

"Gue minta maaf, Wan, " ucap Vina lagi. "Gue juga mau pansos aja, kok." Vina menunduk malu. Tak ada sedikit pun niatnya untuk memojokkan Irwan di hadapan semua temannya. Tidak ada. Dia hanya ingin suasana kelas ramai, tidak tegang karena akhir-akhir ini banyak tugas. Supaya semua merasa gembira.

"Gue paham, Vin, " balas Irwan. "Tapi, gue nggak suka aja. Maaf kalau perkataan gue nyakitin lo, tapi gue harap lo paham maksud gue, Vin." Irwan tersenyum tulus.

"Gue yang harusnya minta maaf, Wan." Vina menepuk bahu Irwan. "Mungkin sikap kekanak-kanakan gue yang bikin lo nggak suka sama gue."

Irwan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Perkataannya ternyata menyinggung Vina. "Sori kalau perkataan gue menyinggung lo."

Irwan berlalu menuju ke perpustakaan dan meninggalkan Vina yang masih terpaku di sana.

"Andai lo tahu, Wan, gue suka sama lo, " gumam Vina, memandangi punggung Irwan yang mulai menjauh.

Vina kembali ke kelas. Lalu gadis itu duduk terdiam seribu bahasa. Dia yakin sehabis itu Irwan akan ilfeel padanya, sama halnya dulu saat dia menyukai Beno dan memperlihatkan sikap kalau dia menyukai cowok itu. Itu lah sikap Vina, dia tidak bisa menyembunyikan rasa sukanya pada seseorang yang disukainya. Frontal. Tidak suka basa-basi.

Resti, Hamdan, Nuno dan Jamet pun menghampiri Vina.

"Lo kenapa, Vin?" tanya Resti, duduk di sebelah Vina.

Vina mengangguk. Gadis itu lalu menitihkan air matanya. Entah kenapa, tiba-tiba air matanya jatuh begitu saja.

"Vin?" Resti menepuk bahu Vina pelan dan memeluknya.

"Lo ditolak Irwan, ya, Vin?" Jamet berdiri di depan meja Vina, menatap sendu gadis berparas cantik itu. Sudah gila si Irwan pikir Jamet. Laki-laki lain saja mengantri untuk mendapatkan Vina. Nah, Irwan malah menolak Vina mentah-mentah. Tidak ada akhlak si Irwan itu, batin Jamet.

"Diem lo, Jumet!" seru Resti.

Hamdan dan Nuno pun terbahak saat mendengar nama Jamet diganti Jumet.

"Seneng lo berdua?" Jamet menatap kedua temannya bergantian.

"Gue malu sama Irwan." Tangis Vina makin menjadi, Resti masih mencoba menenangkan Vina.

"Malu kenapa?" Kini Hamdan yang angkat bicara. Cowon itu juga merasa kasihan pada Vina yang menangis. Sepertinya Hamdan sudah paham apa yang akan dikatakan Vina. Pasti tentang kejadian tadi, saat Vina membuat kericuhan mengaku Irwan sebagai jodohnya. Ya, mungkin semua tahu jika Vina hanya bercanda, tapi barangkali Irwan yang menganggapnya terlalu serius.

"Gara-gara tadi, ya?" Resti menebak apa yang akan dikatakan Vina.

Vina mengangguk. "Pasti habis ini Irwan benci banget sama gue, Res. " Gadis itu mengusap air matanya menggunakan tisu yang baru saja diambil dari tas.

"Nggak, kok, Vin. Kayaknya Irwan nggak gitu, deh, " timpal Nuno. "Kalau Irwan nggak mau sama lo, lo ma gue aja, Vin. Gue siap walafiat, kok."

Jamet menoyor kepala Nuno. "Enak aja lo cari kesempatan dalam keadaan kayak gini."

"Kan, gue cuma nawarin diri ke Bebeb Vina, " balas Jamet tak mau kalah. "Irwan nggak normal, tuh, ditaksir cewek cantik nggak mau. Ya udah Vina mending sama gue aja, kan?"

"Vina yang nggak mau sama lo!" cibir Resti sambil menjulurkan lidah.

"Ya udah kalau gitu lo aja Res yang sama gue. Gimana?" Jamet menaikkan kedua alisnya, membuat Resti bergidik ngeri.

"Ogah gue sama lo!" Resti mengerucutkan bibir, kedua tangannya bersedekap di depan meja. "Kalau ada cowok di dunia ini tinggal lo doang, gue tetap nggak mau sama lo, Mamet! "

Jamet malah semakin menggoda Resti habis-habisan. "Malu-malu, tapi malu, kan?" Cowok itu menyolek lengan Resti sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Diem kalian semua!" Muka Vina bertambah kesal. Dia sedang memikirkan Irwan yang entah berada di mana sekarang. Pasti cowok itu masih marah dengannya. Vina menghela napas. "Gue takut Irwan jauhin gue, Guys."

"Nggak, kok, Vin. Tenang aja, lah, " sahut Resti.

"Kalau iya, gimana?" Vina benar-benar takut jika Irwan menjauhinya. Sangat takut. Ya, mungkin dia harus mengirimkan pesan untuk Irwan. Setelah makan malam itu, Vina benar-benar senang karena Irwan mau menuruti ajakannya, walaupun sedikit terpaksa sebagai imbalan karena Vina telah memberikan informasi tentang Beno meskipun hanya sedikit, tapi setidaknya hal itu sangat berguna untuk Irwan saat itu.

Vina mengambil ponsel dan mengirimkan pesan ke Irwan.

Lo jangan jauhin gue, ya, Wan. Gue bener-bener minta maaf.

Lima menit kemudian, tak ada jawaban apapun dari Irwan.

"Pasti Irwan marah banget sama gue, " ucap Vina.

Drt
Drt

Ponsel Nuno bergetar, dia menggeser layar ponselnya.

Irwan
Gue ke perpus.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro