Sosok mirip gendruwo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sambil mendengarkan penjelasan dosen di kelas,  mata Jamal sangat mengantuk. Semalam dia tidak bisa tidur pulas.  Entah kenapa, hawa di kamarnya begitu panas.  Rasanya seluruh tubuh Jamal panas dingin, padahal dia tidak sedang sakit.  Jamal yakin ada yang aneh dengan dipan pemberian tetangganya itu.  Seusai kelas selesai, dia akan menemui Geo.  Mata kuliah di semester ini dia jarang satu kelas dengan Geo.

Perkuliahan pun selesai,  Jamal cepat-cepat memberesi bukunya, lalu memasukan ke dalam tas.  Setelah  itu bergegas menemui Geo.  Sejam sebelum kelas selesai, Jamal sudah mengirimkan pesan untuk bertemu Geo.

Saat keluar kelas,  Geo rupanya sudah menunggu di depan kelas sambil melipat kedua tangan dengan menyenderkan bahu di tembok.

"Gue udah selesai kelas." Jamal menghampiri temannya itu dan menepuk bahu Geo.

Geo mengangguk.  Kedua remaja itu memutuskan pergi ke kantin untuk makan siang.  Begitu sampai,  keduanya memesan menu soto.

Sambil menunggu soto datang,  Jamal membuka pembicaraan. Keanehan dipan itu nyatanya masih menganggu pikiran.

"Eh... katanya pas kemarin di rumah gue,  lo lihat kayak gendrowo ya di kamar?" Jamal meletakkan kedua tangan di atas meja.  Dia sudah siap menyimak jawaban Geo.

Geo mengusap tengkuknya. "Iya,  serius."

"Lo lihat jelas?" Jamal langsung merinding saat mengetahui jawaban Geo. 

Belum sempat Geo menjawab, soto mereka datang.  Wanita paruh baya  meletakkan  soto dan minuman di atas meja,  lalu bergegas pergi.

"Kita makan dulu aja." Geo langsung tancap gas memakan soto.  Dia sangat lapar.  Pagi tadi dia tidak sempat sarapan,  karena dia bangun telat.

Jamal juga langsung memakan soto itu sampai habis. 

Setelah keduanya selesai makan,  mereka melanjutkan obrolan mereka yang sempat tertunda.

Geo mendeham. Dia menceritakan yang terjadi saat berada di kamar Jamal.  Geo sedang tiduran,  lalu samar-samar dia melihat wujud seperti gendruwo.  Saat dia menajamkan pengelihatannya,  wujud gendruwo itu menghilang.

Mendengarkan penjelasan Geo, Jamal jadi yakin ada yang tidak beres dengan kamarnya. Jamal yakin dipan tersebut memang aneh.

"Gue juga ngrasa ada yang aneh sama dipan itu." Jamal mengembuskan napas kasar.  "Semalam dipan itu tiba-tiba melayang sendiri pas gue tiduran di sana, " ucap Jamal ,"nggak cuma itu aja,  pas gue baca Al-Quran lampunya mati nyala."

Geo menelan ludah.  Berarti kejadian aneh itu memang benar.  Geo lagi-lagi memegangi tengkuknya,  rasa merinding kembali datang.

"Gue rasa dipan lo itu,  deh." Geo menyimpulkan.  "Lo beli di mana dipan itu?"

Jamal menjawab dia dapat dipan itu dari tetangganya,  karena waktu itu dia merengek meminta dipan baru,  dan sore harinya dipan itu diantar ke rumah.

"Wah...  jangan-jangan tetangga lo nggak beres." Geo mengedikan bahu. Dia sangat yakin dipan itu pasti ada kaitan hal aneh yang terjadi di rumah Jamal. 

"Maksudnya?" Jamal tidak mengerti.

"Gue rasa dipan itu entah itu buat pesugihan atau apalah,  kan bisa aja." Geo lalu menyarankan Jamal untuk membuang dipannya.

"Kalau dipannya dibuang, gue tidur pakai apa,  dong?"

Geo tertawa.  "Nggak usah pake dipan,  lah."

Jamal mengangguk.  Saran Geo benar. Daripada dia diselimuti rasa ketakutan secara terus menerus.

"Siap... nanti gue buang aja itu dipan sialan!" Jamal mantap memutuskan pilihannya.

Setelah selesai makan,  dan membayar Jamal dan Geo menuju masjid untuk sholat dhuhur.

Sepulang kuliah,  dia akan membicarakan hal tersebut pada ibunya.
****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro