Ada yang aneh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suara adzan maghrib berkumandang, Jamal segera mengambil air wudhu, lalu bergegas menuju masjid yang tak jauh dari rumah. Ibunya sudah terlebih dahulu pergi ke masjid beberapa menit yang lalu sebelum adzan.

Lima menit kemudian, Jamal telah sampai ke masjid. Suasana di sana sudah mulai ramai dengan jamaah yang hendak sholat. Cowok itu segera masuk masjid sembari menunggu iqamah. Tak berselang lama, iqamah berkumandang para jamaah merapatkan barisan. Imam di depan, siap untuk mengimami.

"Mal, ayo pulang bareng ibu."

Jamal mengangguk dan segera menghampiri ibunya. Keduanya lalu pulang ke rumah.

Jamal masuk kamar setelah sampai rumah, sedangkan ibunya menyiapkan makan malam.

Jamal memegangi tengkuk, dia merasa  hawa aneh di dalam kamar. Lehernya terasa tercekat, Jamal merasa adab yang sedang mengawasi.

"Mungkin perasaan gue aja." Jamal mengembuskan napas, berusaha tetap berpikiran positif. Diraihnya sebuah Al-Quran yang ada di meja belajarnya. Karena masih suci dari hadas, dia mengaji beberapa ayat.

Saat Jamal melantunkan ayat,  tiba-tiba suasana kamarnya menjadi mencekam.  Lampu yang awalnya normal, kini menjadi mati menyala secara bergantian. Jamal yang merasa heran pun menghentikan membaca Al-Quran. Suasana kembali normal.

"Kok aneh?" Jamal mengangkat sebelah alis.

Ditutupnya Al-Quran itu dan dikembalikan di tempat semula.

"Kayaknya ada yang nggak beres." Jamal menggelengkan kepala, lalu dia keluar kamar menemui ibunya.

Terlihat ibunya sedang menyiapkan makam malam. Jamal pun segera duduk di kursi. Mengetahui Jamal sudah duduk, Jamila ikut duduk di samping anaknya.

"Bu, kayaknya ada yang aneh di kamarku."

Alis Jamila mengernyit. "Aneh gimana, Nak?"

Jamal menceritakan apa yang terjadi pada Jamila, yang membuatnya sedikit tidak percaya. Baginya, bisa saja hanya perasaan Jamal saja.

"Jamal yakin ada yang nggak beres, Bu." Jamal mengembuskan napas. Dia tetap yakin ada hal yang tidak beres dengan kamarnya, entah apa.

Jamila menepuk bahu Jamal, berusaha menenangkan anaknya itu. "Lebih baik kita makan dulu, Nak."

Mau tak mau Jamal menurut, dia pun mengambil nasi yang ada di ceting, lalu memasukkan beberapa lauk sayur mayur.

Jamal memasukkan makanan ke dalam mulut, tapi tetap saja dia tidak bisa tenang. Pikirannya masih terbawa kejadian yang tadi menimpanya. Dia jadi teringat kala tadi Geo tidur di kamarnya, yang merasakan ada hal yang ganjil. Ya, sudah cukup jelas. Pasti ada yang tidak beres di kamarnya.

Setelah selesai makan, Jamal memutuskan kembali ke kamar. Dia duduk di ranjang tempat tidur pemberian tetangganya. Saat tengah asyik melamun, tiba-tiba dipan yang diduduki melayang ke atas langit-langit. Jamal merasa ngeri sendiri, dia memejamkan mata sambil melantunkan ayat kursi. Seketika dipan itu turun seperti semula. Jamal pun merasa tenang, dia yakin ada yang tidak beres dengan dipan ini.

"Dipan ini aneh."  Jamal berdiri, lalu keluar kamar menemui ibunya yang sedang mencuci  piring di dapur.

"Bu, kayaknya ada yang nggak beres sama dipan itu," gumam Jamal. Rasa takut masih menghantui.

Jamila yang sedang mencuci piring menghentikan aktivitasnya, lalu menoleh.
"Kamu ngomong apa, sih, Nak? Ibu nggak ngerti," jawabnya. "Itu kan cuma dipan biasa, mana mungkin ada apa-apanya."

"Tapi, Bu ...,"

Jamila menggelengkan kepala. "Udah, kamu pergi sana, jangan ganggu ibu cuci piring."

Jamal memutarkan badan. Di kampus besok dia akan membicarakan masalah ini dengan Geo.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro