Penampakan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jamal mengembuskan napas kasar.  Jam mulai menunjukkan pukul delapan pagi.  Tandanya kuliah akan segera dimulai.  Tanda-tanda dosen belum juga ada.  Beberapa teman kelasnya asyik dengan gadget masing-masing.  Sedari tadi Jamal hanya terdiam,  ada rasa kantuk yang mulai tak tertahan.

Seorang perempuan memakai baju kotak-kotak berdiri di podium,  memberitahukan bahwa dosen tidak datang, kelas ditiadakan.  Suara riuh serta kesenangan mulai terdengar.  Satu persatu bergegas meninggalkan kelas, begitu pula Jamal.  Lebih baik dia pulang,  sudah tidak ada urusan lagi di kampus.  Saat cowok itu di depan pintu ada seseorang yang memanggilnya.  Dari suaranya saja Jamal sudah bisa menyimpulkan,  temannya bernama Geo.

"Bro,  gue ke rumah lo,  ya?" Cowok bertubuh jangkung,  berkulit putih memakai jaket merah itu menghampiri Jamal.

Jamal mengangguk. Lalu, keduanya berjalan kaki menuju rumah Jamal.  Ya,  rumah Jamal dekat kampus,  dengan berjalan kaki  hanya membutuhkan waktu tujuh menit.

Sesampainya,  Jamal membuka kunci pintu rumah.  Dia tahu jam pagi ibunya sudah bekerja di rumah makan yang tak jauh dari rumah.

"Ayo,  masuk." Jamal membuka pintu,  mempersilakan Geo masuk.

Entah apa yang dirasakan Geo,  bulu kuduknya mendadak merinding.  Cowok itu mengusap tengkuknya perlahan.

"Kok rumah lo agak serem,  ya?" Geo berkata berterus terang.

Jamal yang mendengarnya hanya tertawa.  Baginya,  itu hanya perasaan Geo saja.

"Rumah ini selalu buat sholat,  kok," jawab Jamal.  "Hantu bakalan takut kayaknya."

Geo terdiam.  Dia menelan ludah.  Perasannya bertambah was-was. Geo lalu duduk di sebuah sofa panjang berwarna cokelat gelap,  yang posisinya berada di ruang tamu.

"Lo mau minum apa?" Jamal kembali  ke ruang tamu setelah menaruh tas di kamar.

"Nggak usah,  Mal." Geo berdiri,  mengedarkan pandangan.  Rasa merinding masih menghantuinya.

"Gue boleh numpang tidur di kamar lo,  nggak?" Geo merengangkan otot-otot badannya.  Semalaman dia kurang tidur karena terlalu asyik bermain games.

Jamal mengangguk. Geo mengikuti langkah Jamal menuju kamar.

"Tuh tidur di dipan baru gue." Jamal terkekeh.

Geo mengangkat bahu.  Cowok itu langsung merebahkan tubuh di kasur.  Matanya langsung terpejam begitu saja.  Sedang Jamal keluar dari kamar untuk mencuci piring.  Walaupun Jamal anak laki-laki,  dia senang membantu ibunya.

"Piring menumpuk,  nih." Jamal dengan cekatan membilas piring-piring itu,  lalu memberinya sabun dan membilasnya lagi sampai bersih. 

Geo merasakan dipan yang ditidurinya tergeser pun langsung terbangun.  Matanya menyipit,  samar-samar dia melihat makhluk mirip gendruwo. Cowok itu menajamkan pengelihatannya.  Ternyata benar apa yang dilihatnya,  semakin jelas. Geo menelan ludah,  dia mundur dengan raut wajah takut. Dia berteriak sekencang mungkin, membuat Jamal yang ada di dapur langsung kaget dan menuju ke kamar.

"Ada apa,  Bro?" Jamal menepuk bahu Geo yang sedang menutup kedua mata.

"Setan,  Mal."

Jamal mengernyitkan dahi,  dia sama sekali tidak melihat apapun.  Cowok itu tertawa sembari menggelengkan kepala.

"Nggak ada apa-apa,  Bro." Jamal mencubit lengan Geo lumayan keras.  "Perasaan lo aja."

"Gue beneran lihat, " tukas Geo tak mau kalah argument.  Sungguh,  mengingat muka yang mirip gendrowo itu sangatlah menyeramkan. 

"Ya deh."

Karena sudah ketakutan yang amat mendalam,  Geo memutuskan untuk tidur di ruang tamu.  Jamal mengedikkan bahu,  dia tahu Geo hanya berhalusinasi melihat sosok yang katanya mirip gendruwo.  Mana mungkin rumahnya ada penampakan,  setiap hari digunakan untuk beribadah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro