21

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tujuh tahun yang lalu, di Kerajaan Kabut ....

"Ayah, mengapa kita tidak boleh keluar dari kerajaan?"

Pangeran Barrack yang masih berusia sepuluh tahun itu, bertanya kepada sang Raja, pemimpin dari Kerajaan Kabut yang serba rahasia.

Mulai dari tempat, letak dan juga keberadaannya. Selalu saja ada mata-mata dari kerajaan asing yang mencoba untuk menelusuri lebih dalam tentang rahasia di Kerajaan Kabut. Terkadang eksistensinya diragukan, tetapi banyak juga yang berpendapat bahwa Kerajaan Kabut benar-benar ada.

Banyak cerita yang menyebar di kalangan kerajaan dan negeri lain. Bahwa Kerajaan Kabut mempunyai harta karun terpendam yang membuat kerajaan itu bisa membuat pasukan yang kuat tanpa bala bantuan yang dahsyat. Namun tidak ada yang tahu, hal ini dikarenakan adanya penyihir kerajaan yang bernama Flynn.

"Di luar sana, banyak binatang buas. Kalau kau ingin keluar, kau harus menjadi lebih kuat."

Selama ini, raja selalu menjawab hal yang sama untuk pertanyaan Pangeran Barrack.

Yang Pangeran Barrack inginkan sangatlah sederhana, berteman dengan banyak orang untuk bermain bersama. Anak kecil mana yang tidak bosan dengan mengukir aksara umum--yang katanya adalah permainan--walau yang pangeran Barrack lakukan nantinya adalah menggambar Frank yang baru diberikan oleh Ayahnya enam bulan yang lalu saat hari lahir ke-sebelasnya.

Bermain dengan Frank pasti tidak semenyenangkan bermain dengan para anak-anak dari pelayan dan pengawal yang diizinkan bermain di lapangan kecil. Pangeran Barrack sering memperhatikan mereka bermain tanpa berani menawarkan diri untuk bergabung. Mereka semua takut pada Pangeran Barrack dan cenderung menjauhi anak itu, setiap mata mereka saling berpandangan.

Suatu siang yang sepi, saat Pangeran Barrack baru saja menyelesaikan latihan adu pedangnya dengan gurunya yang sangat keras dan bertemperamental tinggi itu, dia duduk di tiduran di halaman belakang istana yang saat itu disinari cahaya matahari yang sedikit hangat. Ini adalah hal yang dinikmati Pangeran Barrack.

Kabut di kerajaan Kabut memiliki hobi untuk membuat keberadaan matahari hilang tanpa disadari. Sejak dulu, pangeran Barrack percaya bahwa adanya cahaya matahari yang berhasil menembus kerajaan Kabut berarti, akan ada hal baik yang segera terjadi.

Misalnya, beberapa bulan yang lalu saat matahari sangat terik, pangeran Barrack berhasil melihat pelangi. Andai saja setiap hari langit memberikan bermacam warna-warni, pangeran Barrack tidak akan bosan. Tetapi, pangeran Barrack sadar bahwa hal semacam itu adalah kejadian langka yang sangat singkat. Pangeran Barrack sangat beruntung.

Dan siang itu, Pangeran Barrack menemukan hal baiknya.

Pintu jalur rahasia tiba-tiba saja terbuka pelan, membuat Pangeran Barrack yang sedang berbaring, segera bangkit dan memperhatikan sekitarnya. Tidak ada seorang pun pengawal yang mengawasinya. Dilihatnya ke jendela-jendela dan atap kerajaan. Benar-benar tidak ada yang mengawasinya.

Pangeran Barrack sudah menaruh tangannya di gagang pedangnya dan bersiap-siap akan mengeluarkannya jika saja orang yang membuka pintu itu adalah ancaman untuknya. Namun sudah menunggu hampir beberapa saat dan tidak ada yang menampakkan diri, akhirnya Pangeran Barrack sendiri yang menarik pintu itu.

"Eh ..."

Pangeran Barrack menoleh kiri-kanan mencari penjelasan saat melihat seorang gadis kecil terbaring di sana. Gadis itu berambut coklat, rambutnya agak panjang dan dia cukup manis untuk membuat pangeran Barrack berpikir bahwa gadis kecil itu adalah putri.

"Hei ... bangun," sahut Pangeran Barrack sambil menguncang pelan bahunya.

Tidak butuh lama bagi gadis kecil itu untuk terbangun. "Hmm?"

"Kenapa kau tidur di sini?" tanya Pangeran Barrack. "Di sini kan ..."

Pangeran Barrack tiba-tiba saja berpikir bahwa jika gadis ini bisa muncul di jalur rahasia, berarti apa yang dikatakan oleh raja soal jalur rahasia yang buntu adalah sebuah kebohongan. Pangeran Barrack bisa melihat ke luar kerajaan, lewat pintu ini.

"Ini di mana?" tanya gadis kecil itu sambil bangkit dari tidurannya dan keluar dari sana. Dan tidak butuh waktu lama bagi gadis itu untuk menjerit kegirangan setelah melihat pemandangan yang ada di depannya. "Wuah! Aku berada di istana?!"

Pangeran Barrack yang kebingungan dengan reaksi anak itu langsung menjawab, "Iya."

"Hebat!" Anak itu berbalik ke pangeran Barrack. Pangeran kecil itu tersentak. "Dan kau ini pangeran?"

"Kebetulan ..., iya," jawab pangeran kikuk. "Kau siapa?"

"Aku Flora," balas anak gadis itu dengan antusias. "Jadi kau benar-benar pangeran?! Kau sangat keren!"

Alih-alih mengulang jawaban yang sama untuk pertanyaan Flora, Pangeran Barrack mengalihkan topik, sedikit khawatir juga apabila Flora ikut merasa ketakutan seperti yang dirasakan anak-anak pengawal dan pelayan istana.

Dan juga, pangeran Barrack terlalu malu untuk bertanya, apa itu keren?

"Kau mau bermain denganku, Flora?"

Flora terlalu naif untuk menerima tawaran pangeran untuk mengajaknya bermain. "Mau!"

"Kita akan bermain apa?" tanya Pangeran Barrack dengan canggung.

Sebenarnya pangeran tidak tahu apapun soal permainan yang menyenangkan. Dia ingin mengajak Flora bermain lukisan aksara, tetapi dia teringat bahwa semua tintanya telah habis. Mungkin jika Flora tertarik, dia akan mengambil tinta hitam yang ada di meja kerja raja--karena seingat Barrack, tinta raja tidak pernah habis.

"Aku ingin bermain pangeran dan putri!" ujar Flora dengan riang, sementara Pangeran Barrack malah merasa bahwa itu adalah permainan yang membosankan, walau dia tidak pernah memainkannya. "Sudah lama sekali, aku ingin memainkan ini dengan pangeran yang asli."

"Kau tidak masalah bermain denganku?"

Flora menggelengkan kepala.

"Jadi, apa yang kita lakukan dipermainan pangeran dan putri?" tanya Pangeran Barrack.

"Berdansa!" jawab Flora dengan semangat.

Pangeran Barrack menaikkan kedua alisnya, "Berdansa itu tidak boleh dilakukan dalam keadaan--"

"Tidak boleh?" tanya Flora dengan sedih. "Apa karena aku tidak punya gaun yang bagus?"

"Bukan begitu."

"Apa pangeran punya gaun? Boleh aku pinjam?"

Pangeran Barrack tertawa. "Aku tidak punya gaun, dan kita tidak bisa berdansa bukan karena kau tidak punya gaun, tapi karena tidak ada acara formal dan karena tidak di ruang dansa," terangnya.

"Oh! Jadi tidak apa-apa dengan pakaian ini?"

Flora menunjuk blouse hitam dan rok putih yang tengah dipakainya. Pangeran Barrack hanya bisa terheran dalam hati karena tidak tahu ada jenis pakaian yang seaneh itu di dunia ini.

"Dan ..." Pangeran Barrack menjeda selama beberapa saat, "Aku tidak bisa berdansa."

"Berdansa itu mudah, pangeran! Cukup pegang tanganku dan kita berputar!"

Flora langsung meraih kedua tangan pangeran dan mengajaknya berputar-putar. Butuh waktu yang sebentar bagi pangeran untuk menyadari bahwa permainan ini sangatlah mengasikkan.

"Aku tidak tahu kalau berdansa itu melelahkan," ucap Flora sambil ngos-ngosan. "Lalu mengapa Cinderella dan Belle tidak lelah, ya?"

"Siapa mereka?" tanya pangeran.

"Mereka adalah orang yang menikah dengan pangeran dan menjadi putri," balas Flora dengan lancar.

"Mereka baru menjadi putri setelah menikah?" tanya Pangeran Barrack, kebingungan. "Memangnya bisa?"

"Bisa!"

Pangeran mengangguk termangut.

"Selanjutnya, kita akan main apa?" tanya Flora lagi dengan semangat.

Tentu saja Pangeran Barrack tidak bisa merekomandasikan apapun, mengingat bahwa dia belum pernah bermain dengan orang lain sebelumnya.

"Mau bermain petak umpet?" tanya Flora yang membuat pangeran Barrack menoleh ke arahnya.

"Petak umpet itu apa?"

"Itu semacam permainan di mana akan ada orang yang bersembunyi dan akan ada orang yang mencari. Kalau pencari berhasil menemukan mereka yang bersembunyi, dia menang."

Pangeran Barrack sedikit tertarik dengan permainan itu.

"Bagaimana cara memulainya?"

"Cukup menghitung dari satu sampai sepuluh dan--"

Flora wajah Flora tiba-tiba memucat, sebelum akhirnya dia menjerit, menangis dan memegang jari pangeran kuat-kuat.

"Flora? Ada a--"

Pangeran melihat serat tanaman melingkari salah satu kaki Flora. Berupaya keras namun tak membuahkan hasil, pangeran Barrack langsung memanggil bantuan.

"Penyihir Flynn, tolong!"

Tbc

30 Mei 2018

a/n

If u want to know one of my alternative ending, Barrack should has screamed out Archellia's name instead of Flynn.

But. Who cares? Its the original anyway wkwkw.

Oke hari ini kuusahain lagi. Karenq rupanya Flashbacknya butuh dua chp

See you.

Cindyana
Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro