22

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Raja dan ratu terdiam saat melihat sosok seorang gadis dengan pakaian asing tengah berbaring di kamar perawatan. Bukan hanya itu, mereka hanya memperhatikan saja, saat Penyihir Flynn membungkus tangan gadis itu pelan-pelan.

"Apa Flora akan baik-baik saja?" tanya Pangeran Barrack, dengan cemas.

"Dia akan baik-baik saja. Penyihir Flynn sudah menyembuhkannya," ucap ratu sambil tersenyum lembut. Ratu mengelus pelan kepala Pangeran Barrack untuk menenangkannya.

Penyihir Flynn menatap ke arah raja dan ratu dengan sorot serius, membuat raja dan ratu segera melangkah keluar, disusul penyihir Flynn agar Pangeran Barrack tidak ikut mendengarkan.

"Siapa anak ini?"

"Dia bukan dari dunia ini. Sepertinya ada penyihir yang menyadarinya dan mencoba untuk membunuhnya. Aku sangat yakin, penyihir yang membunuh manusia dari dimensi lain bisa mendapatkan untuk berpindah dunia, lalu kekuatannya juga akan bertambah."

Raja dan ratu saling berpandangan. "Apa yang harus kita lakukan?" tanya raja.

"Kita harus mengembalikan gadis itu ke dunianya, sebelum penyihir itu membunuhnya." Penyihir Flynn berdeham, " Dan juga, luka di kakinya cukup serius karena tanaman Euforose. Dia bisa kehilangan kakinya, kalau saja pangeran tidak segera mencari bantuan."

Raja mengintip ke kamar perawatan. Pangeran Barrack masih berdiri di sana sambil menatap ke Flora yang sedang tertidur. Entahlah apa yang dipikirkan oleh anak itu.

"Untuk sementara, kita biarkan dia pulih dulu, lalu kita akan mencari cara agar dia bisa kembali," ujar Penyihir Flynn.

Flora terbangun beberapa saat kemudian. Semula, pandangannya berkunang-kunang, namun setelah menyesuaikan diri agak lama, dia akhirnya menyadari bahwa langit-langit yang dilihatnya sangatlah indah, tirai yang ada di tiang tempat tidur yang ditidurinya juga sangat indah.

Pangeran Barrack saat itu mengawas dari luar tirai yang sedikit transparan, lalu menyadari bahwa Flora telah terbangun dari tidurnya.

"Flora, bagaimana keadaan kakimu?" tanya Pangeran Barrack.

Flora tertawa kecil sambil menggerak-gerakkan sebelah kakinya dengan riang, "Kakiku tidak apa-apa, pangeran!"

Pangeran Barrack menatap kakinya agak lama, sebelum mengatakan, "Itu kakimu yang sehat, Flora. Sebelah kakimu yang satu lagi, maksudku."

"Oh." Flora berhenti tersenyum. "Iya, kau benar, pangeran! Ini sedikit sakit."

Lesu sekali rasanya pangeran, saat melihat teman pertamanya terluka di depan matanya dan dia tidak bisa berbuat banyak.

"Kalau begini, bagaimana caranya kita bermain petak umpet?" tanya Flora dengan sedih.

"Sudahlah, kita tidak perlu memainkan itu," ucap Pangeran Barrack.

"Tapi pangeran belum pernah memainkannya, kan?" tanya Flora lagi, "Habisnya, pangeran tidak tahu apa itu petak umpet, padahal teman sekelasku semuanya sudah tahu sejak kelas 1 SD."

Terlalu banyak ucapan Flora yang membingungkan buat pangeran, tapi dia tetap diam.

"Sebenarnya kau darimana?" tanya pangeran.

Flora menyebutkan nama kota dan nama negara tempat tinggalnya, namun pangeran Barrack menggeleng pelan. "Serius, pangeran Barrack tidak tahu?"

"Aku tidak tahu."

"Kalau di sini, di negara mana?"

"Ini di kerajaan Kabut," jawab Pangeran Barrack, agak heran.

"Bukan, bukan. Maksudku, di negara ma—"

TOK TOK TOK. Pintu terketuk tiba-tiba, menginterupsi percakapan Pangeran Barrack dan Flora yang sebenarnya akan memperdebatkan hal yang tidak keduanya mengerti.

Ratu ada di ambang pintu, menatap mereka berdua dengan hangat.

"Ibu ..."

Kepala Flora langsung berpikir cepat. Jika pangeran memanggilnya Ibu, bukankah itu berarti bahwa orang yang baru saja mengetuk pintu itu adalah seorang ratu?

"Apa kau ingin ikut bergabung makan siang, Flora?" tawar ratu dengan ramah.

Flora mengangguk pelan.

Pelayan-pelayan mulai masuk satu persatu dan membantu Flora berjalan ke ruang makan. Kebetulan, terakhir kali sebelum Flora sampai di kerajaan ini, dia belum makan siang. Lalu, Flora mulai memikirkan kejadian yang menimpanya sebelum dia sampai di kerajaan ini.

Lalu, dia mengingatnya. Sepertinya dia tidak sengaja melihat sebuah cahaya di lubang pintu kamarnya sendiri. Entahlah, Flora tidak ingat pastinya.

Makanan kerajaan sangat lezat dan mengiurkan. Perut Flora kenyang dengan bahagia. Tidak sampai di sana, makanan penutup makan siang juga sangat menakjubkan. Flora sampai takut kalau perutnya akan meledak jika dia terus mengunyah.

"Kau mau melihat Frank?" tanya Pangeran Barrack yang membuat raja berdeham.

"Tapi Frank tidak menyukai orang lain, Barrack," ucap raja.

"Tapi Flora tidak bisa berjalan, kan? Frank yang akan membawanya ke mana-mana."

Flora merasa sangat aneh saat pangeran meminta para pelayan membantu Flora berjalan. Cukup jauh mereka berjalan, akhirnya mereka sampai di kandang kuda. Terdapat sebuah karung yang berisikan beberapa buah apel merah yang sangat segar. Saat pangeran menjelaskan bahwa itu adalah apel yang dipetik untuk Frank, Flora akhirnya mengangguk mengerti.

"Aku boleh memberinya apel?" tanya Flora.

Bukannya menerima, pangeran Barrack malah mencegahnya, "Terakhir, orang yang memberikannya apel harus diobati karena tangannya ikut tergigit," terang pangeran yang membuat Flora merinding ngeri.

Kuda coklat itu jauh lebih tinggi daripada mereka. Padahal, raja sempat mengatakan bahwa Frank masih termasuk kuda muda yang belum terlalu kuat. Flora kira, ukurannya akan sama dengan ukuran kambing.

Flora tidak melakukan banyak hal, hanya memperhatikan Pangeran Barrack yang memberikan makanan pada Frank dan Frank yang memakan apel itu dengan senang hati. Pelan-pelan, tangan Flora terulur untuk mengelus pelan kuda itu.

"Frank jinak padamu," sahut Pangeran Barrack.

"Benarkah?" tanya Flora senang.

"Iya." Pangeran Barrack memberikan sebuah apel pada Flora. "Coba saja."

Sesuai dugaan Pangeran Barrack, Frank tenang-tenang saja saat Flora menyuapkan apel itu para Frank.

Karena itu, Pangeran Barrack menawarkannya naik di atas Frank, tetapi karena kaki Flora masih sakit dan para pelayan yang masuk akan membuat Frank marah, maka pangeran akhirnya membatalkan niat tersebut.

"Tidak masalah," hibur Flora. "Aku akan naik Frank lain kali."

*

Hari kedua di Kerajaan Kabut dengan kedatangan Flora berlangsung sangat cepat dan seru, menurut pandangan dari Pangeran Barrack. Raja dan ratu juga bisa melihat secara langsung bagaimana perbedaan Pangeran Barrack yang antusias dan yang biasanya.

Penyihir Flynn memberikan obat herbal pada kaki Flora secara merata dan berulang kali sejak kemarin, hanya agar kakinya tidak semakin parah, tetapi hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Bekas luka melingkar pada kaki Flora malah semakin parah dan terlihat jelas.

Penyihir Flynn tersadar, bahwa membiarkan Flora tetap di dunia ini adalah sebuah ancaman bagi gadis itu.

"Flynn mau membawa Flora kemana?" tanya Pangeran Barrack saat melihat penyihir Flynn menggandeng tangan Flora dan memakai jubah hijau kerajaan, tanda bahwa seseorang yang memakai jubah itu memang diperbolehkan untuk keluar dari istana.

"Menyembuhkan kaki Flora. Pangeran ingin Flora sembuh, kan?"

Pangeran mengangguk sembari melirik ke Flora yang kepayahan memakai jubah hijau yang agak kebesaran itu. "Setelah kakimu sembuh nanti, ayo naik Frank dan main petak umpet!"

Flora menjawab dengan senyuman lebar, "Ayo!"

Penyihir Flynn yang kebingungan dengan istilah baru itu sebenarnya merasa bersalah, tapi dia tidak memiliki sedikit niat pun untuk membohongi pangeran mahkota.

Setelah keluar dari gerbang kerajaan, Penyihir Flynn menyiapkan beberapa hal agar bisa langsung berteleportasi sampai ke ujung jalur rahasia, yang diyakininya adalah jalan bagi Flora untuk kembali ke dunianya. Perjalanannya sedikit jauh dan Penyihir Flynn tentu saja tidak akan membiarkan Flora berjalan dengan keadaan kakinya yang seperti itu.

"Kak penyihir," panggil Flora yang membuat aktivitas penyihir Flynn yang tengah mengoroh tas kainnya itu terhenti seketika. "Apa aku boleh kembali ke istana ini lagi?"

Penyihir Flynn menatapnya agak lama. Tidak ada yang mengatakan kepada Flora bahwa mereka akan membawanya kembali ke dunianya atau mengatakan bahwa dia tidak boleh kembali ke istana ini, namun Flora yang berlama-lama di sini juga bukanlah ide yang bagus, mengingat nyawanya tengah terancam bahaya di sini.

"Boleh," jawab penyihir Flynn. "Sekarang, Flora harus sembuh dulu, oke?"

Mereka berteleportasi. Belum semenit, mereka sudah berada di depan sebuah goa. Penyihir Flynn menuntun Flora untuk masuk, sementara Flora kebingungan dengan tempat yang mereka datangi.

"Ini ..." Flora terdiam sejenak. "Ini mirip terowongan dekat rumah," gumam Flora yang membuat penyihir Flynn yakin bahwa tempat ini memang akan menjadi jalan pulang bagi Flora. Sepertinya ada sebuah portal asing yang menghubungkan dunia Flora dan dunia ini.

Saat terus berjalan, mereka akhirnya menemukan sebuah cahaya putih di tembok yang ada di ujung goa itu. Penyihir Flynn sempat merasa bahwa itu adalah jalan keluar, namun saat merasakan energi itu, dia merasakan energi yang cukup jahat, bersenyam di sana.

"Itu indah," komentar Flora yang tampaknya tertarik untuk menyentuhnya.

Penyihir Flynn menatap ke Flora, menyentuh kepalanya dengan posisi ibu jari di kening Flora.

"Maafkan aku, Flora."

"Maaf kena—"

Penyihir Flynn menekan sedikit kening Flora dan semua pandangan Flora mulai menggelap kembali. Pelan-pelan, tubuh Flora menghilang dari sana.

Tbc

31 Mei 2018

a/n

Sudah tanggal 31 Mei, itu berarti aku harus namatin hari ini dan ga boleh tidur dulu sebelum chapter 24 rampung wkwkwk.

Oke, semua. Satu kali update lagi untuk flashback MIZAPH.

Jadi awalnya kukira flashbacknya cuma butuh sebiji, lalu mengira butuh dua dan ternyata butuh tiga. Anjir ga sih wkwkwk.

Oke, satu chapter lagi pagi ini. Untuk chapter 24 dan 25 akan menyusul nanti~

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro