24

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat Flora membuka matanya lagi, keadaan sudah berubah seperti sedia kala.

Di depannya, ada Pangeran Barrack yang telah dewasa, menatap ke arahnya tak percaya. Topeng peraknya tidak dilepaskannya hanya karena dia telah mengetahui asal-usul kutukan yang menimpanya. Masih ada sang raja di sini yang belum melihat langsung wajahnya dan otomatis tidak terkena kutukan pangeran.

Dan detik itu juga, Flora bisa mengingat dengan jernih apa yang terjadi dengannya sebelum dia sampai di dunia ini, tiga hari yang lalu. Dia hendak mencari angin malam-malam dan tidak sengaja melihat terowongan dekat rumahnya, mengeluarkan sinar putih yang cukup terang.

Ada beberapa kabar yang menyatakan bahwa terowongan itu adalah sisa-sisa perang yang telah berakhir. Bahkan terdapat beberapa garis polisi yang dibentangkan untuk memberikan peringatan bahwa terowongan ini bukan destinasi yang baik untuk dikunjungi.

Namun cahaya putih itu menarik perhatian Flora, itulah sebabnya dia terus berjalan masuk, melewati garis polisi dan melawan rasa penasarannya terhadap terowongan itu.

"Bukankah ini pertemuan yang sangat mengharukan?" tanya Penyihir Archellia yang membuat momen yang mengharukan itu hancur dalam satu kalimat. "Pertemuan sepasang pasangan jiwa yang cukup mengharukan."

"Archellia, kau ingat dengan perjanjianmu," ucap Pangeran Barrack dengan nada penuh ancaman.

"Ya, ya, aku ingat," balasnya dengan tenang. "Tapi segera, aku akan mengambil energi kehidupan Flora-mu yang sangat lezat itu."

Hati Pangeran Barrack terasa sangat panas. Penyihir Flynn yang menyadari keresahan Pangeran Barrack langsung mengendalikan kekuatannya untuk menutup pintu. Tanaman Euforose itu terjebak di luar dan tidak mampu masuk. Meski tanpa bantuan dari Euforose, penyihir Archellia masih tampak tenang dan sama sekali tidak merasa dalam bahaya.

"Kalian berempat melawanku seorang pun, kalian tetap tidak akan bisa mengalahkanku."

Raja ikut menggeram, rasanya. Ditolehkannya kepala ke arah Barrack, lalu mengulurkan tangannya, "Pinjamkan aku pedangmu, Barrack."

Pangeran Barrack tidak sempat menolak, karena Penyihir Flynn langsung menarik pedang itu dengan kekuatannya dan menyerahkannya pada raja. Sebenarnya Pangeran Barrack ingin memprotes, tetapi Penyihir Flynn dilantik sebagai penyihir kerajaan untuk selalu melakukan tugasnya dalam memenuhi keinginan raja.

Sementara raja tetap menyerang Penyihir Archellia yang sudah diketahui akan berakhir sia-sia, Pangeran Barrack menyentuh pundak Flora. "Flora, kau tetap di sini, ya. Jangan kemana-mana."

Flora belum sempat menjawab, Pangeran Barrack lebih dulu pergi menyusul raja yang sedang menghadapi penyihir Archellia seorang diri dan tidak mampu mendekat sedikitpun karena sihir yang diberikan penyihir Archellia.

"Kau tidak membantu mereka, kak?" tanya Flora sambil menghampiri penyihir Flynn yang menatapnya datar, tampaknya tidak terlalu menyukai panggilan tersebut.

Flora juga bingung harus memanggilnya apa, karena penyihir Flynn tidak menua dan dari wajahnya, mereka tampak seperti seumuran. Namun, kenyataannya tidak begitu, kan?

"Aku tidak menemukan cara untuk mengalahkan Archellia. Sangat sulit mengalahkan sihir dengan persepakatan," terang penyihir Flynn sambil merapatkan jubah hijaunya. "Satu-satunya cara yang dapat kupikirkan hanyalah mematahkan janji itu."

"Janji apa yang mereka bua--" Flora tiba-tiba mendapatkan jawaban, entah darimana. "Maksudmu ..."

Penyihir Flynn mengangguk seolah dia telah membaca pikiran Flora. "Kali ini aku tidak akan memaksamu seperti dulu. Kau bukan anak kecil lagi."

Flora terdiam, merenungi segala akibat yang mungkin terjadi jika dia tidak mendengar saran dari Penyihir Flynn. Pertama, kutukan pangeran tidak akan pernah terpatahkan. Kedua, Pangeran Barrack dan raja sedang dalam bahaya, dan pintu kayu di belakang Penyihir Archellia masih mengedor-ngedor mencoba masuk untuk membunuhnya. Ketiga, kerajaan ini dalam bahaya. Keempat, dia tidak akan pernah bertemu dengan Pangeran Barrack lagi.

"Bagaimana?" tanya Penyihir Flynn. "Kalau kau tidak cepat--"

Flora memejamkan matanya erat-erat, membayangkan apa yang terjadi dengan kuda pangeran, apa yang terjadi dengannya saat pertama kali dia datang ke kerajaan ini dan apa yang terjadi dengan ratu yang ramah dan lembut itu.

Dan puncaknya adalah saat Flora melihat Penyihir Archellia melangkah mendekati Penyihir Flynn dan Flora saat menyadari bahwa mereka akan melakukan sesuatu untuk merusak rencananya. 

Disingkirkannya raja dan Pangeran Barrack dari pandangannya dan langkahnya yang sangat kilat membuat Flora tersentak, saat menemukannya sudah berdiri tepat di depannya.

"Mau kemana, Flora?" tanyanya.

Manik Flora bertemu dengan manik hijau milik penyihir Archellia. Jaraknya sangat dekat, sampai-sampai Flora tidak punya nyali untuk bergerak sedikit pun karena rasanya dia bisa diterkam kapan saja.

"Flora!"

Dan Flora benar, di saat itu juga, begitu penyihir Archellia menyentuh lengannya, semua kekuatannya terasa dihisap habis oleh tangan itu. Tubuhnya melemas dan kakinya rasanya tidak mampu menopang tubuhnya sendiri.

Penyihir Flynn menarik Flora dengan sangat kuat, membuat tangan lain Flora terasa nyaris putus. Padahal, sekujur tubuhnya nyaris mati rasa. Beruntungnya, karena hal itu, Flora bisa meloloskan diri dari penyihir Archellia.

"Flora, kau baik-baik--"

Penyihir Flynn, tanpa membiarkan Pangeran Barrack menyelesaikan kata-katanya, langsung menyentuh kepala Flora, menekan ibu jari di keningnya, lalu mengucapkan mantra dengan sangat cepat.

Dan belum sempat penyihir Archellia membatalkan sihir tersebut, Flora sudah menghilang lebih dulu.

Menghilang, di depan mereka semua.

Penyihir Flynn menatap dingin ke arah Penyihir Archellia yang juga menyaksikan hal itu dengan tidak percaya.

"K-kau, mengapa bisa menghilangkan ingatannya secepat itu?" tanya Penyihir Archellia, masih tidak menyangka.

Penyihir Flynn menjulurkan tangannya di atas kepala penyihir Archellia, lalu menekan keningnya dengan ibu jari. "Karena, aku tidak terpilih sebagai penyihir kerajaan tanpa sebuah alasan. Aku bukan kau yang menjadi kuat karena perjanjian."

Dan saat Penyihir Flynn menghilangkan ingatan penyihir Archellia, Pangeran Barrack masih memperhatikan tempat terakhir dia melihat Flora berdiri.

Sedangkan raja yang pakaiannya kotor karena terjatuh saat melawan penyihir Archellia, merenungi kepergian ratu asli dan juga perasaan pangeran Barrack saat ini.

"Barrack, ayo kita kembali."

Tbc

31 Mei 2018

a/n

Ok, chapter terakhir akan kuselesaikan sekarang juga. Ganbatte for me! Yeay.

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro