4. Ade Sok Gede

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Haiiii WKWKWKK Aku kembali setelah 3 minggu ngga update hihihih😂😂

Buat yang follow instagramku, pasti tau kenapa minggu lalu aku ngga update😂

🍡🍡🍡🍡🍡

Ade Aaron berdiri tegak di sebelah Mas Abi, di hadapan semua orang yang ada di rumah ini. Mas Abi pun ikut berdiri tegak walaupun anak itu ngga tau kenapa harus berdiri tegak.

"Buya ... Ade lebih tinggi dari Mas Abi," ucap Ade sambil memberikan pelototan ke Buya. Ia menuntut jawab 'iya', dan kalau jawabannya 'engga', Ade udah siap buat marah.

Oh iya, buat yang belum tau, Ade Aaron ini lebih tempramental dibanding Abang Apin. Kalau kita liat Abang Apin suka ngambek waktu sesuatu ngga berjalan sesuai yang dia mau, sedangkan si Ade akan ngamuk bahkan mukul – dan itu nular ke Dede Ceden yang dari bangun tidur sampai tidur lagi main sama Ade.

Tapi keduannya ngga plek sama, ya. Ade kalo udah mukul dan dipukul balik sama temennya atau dibentak dikit, akan nangis, playing victim dan kadang ngadu ke Abangnya. Beda sama Dede yang kalo udah mukul terus dikupul balik dia malah makin maju dengan kedua tangan di pinggang dan dengan dagu terangkat dia akan ngomong, "Apa?!".

Tak mendapat respon cepat dari Buya, pandangan Ade beralih ke Ayah yang duduk di sebelah Buyanya. "Ayah, Ade lebih tinggi!". Kali ini Ade ngga membuat pertanyaan seperti ke Buya-nya, melainkan sebuah pernyataan, tapi dia tetap membutuhkan jawaba 'iya'.

"Abaaaaang..." Kali ini Ade Aaron hanya memanggil Abang Apin-nya. Selama ini, apapun yang terjadi, Abang Apin akan selalu memberikan jawaban yang membuat Ade dan Dede-nya senang, itu yang ada di memori Aaron.

"Engga ... Mas Abi lebih tinggi," jawab Daffin santai.

Aaron langsung manyun. Satu-satunya orang yang ngga berani dia marahin adalah Abangnya, dan kali ini justru si Abang yang kasih jawaban 'Engga' ke dia. Dengan bibir manyun 2 senti, dia berjalan ke Buya dan memeluk paha Buyanya. Dia sedih.

Deana mengelus rambut Aaron, dan mengangkat anak itu ke pangkuannya.

Melihat Ade diperlakukan seperti ini, Mas Abi melakukan hal yang sama ke Bapaknya. Dan untungnya Axel juga langsung memangku anaknya.

"Ade ... jan sedih, nanti pasti gendut," ucap Dede sambil mengambil kue bolu yang ditaburi mesis warna-warni.

"Ade ngga mau genduuuuut, Ade mau tinggi!" ucap Aaron sambil berteriak, lalu sedetik kemudian menenggalamkan wajahnya di bahu Buya-nya.

Caesar mengusap punggung Aaron, karena bisa diyakini kurang dari semenit lagi anak keduanya akan menangis. Bisa dibilang Ade ini jauh lebih drama dibanding Daffin dan Ceden, mungkin anak tengah emang selalu begitu.

"Bapak, Mas Abi juga mau tinggi," ucap Mas Abi polos.

Mendengar itu, Aaron langsung mengangkat kepalanya, dia memberi pelototan ke Mas Abi yang ngga ngeliat ke dia. "Eeehhhh, Mas Abi ngga tinggi lagi, jangan ya!"

"Sut, sut, sut," Deana menari pipi Aaron supaya kembali bersandar, karena kalau engga akan ada keributan dan drama lagi malem ini. "Ade besok-besok musti mau makan ikan sama daging, biar tinggi kaya Mas Abi, okey?"

"Engga ... Ade sukanya tempe," ucap Aaron sambil manyun.

"Tempe bagus, tapi sekali-kali makan ikan. Itu Mas Abi tinggi karena suka makan ikan sama daging. Coba tanya Oom-nya, bener ngga yang Buya bilang."

Karena terlalu bete, bukan Ade yang bergerak untuk tanya, melainkan Dede yang mendekat ke arah Oomnya. Dia menyodorkan tangannya yang sudah mengenggam kue untuk diberikan ke Mas Abi. "Ini buat Mas Abi ... Mas Abi makan tempe, tempe 'nak, nda ikan..." ucapnya sambil geleng-geleng kepala.

Axel menoleh ke Ceden, dengan alis terangkat, bapak satu anak ini bertanya, "Kok Dede ngatur Mas Abi?"

"De ... jangan atur-atur. Itu Oomnya Dokter loh, Oomnya tau yang bagus buat Mas Abi."

Dede melirik ke Oomnya yang memberikan senyum ke dia. "Oom ini otey?"

Axel mengangguk dengan wajah sok serius. "Yes, Princess. Oom ini dokter."

"Ow..." Lalu Ceden duduk di lantai untuk memperhatikan seluruh tubuhnya, mulai dari mata kaki, betis, paha, lengan, dan terakhir ia memperhatikan sikunya. Ceden kembali berdiri dan mendekat ke arah Axel. "Oom Otey, ini Dede jatuh, cakiiiiiit," ucapnya sambil manyun dan berusaha untuk menangis.

Melihat itu Axel berusaha sekuat tenaga untuk menahan tawangnya. Saat ia ingin merespon, Ceden keburu digandeng sama Daffin untuk kembali duduk di kursi ruang keluarga.

"Abang ... ini Dede jatuh, fuuu... fuuu..." Ceden memanyunkan bibirnya, memberi instruksi untuk luka jatuhnya ditiup.

"De, itu luka udah dari kemaren, udah jadi koreng, ngga sakit lagi," ucap Daffin.

Ceden menganggukan kepalanya. "Iya, tapi ini jatuh."

"Iya, jatuh-jatuh," ucap Daffin malas memperpanjang obrolan. "Ade ... ayo ke kamar, ada PR mewarnai."

Selain marah-marah, Aaron sangat suka menggambar dan mewarnai. Mood yang sebelumnya buruk, langsung naik karena diajak mewarnai sama Abang. Aaron langsung minta turun dan berjalan ke arah Abangnya dan menggandeng tangan Abang untuk ke kamar bareng.

"Ayo Mas Abi juga ikut, kan nanti bobo sama-sama," ucap Ade membuat para orang tua tersenyum.

"Abaaaang, PR mewarnainya jangan dikasih ke Ade dong, itu kan PR Abang," ucap Ayah Caesar yang sengaja tidak didengarkan oleh Daffin.

Daffin benci mewarnai, karena tiap mewarnai pasti gambarnya selalu dibalikin karena masih ada putih-putih yang belum dia warnai. Jadi untuk kesenangan dia dan Ade, dia menggunakan a.k.a memanfaatkan Ade-nya setiap minggu untuk ngerjain PR-nya.

🍡🍡🍡

"Abang ... Mas Abi sama Ade mana lebih besarrr?" tanya Aaron. Daffin paham 'besar' yang dimaksud disini adalah mana yang lebih tua, karena si Ade sering menanyakan itu untuk membandingkan diri sama Dede.

"Lebih besar Ade, kalo Mas Abi tuh masih kecil kaya Dede."

"Ohhh, masih kecil," ucap Aaron dengan percaya diri. "Mas Abi ... Mas Abi masih kicil, jadi bobonya ditengah okey?" ucap Aaron sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh dia dengan Mas Abi.

Mas Abi menganggukan kepalanya.

"Kalo mau bobo dipinggirrr, musti yang udah besarrr, tapi Mas Abi maish kicil, jadi nda..."

Lagi-lagi Mas Abi menganggukan kepalanya. "Ade ... Ade umu' bapa? Mas Abi umu' tiga," ucapnya sambil memamerkan jari telunjuk, jari tengah dan jari manisnya.

"Ade udah lima." Aaron pun ikut menangkat kelima jarinya. "Five, you know five?!"

"I know," jawab Mas Abi.

Ade melotot mendengar jawaban Mas Abi. "Emang Mas Abi bisa basa inggis?"

Mas Abi menganggukkan kepalanya, entah ke berapa kali malam ini. "Bapak ajayin basa inggis, Baba juga."

"Baba itu apa?" tanya Aaron bingung, tak lupa dengan pelototan matanya yang tepat di depan wajah Mas Abi.

"Baba," jawab Mas Abi singkat. Anak itu bingung bagaimana cara menjelaskan Baba itu apa.

Tak puas dengan jawab yang keluar dari mulut Mas Abi, Ade beralih ke Abang yang udah merem karena mau tidur. "Abang, Baba itu apa?"

"Baba itu Uncle Al, Oom Al. Itu Mas Abi panggilnya Baba" Daffin menjelaskan.

"Itu bukan Baba, itu Oom," ucap Ade lagi-lagi dengan nada tinggi, kening berkerut dan persis di depan wajah Mas Abi.

"Itu Baba," jawab Mas Abi.

"Tanya Abang, itu Oom bukan Baba." Lagi-lagi Ade ngga mau kalah.

"Ade ... Itu sama, Baba sama Oom Al itu sama, tapi panggilnya beda-beda. Ngga apa-apa gitu, de." Daffin berusaha melerai karena dia udah ngantuk banget malem ini, dan males mendengar keributan ade-adenya.

"Beda-beda Mas Abi, it's okay kata Abang," ucap Daffin.

Lagi dan lagi, Mas Abi menganggukkan kepalanya karena ia bingung harus merespon apa.

"Mas Abi udah mau bobo?" tanya Ade.

Mas Abi kembali mengangguk.

"Hmm, bobo lah bobo," ucap Ade kembali menarik selimut untuk mereka berdua sebatas leher.

Lalu, tanpa peringatan dan tanpa aba-aba, Ade memeluk Mas Abi, menjadikannya guling. Biasanya itu yang dilakukan Abang ke dia, menjadikannya guling dengan satu tangan dan tangan lainnya pok-pok pantat supaya cepet tidur.

"Good Night, all!"

🍡🍡🍡🍡🍡

Naaah, yang penasaran sama umurnya Mas Abi udah kejawab ya disini😂

Dear Mocci 1...

Dear Mocci 2...

Dear Mocci 3...

Dear Sepupunya Mocci ...

🦋26.09.2021🦋
Ta💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro