6. Mas Abi anak siapa?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Haiiii WKWKWKK Aku kembali setelah 2 minggu ngga update hihihih😂😂

Tadinya mau upload jam 8-an, tapi tiba-tiba diajak pergi sama sepupu dan ini baru sampe rumah. Mohon dimaklumi dan dimaafkan ya🙏

🍡🍡🍡🍡🍡

"Mas Abi, mam apa itu?" tanya Ceden sambil kedua tangannya memegang pinggangnya, dengan tatapan penasaran juga.

"Ini rotiiii," jawab Mas Abi lalu menggigit rotinya.

"Kok gude? Bagi laaaah," ucap Ceden dengan tangan yang terbuka. Diikuti Aaron di sebelahnya yang melempar tatapan memelas.

"Nggggg .... Engga, ini punya Mas Abi. Kalo Ade sama Dede minta sama Baba aja," ucap Mas Abi. Ia menunjuk orang yang dipanggil Baba, yang lagi ngobrol sama kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Ade dan Dede nih.

"Mas Abi aja yang mintaaaaaa," jawab Ceden, tak lupa dengan pelototan galak ala premannya.

Mas Abi terdiam sedetik, lalu mulutnya manyun, tapi lagi-lagi dia nurut akan perintah Dede maupun Ade, dan akhirnya dia pun berteriak. "BABAAA, BAGI ROTI LAGIIIII. INI DEDE SAMA ADE MAU."

Mas Abi jarang ngomong kenceng, otomatis para orang tua yang untuk pertama kalinya denger Mas Abi ngomong kenceng langsung menoleh. Hanya Deana dan Caesar yang tertawa santai, karena dneger anak teriak adalah hal yang biasa di rumahnya. Maklum, anaknya ada tiga, semuanya bawel, semuanya mau didenger, jadi kenceng-kencengan ngomong, tapi kalo udah kelewatan baru ditegor.

"Mas Abi kalo mau ngomong kesini, ngga usah teriak," ucap Axel pelan namun sedikit menyeramkan. Otomatis, tangannya langsung ditepuk sama istrinya.

Menurut Bundanya Abi, Abi itu terlalu kalem untuk anak sekecil itu. Mungkin bawaannya bapaknya emang kalem, tapi maksudnya ngga kaya anak-anak lainnya gitu yang sering nangis, sering teriak dan lainnya. Justru alasan mereka bawa Mas Abi nginep di Bandung, padahal mereka juga full kerja, karena mau ngebiasain Mas Abi bertingkah seperti anak kecil seumurannya.

"Gapapa," ucap Bundanya Abi. "Mas Abi mau roti apa? Bunda bawain."

Mas Abi yang abis ditegor Bapaknya langsung berjalan mendekat. "Bukan Mas Abi yang mau, tapi Ade sama Dede, Bundaaa..."

"Eh itu yang mau, minta sendiri dong, jangan suruh-suruh Mas Abi," ucap Deana.

Kedua krucil itu mulai dorong-dorongan untuk nentuin siapa yang maju duluan, dan akhirnya dorongan Ade lebih kuat, jadilah Dede yang maju pertama. Anak itu mendekat ke arah 'Babanya Mas Abi' yang duduk di sebelah Ayahnya. Ia berdiri depan Babanya Mas Abi dengan posisi nyender di kaki Ayah.

"Ini, Babanya Mas Abi, minta oti dong." Ceden menyodorkan tangan yang dibuka tutup, menagih roti yang sama seperti yang Mas Abi makan.

"Tadi Mas Abi cium Oom, Dede cium Oom dulu," pinta Alex.

Ceden otomatis langsung pasang muka galak yakni kening berkerut, mata melotot dan bibir jedingnya. "Enggggaaaaa," ucapnya panjang. "Yang boleh dicium cuma Ayah, Buya, Abang, Ade sama tambah Mas Abi."

"Tambah Oom juga, ngga?" tanya Alex.

"Eng ... GA."

Semua orang tua tertawa melihat penolakan yang diberikan Ceden ke Alex. Emang Ceden paling mantep, selain preman dia juga cewek badai yang dari kecil udah terbiasa buat nolak cowok.

Meskipun ngga mau cium, tangan Ceden masih tetap di posisi yang sama, yaitu nagih roti yang dimakan sama Mas Abi.

"Adeee..." panggil Alex. "Ade cium Oom dong, nanti Oom kasih rotinya."

Aaron tidak menjawab, ia hanya mengedipkan matanya sekali, dan tetap berdiri di posisinya yaitu di belakang Dede, sama juga nyender ke Ayah.

Pada intinya, Ade dan Dede ngga ada yang mau nyium Alex, karena mereka merasa ngga kenal sama om-om ini.

"Mas Abi, mintain dong..." ucap Ade.

"Babaaaa..."

"Iya-iya, Baba kasih," ucap Alex terpaksa. Duit keluar, iya, dapet hadiah cium di pipi dari ponakan, engga.

By the way, Alex selalu luluh sama Mas Abi. Bahkan jauh lebih luluh dibanding ke Daffin waktu anak itu masih kecil. Mungkin karena setiap hari ketemu, ikut nemenin Axel bergadang kalau istrinya lagi ada kerjaan atau harus gantian tidur tengah malem. Ikut bergadang kalau Mas Abi sakit, oke kalo ini satu rumah sih yang bergadang.

Bahkan fyi, awalnya Alex punya nyebutnya dirinya Uncle ke Mas Abi, tapi lama-lama dia iri kalo Axel dipanggil bapak, sedangkan dia engga, jadi dia nyebut dirinya Baba biar mirip kaya Bapak.

"Mas Abi," panggil Caesar. "Mas Abi anaknya siapa sih?"

Mas Abi mendongak untuk menatap Caesar. "Anak Bapak sama Bunda sama Baba."

Senyum lebar dipamerkan Alex, sambil tak lupa menepuk dada sebelah kirinya. "I told you, bang!"

🍡🍡🍡

Kini, keempatnya lagi duduk anteng di taman belakang rumah Caesar. Empat, karena Daffin udah pulang sekolah. Iya, hari Sabtu si Abang emang sekolah, tapi ngga belajar, cuman exkul pramuka sama exkul futsal.

Ceden duduk di pangkuan Abang sambil makan roti-nya. Ituloh, roti kekinian yang baru masuk Indonesia. Yaa, apalagi kalo bukan sandwich yang sering muncul di drama-drama korea. Pagi-pagi Alex ngantri di mall demi beli sandwich itu supaya bisa dibawa ke rumah kakaknya. Dia udah kangen banget sama semua keponakannya, ditambah akhir-akhir ini Alex lagi hobi ngegalau jadi buat telponan sama ponakannya ngga terlalu mood, jadilah disamperin sekalian buat curhat. Axel dan istrinya masih seminggu di Bandung, karena rangkaian seminarnya belum selesai.

"Ade.." panggil Daffin ke Aaron yang makan sandwich sambil diemut, tapi matanya ngga pernah bisa lepas dari Mas Abi. "Kenapa liatin Mas Abi kaya gitu?"

Aaron menggeser pantatnya untuk mendekat ke Abang. Dede yang tau gerak-gerik Ade mau mulai gosip langsung mencondongkan kupingnya. "Abang ... Ayahnya Mas Abi ada dua!"

"Satu ... mana bisa ada dua."

Aaron manyun karena ngga sampai sedetik, gosip darinya langsung dipatahkan sama manusia favoritnya a.k.a Abang Daffin.

Ngga terima omongan Ade ditolak mentah-mentah sama sang Abang, Dede Ceden langsung berdiri di hadapan Abang. Dengan tangan kecilnya, ia meraup pipi kanan dan kiri Abangnya, dan mukanya didekatkan. "Benel Abaaaang, ada dua. Satu bapak, satu baba, iya kan Ade?"

Ade dan Dede ngomong sesantai itu sedangkan Mas Abi tepat di hadapannya, dan mendengar omongan mereka.

"Abang kalo ngga percaya tanya aja sama Mas Abi sendiri," ucap Aaron, males ngomong sama Abang.

Tanpa perlu ditanya, Mas Abi mengangguk. "Iya Abang ... Bundanya satu, Bapaknya satu, Baba satu lagi."

"Kaaaan," ucap Ade dan Dede bersamaan.

"Ih, pada sok tau banget sih anak kecil. Engga, itu tuh Bundanya sama Bapaknya satu, kalo Baba itu sebenernya Uncle, sama kaya Oom, tapi dipanggilnya aja Baba."

"ENGGA ABAAANG." Ceden mulai emosi. "Tadi Mas Abi bilangnya dua, Abang ngga dengelin," ucapnya sambil manyun-manyun.

Ditengah perdebatan sengit antara abang beradek ini, Alex datang memanggil Mas Abi.

"Nah, itu lah, itu Babanya. Ayah nomol dua."

Alex mendengar dan memberikan senyuman. Selain lumayan sering telponan sama para keponakan - kecuali akhir-akhir ini karena dia lagi sering galau – Alex sering mendengar cerita dari Abang dan Kakaknya tentang tingkah ajaib para ponakannya. Contohnya sekarang, mereka bertiga lagi ngotot-ngototan info mana yang paling benar.

"Mas Abi betah ngga disini?" tanya Alex sambil mengusap rambut keponakan gantengnya.

Mas Abi mengangguk.

"Bener? Kalo ngga betah, besok Mas Abi pulang sama Baba aja mau?"

"Bapak pulang juga?" tanya Mas Abi.

Alex menggeleng. "Ngga ... Bapak sama Bunda masih minggu depan pulangnya."

Mas Abi menggeleng pelan. "Mas Abi maunya bobo sama Bapak."

Alex mengangguk dan tersenyum lembut. "Oke deh. Mas Abi suka dinakalin sama Ade sama Dede ngga?" tanyanya penasaran.

Mas Abi mengangguk pelan. "Tapi disini senang, ada Abang juga."

Alex lagi-lagi tersenyum lembut. "Kalo Mas Abi dinakalin, bilang Abang aja ya. Abang baik kok, itu."

"Iya, Baba ... Ade sama Dede juga baik, cuma kadang-kadang nakal, tapi abis nakal terus baik lagi."

🍡🍡🍡🍡🍡

Naaah, jadi Mas Abi ini anak siapa?

Dear Mocci 1...

Dear Mocci 2...

Dear Mocci 3...

Dear Sepupunya Mocci ...

🦋31.10.2021🦋
Ta💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro