What Is This ?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kedekatan Kara dan Rei telah di ketahui oleh banyak orang.
Rei sering mengirimkan Kara Matcha Latte di setiap kesempatan.
Mereka sering terlihat berbincang bersama, mereka pun sering terlihat jalan bersama entah menghadiri sebuah seminar kesehatan atau hanya sekedar nonton bersama.

Meski sering terlihat bersama dan jalan bareng, Kara belum sama sekali merasakan getaran dalam hatinya mengenai Rei. Saat ini ia hanya menganggap Rei sebagai rekan kerjanya di rumah sakit dan teman dekat saat di luar rumah sakit. Ia belum memiliki perasaan lebih terhadap Rei. Lagi pula bagi Kara, hal mustahil bila ia bersama dengan Rei. Seorang dokter Obgyn yang begitu pandai, tampan dan juga banyak penggemar di kalangan pasien, sesama dokter dan juga perawat.

" Cie yang lagi dekat sama Rei, kayaknya bakal jadian nih, " ledek dr. Nico seorang dokter spesialis anak dan memang cukup dekat dengan dr. Rei itu sambil menyenggol lengan Kara.

" Ah gak kok dok, kami cuma berteman aja kok, " sahut Kara sambil tersenyum.

" Yah, ngapain cuma berteman, ajak jadianlah, " kata Dr. Nico membuat Kara mengkerutkan alisnya.

" Kalau kamu gak tertarik sama Rei, ya udah sama saya aja Ra, " sambung Nico membuat Kara tertawa.

" Duhh jangan bilang kalau dokter juga naksir sama Kara, wah patah hati lah kita dok, kalau semua dokter kece ngeliriknya ke Kara semua, " kata Novia membalas ucapan dr. Nico.
Kara yang mendengar ucapan Novia itu hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum heran.

" Naksir sih udah dari dulu tapi di cuekin mulu sih!, kurang apa coba saya buat kamu Ra. Ganteng udah, mapan udah, baik juga udah, " timpal dr. Nico penuh percaya diri membuat Kara mulai malas mendengarkan ocehannya.

" Hahaha Kara mah susah jatuh cinta dok, " kata Novia sambil tertawa

" Iya ya, Padahal saya siap lho bersaing sama Rei, " kata dr. Nico sambil tertawa kecil.

" Obrolan pagi ini kok kayaknya gak berfaedah ya dok, udah buruan visit pasien deh yuk, " ucap Kara mengakhiri candaan dr. Nico

dr. Nico yang tahu bahwa ucapannya tak di gubris oleh Kara pun akhirnya menyerah. Ia pun kemudian melangkah mengikuti Kara menuju kamar pasiennya.

Yup, sebelum kedatangan Rei di rumah sakit ini, Nico memang lebih dulu dekat dengan Kara. Lebih tepatnya mendekati Kara. Tapi usahanya tak pernah membuahkan hasil. Kara selalu menganggap bahwa dr. Nico hanya bercanda. Karena di luar sana pun dr. Nico selalu dekat dengan banyak wanita, entah itu sesama dokter, bidan atau pun perawat. Jadi bagi Kara semua ucapan dr. Nico hanyalah candaan dan bahkan hanya bualan semata, meskipun dr. Nico telah beberapa kali mengatakan bahwa ia benar-benar memiliki perasaan pada Kara.

💞💞💞

K

eesokkan harinya di ruang perawatan Nifas. Kara terlihat sedang mencari sesuatu di bawah meja nurse stasion. Ia berkali-kali merogoh saku seragamnya dan kembali melihat ke bawah meja.

" Lu ngapain sih Ra?" tanya Ika bingung melihat temannya itu.

" Kunci kost gue ilang, " sahut Kara dengan wajah bingung.

" Hah?, kok bisa?, kebiasaan banget sih lu!, tadi lu taro mana?" tanya Ika mulai membaweli Kara.

" Kayaknya sih gue taro di saku seragam tapi kok gak ada ya?" sahut Kara masih sambil celingukan kesana kemari.

" Coba lu cari di ruangan pasien gih, lu tadi habis periksa pasien di kamar 602 kan?, coba liat kesana sapa tau jatuh di sana, " kata Ika mencoba memberi saran. Kara pun mengangguk dan kemudian berjalan menuju kamar 602.

Setelah mencoba mencari di kamar tersebut, Kara belum juga berhasil menemukan kunci kamar kost nya itu. Ia pun mencoba mencari kunci tersebut di sepanjang lorong kamar tempat ia sempat mondar mandir mengurus pasien.

" Akh, Kalo ilang habislah riwayat gue, mau tidur di mana coba, bodoh banget sih lu Ra!" gerutu Kara mengutuki dirinya sendiri.

Saat Kara sedang berdiri lesu di lorong tiba-tiba saja seseorang mengulurkan sebuah kunci dengan gantungan sapi dari belakang tubuhnya. Mendadak tubuh Kara pun langsung tegak seketika karena melihat kunci itu adalah miliknya. Dengan perlahan mengikuti kunci tersebut berputar sesuai dengan sang pemilik tangan, tubuh Kara kini telah menghadap ke sosok yang ia kenal. Tubuh mereka bahkan sangat dekat, hingga Kara terlihat kaget saat melihat sosok di depannya itu.

" Do-dokter Rei," seru Kara tergegap.

Laki-laki di depannya itu hanya sedikit tersenyum, sambil masih memegang kunci kost Kara.

" Nyari ini?" tanya dr. Rei kemudian

" Iya dok, saya cari itu, kok ada sama dokter ya?"

" Saya liat di depan pintu kamar pasien 605, makanya saya ambil.Ternyata punya kamu, " jelas dr Rei singkat, padat dan jelas.

" Iya itu punya saya dok, " sahut Kara sambil tersenyum lebar

" Nih ambil, jangan teledor!, masih untung ketemu, kalau gak ketemu gimana?"

" Iya dok, makasih, " sahut Kara sambil menggaruk lehernya yang tak gatal itu.

" Temani saya visit, " ajak dr. Rei kemudian. Kara pun segera mengangguk dan melangkah menuju nurse stasion.

Di sana Ika kembali menanyakan keberadaan kunci milik Kara tadi. Kara pun menjawab bahwa sudah di temukan oleh Dr. Rei

" Wah,syukur dokter temuin kunci kost nya Kara, kalau gak alamat bakalan nginep di kost saya dia dok," celetuk Ika membuat Kara menaikkan bibirnya ke arah Ika. dr. Rei yang mendengar ocehan Ika itu hanya tertawa sambil sesekali memandang wajah Kara yang berada di sampingnya.

Saat sedang menemani dr. Rei yang tengah mengisi formulir asuransi status pasiennya, tiba-tiba saja datang dr. Nico

" Selamat pagi, " sapanya ramah sambil tersenyum ke arah mereka semua.

" Weh,kayaknya saya keduluan Rei nih," celetuk dr. Nico sambil melirik ke arah Rei dan Kara.

" Siapa suruh datangnya lama hahaha" balas Ika menggoda dr. Nico

Melihat Kara yang tengah berdiri di samping dr. Rei, dr. Nico pun kini ikut berdiri di samping Kara membuat perempuan itu kini berada di tengah-tengah dokter tampan itu.

" Wah, posisi yang kayak gini nih, yang bikin iri, " celetuk Tya senior Kara saat melihat juniornya itu berada diantara dr. Rei dan dr. Nico

" Tinggal pilih tu Ra, " ledek Tya membuat wajah Kara seketika memerah.

" Kamu dukung saya atau Rei nih Ty?" tanya dr. Nico pada Tya. dr. Rei sendiri tampak melirik kearah Nico.

" Mmm, Saya mah dukung Kara aja dok hehe, " sahut Tya netral

" Akhhh, gimana sih kamu, " celetuk dr. Nico kecewa.

Setelah sempat berbincang dan bercanda dengan para bidan.
dr. Rei dan dr. Nico pun kembali fokus pada status pasien mereka.

Kara yang masih berada di tengah-tengah mereka berdua berniat untuk melarikan diri dari situ. Ia melangkahkan kakinya mundur, tapi secara bersamaan dr. Rei dan dr. Nico langsung melirik kearahnya membuatnya berdiri kaku dengan salah tingkah dan wajah tegang. Tiba-tiba saja secara bersamaan pula, tangan dr. Rei dan dr. Nico memegang tangan kanan dan kiri Kara. Mereka pun saling tatap.

" Kamu yang temani saya visit, " cetus dr. Rei mendahului. Membuat Kara menoleh kesebelah kanannya, tempat dr. Rei berdiri dan memegang tangannya.

" Hari ini kamu pasti fungsi tim bayi kan Ra, jadi kamu yang temani saya visit bayi, " sambung dr. Nico tak mau kalah dari dr. Rei membuat Kara kali ini menoleh kesebelah kirinya.

Kara yang berada di tengah-tengah kebingungan itu hanya memandangi mereka secara bergantian.
Tya dan Ika yang berada di depan mereka pun juga saling tatap. Namun setelah itu dengan cepat Tya pun berkata.

" Duh Dokter, ngapain pake berebutan gitu ya, kasian junior saya lah dok, gak bisa membelah diri soalnya, " kata Tya sambil menarik Kara dari kedua dokter tampan tersebut.

' thanks GOD' batin Kara lega telah diselamatkan oleh seniornya itu.

" Berhubung hari ini Kara fungsi audit status pasien , jadi dr. Rei saya yang temani visit ya dok, nah dr. Nico ditemani sama Ika ya dok, karena yang fungsi tim bayi hari ini adalah Ika, Oke! " jelas Tya pada ke dua dokter itu. Dengan wajah kecewa akhirnya mereka pun mau tak mau visit pasien tanpa ditemani Kara.

" Thanks ya kak, " ucap Kara pelan pada seniornya itu sebelum Tya melangkah bersama dr. Rei

" Sipp, " sahut Tya sambil tersenyum lebar dan mengajungkan ibu jarinya kearah Kara.

" Hmm, untung ada kak Tya, " ucap Kara sambil bernafas lega.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro