MDM | 10

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

" Emeer ! "

Kyle menepuk kuat meja kerja ketuanya itu . Menyentakkan Emeer dari terus hanyut dalam lamunan . Kyle sendiri pelik dengan lelaki itu . Asyik termenung saja sejak kebelakangan ini .

Lelaki itu tersentak . Pen ditangan automatik tercampak ke atas lantai . Terkebil - kebil matanya memandang Kyle yang memandang dia dengan wajah hairan .

" Kau bila datang ? " soalnya lalu membetulkan duduk . Helaian kertas di atas meja dibelek satu persatu .

Entah kenapa , hatinya menjadi resah tiba - tiba . Dalam kepalanya asyik terbayangkan wajah Nur Dania . Wajah itu yang sering menjadi igauannya kini . Cinta ? Dia yakin perasaan itu belum ada .

Cuma sekarang dia ada perasaan ..

Ingin melindungi wanita itu .

" Aku dah berdiri kat sini 10 minit kot . Kau tenung cermin tu sampai pecah pun belum tentu kau sedar .. " Kyle sudah masuk mood membebelnya .

Emeer menjulingkan mata ke atas . Malas mahu melayan bebelan Kyle itu . Buat cair tahi telinga dia saja . Macam manalah perempuan boleh suka si Kyle itu . Buta agaknya .

Bunyi pintu diketuk membuatkan perhatian mereka terkalih . Emeer melauang perlahan . Matanya masih lagi pada kertas - kertas kerja . Yang memerlukan tandatangannya .

Suhana masuk ke dalam bersama beberapa buah fail . Sempat dia melemparkan senyuman pada Kyle . Sifat dia semulajadi . Suka tersenyum pada orang .

Kyle apalagi tersenyum bukan main lebar . Akhirnya gadis pujaan dia membalas senyuman dia setelah kian lama .

" Maaf menganggu . Ini fail - fail yang memerlukan pemeriksaan bos . Encik Bakar suruh saya hantar pada bos " kata Suhana lalu menghempas semua fail itu di meja kerja Emeer .

Boleh naik lenguh tangan dia memikul fail - fail yang penuh dengan maklumat mengenai projek - projek . Encik Bakar selaku ketua projek pasti akan mendapatkan pemeriksaan dari Emeer sebelum mengesahkan .

" Thanks . You may go " balas Emeer dingin . Sikit pun dia tak angkat muka .

Suhana senyum juga . Sudah biasa dengan bosnya itu . Mula - mula memang dia terasa hati , tapi lama kelamaan dia sudah biasa . Bos dia memang susah untuk melemparkan senyuman .

Kyle sudah memandang Suhana yang keluar dari bilik sejuk itu . Memandang sehingga kelibat Suhana menghilang di sebalik pintu kaca itu .

" Ermm .. kau tenung dia lama - lama bukan dapat apa ? Kau tak ada kerja ke ? Asyik menyemak dekat office aku je ? " soal Emeer sinis .

Kyle menggaru belakang lehernya . Kerja memang ada -- tapi dia sengaja datang ke sini . Malas nak menghadap fail yang bertimbun di atas meja .

" Ada -- "

" So tak reti nak buat ? Tak akan nak suruh pekerja je buatkan ? " sinis Emeer lagi . Tangan masih bergerak menyelak setiap helaian kertas .

Kyle mengetap bibir . Mood bekerja Emeer sudah masuk . Jadi dia memang tak boleh nak membantah lagi . Jadi -- sebelum singa terbangun baik dia pergi dulu .

Emeer memandang saja Kyle yang keluar dari biliknya . Kyle -- selalu dengan sikap bermalasan dia itu . Tetapi berguna juga . Selain pandai mengayat wanita .

Emeer memusingkan kerusinya menghadap cermin kaca yang memaparkan terus pemandangan Kuala Lumpur itu . Dia memejam mata .

" Hmm .. lagi beberapa hari lagi dan aku bakal bergelar seorang suami " gumamnya sendiri .

Mampukah dia menjadi seorang suami yang baik ? Mampukah dia membimbing isterinya ? Emeer sendiri tidak pasti .

Lagi - lagi teringatkan dirinya yang penuh dengan kegelapan . Susah untuk dia meninggalkan dunia itu . Dan kerana itulah dia masih lagi menjadi seorang ketua yang digeruni .

××××

Adam terkekeh suka apabila diagah oleh Nur Dania . Suka melihat si ibu yang membuat muka buruk itu . Adam terkekeh sampai meleleh air liurnya .

Suasana di taman bunga itu sungguh menenangkan . Lagi - lagi kawasan perumahan itu di atas bukit . Cukup menyegarkan . Dikelilingi dengan hutan .

Dan Nur Dania mula sedar bahawa seorang Emeer bukan calang - calang oran . Tengku Khalif merupakan tokoh korporat terkenal . Emeer sendiri pula , mempunyai syarikat sendiri . Keluarga bangsawan dan tersangat berbeza dengan dirinya .

Ayahnya , Encik Mazlan hanya nelayan biasa - biasa . Tidak ada kemewahan . Malah tidak mempunyai apa - apa . Sedangkan dia pula seorang gadis kampung yang berpakaian biasa - biasa . Tidak pandai bergaya .

" Hmm .. mampu ke aku bahagiakan dia ? " dia bertanya sendiri .

Rambut hitam pekat milik Adam diusap lembut . Kerana Adam dia berada disini . Menikmati kemewahan tanpa dia pinta . Adam adalah anugerah tidak ternilai .

" Mmm ... purrr " Adam menyembur air liurnya . Tangan menepuk - nepuk sesama sendiri .

Nur Dania senyum . Air liur milik Adam dilap dengan kain . Adam semakin lama semakin nakal . Tapi Nur Dania tidak kisah , janji Adam sihat di depan matanya .

Bunyi enjin motorsikal yang memasuki kawasan rumah agam itu membuatkan dia mengangkat muka . Senyuman lebar terukir apabila melihat figura Mukhris yang sedang mematikan enjin motor .

Tubuh bulat Adam didukung . Dia menghampiri Mukhris yang asyik membetulkan gaya rambutnya . Masih lagi bertenggek di motor EX-5 hitamnya itu .

T-shirt lusuh dan ripped jeans tersarung pada badan adiknya itu . Nampak seperti mat - mat motor di luar sana .

" Ayah kirim salam . Orang tua tu tak larat nak jalan . Sakit lutut katanya .. " kata Mukhris tiba - tiba .

" Tak apa .. lagipun ayah tak sihat kan " dia tetap tersenyum . Kehadiran adiknya saja cukup mengembirakannya .

" Huh tak sihat laa sangat . Semalam sakan sangat berkaroke kat warung janda tu . Sampai larut malam melepak . Tak padan dengan tua " kutuk Mukhris .

Belakang Encik Mazlan boleh laa dia main kutuk - kutuk . Kalau depan - depan , mahu dipelangkung oleh Encik Mazlan .

Nur Dania hanya mampu mengeleng kepala saja . Adiknya ini , ada peluang pasti mengutuk si ayah . Tak kira dia mana sekalipun .

" Kau pula ? Tak sekolah ke ? " Nur Dania pelik . Jam baru saja pukul 10 pagi . Masih terlalu awal .

Mukhris tersengih tak bersalah . Memang dia tak ke sekolah . Dia ke sini pun malas nak dengar bebelan Encik Mazlan .

" Hmm .. aku cuti .. hehe -- " rambutnya diraup ke belakang .

Habislah dia kalau Nur Dania dapat menghidu penipuan dia . Bukan cuti , tapi kena gantung . Yang entah ke berapa kali .

Nur Dania mencebik . Nak tipu dia -- agak - agaklah . Tengok sekali je dah tahu . Nampak sangat menipu nye .

" Adam sini kat paksu -- " kini Adam sudah bertukar dukungan .

Adam apalagi , nampak wajah Mukhris terus menjerit teruja . Lagi - lagi dia sudah mengenal orang . Hanya orang tertentu saja dia tersenyum . Kalau orang luar meraung bukan main lagi .

" Hmm makin montel ya kau . Mak kau bagi makan apa hah ? Tak kan minum susu gemuk sampai macam ni sekali ? "

Adam hanya gelak . Tersembur - sembur air liur mengenai wajah Mukhris . Nur Dania mengetap gigi . Ada ke patut cakap macam tu ? Tak guna punya adik .

" Sebaik kau tak jumpa tok ayah . Kalau kau jumpa orang tua tu , mesti kau kena push up 100 kali macam aku . Tok ayah kau tu pantang orang gemuk - gemuk -- " kutuk Mukhris lagi . Kali ini dia sudah turun dari motornya .

Berjalan menuju ke dalam rumah . Buat macam rumah sendiri . Nur Dania sudah bercekak pinggang . Mukhris -- ada ke cakap macam tu dekat Adam ? Hish ! Geram je dia rasa sekarang ni .

" -- tak sedar diri sendiri dah borai . Dengan perut buncit ke depan ada hati nak mengorat janda cun " dan bermulalah kutukan dari Mukhris .

Nur Dania hilang punca . Adiknya dan Encik Mazlan memang nampak seperti bermusuh . Tapi sebaliknya mereka rapat . Diluar saja mereka bagai kucing dan anjing . Sebaliknya -- Nur Dania saja tahu . Itulah cara mereka memupuk kasih sayang sejak dulu lagi .

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro