25. BADBOY

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sejak semalam Kevin tidak bisa tidur, pikirannya terus gentayangan memikirkan guru mudanya itu.

Masih teringat jelas di benak Kevin saat Nara mengatainya berondong, dan itu membuatnya kesal!

Sebenarnya bukan hanya itu, Nara juga mengatakan sesuatu ketika Kevin mengantarkannya pulang, sebelum turun dari mobilnya, cewek itu berkata,Kamu boleh anggap saya lebih dari guru, atau yang ka bilang tadi, teman atau kakak? Tapi tolong, tetap panggil saya ‘Ibu’ karena bagaimanapun saya tetap guru kamu. Saya gak mau kamu kebablasan memanggil saya dengan nama.”

Hufh!

“Gila aja gue mikirin Bu Nara sampe gak tidur semaleman!” Dengan kesal Kevin melirik jamnya yang berada di dinding.

Pukul 07.15

“KEVIN BEGOO! LOMBA HARI INI KEVINNN!” teriaknya yang langsung berlari cepat menuju kamar mandi.

***

Kevin melangkahkan kakinya cepat menuju ruang guru, berharap menemukan Nara sedang menunggunya di sana. Namun, setengah jam sudah Kevin telat dari jam yang dijanjikan. Nara tak ada di ruang guru.

“Bu Nara udah ke parkiran tadi, Vin. Dia nggak mungkin ninggalin kamu. Wong dia yang nemenin kamu lomba,” ucap Lia seraya menggelengkan kepalanya.

Kevin yang tersengal hanya mengangguk, jarinya membentuk tanda 'OK' dan segera berlari menghampiri Nara di parkiran sekolah.

Dari kejauhan, Kevin melihat Nara bersidekap dada seraya menatap Kevin dengan nyalang. Kevin menghentikan langkahnya, senyum pemuda itu terbit. Namun, senyum itu tak bertahan lama setelah melihat wanita itu masuk ke dalam mobil putih--yang Kevin duga adalah mobil Nara sendiri.

“Bu!” Kevin berlari menghampiri mobil tersebut dan langsung masuk ke dalamnya. Belum rapat Kevin menutup pintu, Nara sudah menjalankan mobilnya.

“Eeee ayam!” Kevin menghela napas lega, karena berhasil menutup pintu dengan rapat. Pemuda itu menatap Nara dengan horor.

“Kalau bukan permintaan Pak Lanat, saya nggak bakal mau menemani kamu ke Bandung.” Kevin meneguk ludahnya sendiri. Suasana canggung pun mulai terasa. Apalagi setelah kejadian semalam.

“Maaf Bu, semalem saya nggak bisa tidur gara-gara mikirin ucapan Ibu semalem,” ucap Kevin jujur. Pemuda itu sedikit menunduk.

Nara tertegun dalam hati. Ucapannya yang mana? Apakah dirinya telah menyakiti hati Kevin? Ia merasa tak enak karena sudah bersikap tak dewasa.

“Ucapan saya yang mana?” tanya Nara dengan nada datar, tetapi terselip rasa penasaran di sana.

“Ucapan Ibu yang malu kalau pacaran sama berondong. Maksud Ibu, berondong itu saya? Ibu mau jadi pacar saya?” Emosi Nara kembali membludak. Wanita itu mencengkram stir mobil dengan kuat saking kesalnya.

“Lebih baik kamu diam Kevin, atau kamu saya turunin di tengah jalan.”

“Diturunin di sini juga nggak apa-apa kok Bu, lagian belom nyampe Bandung 'kan? Ini masih wilayah sekitar sekolah.” Kevin bersiap untuk turun. Namun, sikap pemuda itu malah makin membuat Nara kesal.

“Saya bilang diam Kevin!” ucap Nara tegas, membuat Kevin benar-benar terdiam. Kevin rasa guru cantiknya itu benar-benar marah padanya.

Akhirnya, pemuda itu menatap luar jendela mobil. Namun, dari jendela masih terlihat wajah Nara walaupun samar-samar. Kevin menahan senyumnya karena tingkahnya sendiri.

Perjalanan berlangsung cukup lama dan hal itu membuat Nara uring-uringan. Wanita itu terus saja mendumal karena macet, atau ada mobil yang menyalip mobilnya ketika Nara ingin berputar di belokan pas. Kevin hanya diam memperhatikan gurunya itu. Seram, ya? Batin Kevin.

Untungnya, sebelum acara mulai mereka tidak terlambat. Nara mengembuskan napasnya lega, kemudian menatap Kevin yang sedang menatapnya juga dengan kesal.

“Capek, Bu?”

“Menurut kamu?” tanya Nara dengan nada tinggi. Wanita itu memutuskan untuk mencari kursi yang sudah disiapkan panitia lomba. Namun, sebelum Nara pergi, Kevin menahan pergelangan tangannya.

“Saya gimana, Bu? Kok Ibu mau ninggalin saya di sini sendirian? Ibu tega sama Kevin yang unyu-unyu menggemaskan ini? Cuma ada satu di duni--”

“Mual saya dengarnya. Kamu ke belakang panggung sana. Pasti udah banyak peserta yang lain,” ucap Nara seraya meninggalkan Kevin di tengah-tengah kerumunan orang.

“Kangen sama gue baru tahu rasa.” Kevin mendelik dan bergegas pergi dari tempat semula.

Dan benar saja, sesampainya Kevin di belakang panggung, sudah banyak peserta yang sedang berlatih. Kevin menatap sekelilingnya, mereka semua terlihat ambisius untuk mendapatkan juara. Kevin jadi berpikir, apakah hanya dirinya yang pasrah menang atau kalah nanti?

Tak lama, panitia mengumumkan bahwa acara akan di mulai. Kevin merasa sedikit gugup, pasalnya ini pengalaman pertamanya mengikuti lomba. Suara tepuk tangan antusias pun terdengar sampai belakang panggung. Dan betapa terkejutnya Kevin saat namanya di sebut pertama kali.

“Eh, njir, nama gue dipanggil?” tanya Kevin panik pada siswa di sampingnya.

“Lo punya nama nggak? Nama lo Kevin Mahaprana bukan? Makanya pas bapak lo gajian tuh beli korek kuping,” ucap pemuda itu tenang tapi menyakitkan ginjal Kevin.

“Gue sentil pankreas lu baru tahu rasa!” ucap Kevin seraya masuk ke pintu yang mengarah pada depan panggung. Kevin terkejut ketika melihat begitu banyak penonton yang hadir. Ia kira peserta dan penonton akan sedikit.

Pemuda itu memasang wajah semringahnya, senyumnya lebar saking senangnya diri Kevin. Kemudian, Kevin mengambil gitar untuk sarana ia bernyanyi. Semua suara penonton tidak terdengar, hanya terdengar suara petikkan suara gitar yang di petik.

Kevin menarik napas sebelum bernyanyi. Lagu ini sudah ia siapkan jauh-jauh hari khusus untuk hari ini.

Kurasa 'ku sedang jatuh cinta

Kevin tersenyum, entah kenapa ia membenarkan lirik lagu tersebut.

Karena rasanya ini berbeda
Oh, apakah ini memang cinta?

Mata Kevin mencari keberadaan Nara. Dan ternyata, wanita itu duduk paling depan, persis di belakang juri. Senyum Kevin semakin lebar.

Selalu berbeda saat menatapnya

Mengapa aku begini?
Hilang berani dekat denganmu
Ingin 'ku memilikimu
Tapi aku tak tahu
Bagaimana caranya?

Dalam hati, Kevin juga ikut bingung. Ia bertanya-tanya, apakah ia memiliki rasa pada gurunya itu?

Tolong katakan pada dirinya
Lagu ini kutuliskan untuknya
Namanya selalu kusebut dalam doa

“Belum sempet gue sebut nama Bu Nara dalam doa gue. Nanti deh, habis pulang lomba.” Kevin membatin.

Sampai aku mampu
Ucap, "Maukah denganku?"

Hampir saja Kevin tertawa saking lebarnya ia tersenyum. Maukah Nara dengan berondong yang satu ini?

Kurasa 'ku sedang jatuh cinta
Karna rasanya ini berbeda
Oh, apakah ini memang cinta?
Selalu berbeda saat menatapnya

Di sini aku berdiri
Menanti waktu yang tepat
Hingga akhirnya kumampu
Katakan padamu

Pandangan pemuda itu tak lepas dari Nara, membuat wanita itu gugup sendiri. Nyatanya, Kevin menatap Nara seolah-olah berkata, “Dengerin lagu ini.” Dengan tatapan menantang.

Tolong katakan pada dirinya
Lagu ini kutuliskan untuknya
Namanya selalu kusebut dalam doa
Mungkinkah dia tahu
Cinta yang kumau?

Tolong katakan pada dirinya
Lagu ini kutuliskan untuknya
Namanya selalu kusebut dalam doa
Sampai aku mampu
Ucap, "Maukah denganku?"

Di saat memasuki lirik terakhir, Kevin menepuk-nepuk dadanya sendiri seraya memejamkan matanya.

Maukah kau dengan aku?

Suara riuh tepuk tangan bergema. Tak hanya juri, seluruh penonton, bahkan peserta yang lain merinding mendengar suara merdu Kevin.

“Terima kasih,” ucap Kevin dan membungkuk beberapa saat.

“Keviinn!!” Salah seorang juri wanita berteriak histeris memanggil nama Kevin. Saat ini adalah sesi komentar.

“Iya Ibu? Baper ya denger saya nyanyi?” tanya Kevin dengan nada menggoda. Sontak, hal itu membuat suasana gedung semakin riuh.

“Bagus banget suaranya? Kok bisa sih? Saya bawa pulang mau?” tanya juri tersebut dengan centil.

“Bu, maaf suami dan anak menunggu di rumah,” ledek juri yang Kevin duga seumuran dengan Nara. Tidak hanya Kevin, semua orang pun tertawa.

“Ih, Pak Andi!” cetus juri wanita itu, kemudian lanjut berkomentar, “saya yakin nggak cuma saya yang baper denger kamu nyanyi. Pasti yang lain juga baper 'kan?!” teriak juri tersebut. Sontak, semua orang yang rata-rata adalah perempuan menjawab 'Iya'.

Kevin melirik Nara, wanita itu tak terawa. Membuat Kevin sedikit, sedih?

Kevin menatap wanita itu lamat, kenapa bisa lagu yang ia nyanyikan tadi sangat pas dengan perasaannya kali ini? Terlebih lagi saat ia menatap wajah guru musiknya itu.

Komentar para juri ia abaikan. Kevin merasa dunia sedang menulikan gendang telinganya dan mengarahkan matanya agar tetap fokus pada Nara.

“Kevin?” Kevin tersadar. Ternyata ia melamun dari tadi. 

“Ya?”

“Kamu keren. Saya harap kamu akan mengikuti lomba-lomba bernyanyi seperti ini lagi,” ucap juri yang lain. Kevin tersenyum dan membungkuk sekali lagi. Sesi komentar sudah selesai, pemuda itu melambaikan tangannya sebagai tanda pamit.

Dan di saat ia memasuki belakang panggung, banyak pasang mata yang memandangnya kagum, terlebih lagi para peserta siswi.

“Keren banget sih dia!” Sekiranya kalimat itu yang Kevin dengar seusai turun dari panggung. Pemuda itu hanya berjalan cuek melewati peserta yang lain.

“Bro, kalau menang, jangan lupa beli korek kuping,” celetuk pemuda menyebalkan tadi. Kevin terkekeh mendengarnya. Secara tidak langsung, pemuda itu memuji dirinya, dan menduga bahwa Kevin yang akan memenangkan lomba ini.

👑

Semua peserta sudah tampil, dan sekarang saatnya pengumuman hasil lomba. Tentu saja semua penonton berharap jika Kevin yang akan memenangkan lomba ini. Walaupun sebagian penonton mendukung peserta jagoannya masing-masing sebelum memasuki gedung lomba, tapi tak bisa dipungkiri jika mereka juga mendukung Kevin untuk menang setelah melihat penampilan pemuda itu.

Sesudah semua peserta tampil, mereka dipersilahkan menduduki kursi penonton dan duduk bersama pelatih masing-masing. Nara tidak berkata apapun, ia hanya tersenyum simpul seraya mengacungkan satu ibu jarinya. Nyatanya, wanita itu ingin sekali bertepuk tangan paling kencang. Matanya tidak berkedip saat melihat Kevin berjalan ke arahnya seusai semua peserta tampil tadi.

Dan saat pengumuman dimulai, mata Kevin fokus pada pembawa acara lomba. Pemuda itu sedikit merasa gugup, walau ia pasrah jika tidak memenangkan lomba ini.

“Juara tiga, dimenangkan oleh... SMA TUNA BANGSA!” Suara tepuk tangan meriah terdengar. Kevin melirik sekitar, mencari perwakilan dari SMA tersebut. Dan ia baru menyadari bahwa pemuda menyebalkan itu yang di maksud.

Kevin tersenyum melihatnya. Entah kenapa, ia ikut bahagia melihat pemuda itu menang.

Setelah penyerahan piala dan sesi foto, giliran juara kedua yang diumumkan.

“Juara kedua dimenangkan oleh... SMA PHILIPUS!” Kevin merasa gugup, kenapa namanya tidak dipanggil? Padahal ia berharap akan mendapatkan juara minimal juara kedua. Tapi nyatanya?

“Juara pertama dimenangkan oleh... Siapa kira-kira?” goda yang pembawa acara. Seluruh penonton menyebutkan jagoannya masing-masing.

“Di-me-nang-kan-o-leh, SMA GRAHAM!”

Mata Kevin membulat tak percaya, bahkan mulutnya sedikit terbuka. Nara dan Kevin saling berpandangan. Setelah sadar, Kevin tertawa. Menertawai takdirnya untuk memenangkan lomba ini dan menertawai ekspresi terkejut Nara.

Dengan segera pemuda itu menaiki panggung dengan percaya diri. Bahkan Kevin masih sempat melambai-lambaikan tangannya bak artis.

Dari jauh, Kevin melihat Nara tersenyum lebar. Hal itu membuat Kevin semakin melebarkan senyumnya.

“Gue harus apa biar Bu Nara mau sama berondong kayak gue?” Sekiranya pertanyaan itu yang terus mengiang-ngiang di kepala Kevin saat ini.


To be continue...

Wassaaaaapp gengs!
Gimana gimana part ini?

Vote dan komennya jangan lupa ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro