24. BADBOY

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat ini Kevin sedang membujuk Nara yang sedang merajuk. Wanita itu tadi marah pada Kevin karena Kevin membohonginya. Nyatanya, orangtua Kevin tidak ingin bertemu dengannya seperti kata Kevin tadi.

“Bu, jangan marah dongg, saya mau tampil nih Bu, jangan marah ya, saya minta maaf Bu.” Kevin menatap Nara dengan wajah memelasnya.

“KEVIN, BURUAN!” teriakan Liyo, Kevin abaikan, fokusnya kali ini hanyalah pada Nara.

“Bu, jangan diem aja dong. Saya gak enak nih.”

Hening, tidak ada jawaban apapun dari Nara, bahkan cewek itu dengan santainya memainkan ponsel tanpa mempedulikan Kevin.

Tamu-tamu mulai berdatangan, dan entah ini hanya perasaan Kevin atau bukan, tapi Kevin merasa bahwa hampir semua orang sedang menatap dirinya dan Nara. Apa karena baju yang mereka kenakan sama? Entahlah Kevin tidak peduli.

Ide licik seketika tiba di benaknya, cowok itu menatap Nara dengan senyum miring lantas bangkit dari duduknya.

Nara yang mendengar dencitan kursi pun sontak mengalihkan pandangannya pada Kevin. Matanya menyipit, kala melihat Kevin yang menghampirinya, sampai akhirnya matanya membelalak saat Kevin berlutut di hadapannya, dan tentu saja itu mengundang perhatian banyak orang.

Kevin tersenyum manis dengan tangan yang tiba-tiba menggenggam tangan Nara dengan erat. Cowok itu mendongak, menatap Nara dengan intens.

“Sayang, kamu masih marah ya sama aku? Maafin aku ya Sayang? Aku mohon Sayang, aku ngaku salah.”

Deg!

Jantung Nara seketika berdetak kencang dengan wajah yang merah padam.

Apa urat malu cowok di hadapannya ini sudah putus?

Lihat saja, bahkan sekarang semua orang fokus menatapnya dan itu membuatnya sungguh tidak nyaman!

“Kevin...,” kata Nara dengan suara tertahannya. Matanya melotot dengan dada yang naik turun.

“Iya sayangku?” Kevin mengeluarkan smirk nya.

Nara diam. Sampai akhirnya menatap Kevin dengan senyuman lebarnya. Wanita itu menarik tangannya yang masih di genggaman Kevin lantas mengarahkan telapak tangannya pada wajah mulus Kevin.

Cewek itu mengusap pipi Kevin dengan lembut seraya berkata, “iya sayang, aku udah maafin kamu. Sekarang kamu tampil ya, katanya mau kasih aku kejutan?”

Berhasil.

Nara berhasil membuat Kevin diam tak berkutik dengan tubuh yang sedikit kaku bak es batu. Mata cowok itu mengerjap beberapa kali mendengar panggilan ‘sayang’ yang Nara ucapkan.

“Sayang buruan, itu temen kamu udah pada nungguin,” kata Nara dengan nada mengusir, tetapi terdengar lembut.

Kevin hanya mengangguk singkat. Ia bangkit dengan tegang lantas melangkah menuju teman-teman band-nya yang sedang menatapnya dengan tatapan menggoda.

“Kevin!” panggil Nara setengah teriak.

Kevin berbalik dan langsung mendapati Nara yang sedang melambaikan tangannya ke arah pemuda itu.

“Semangat sayang, love you,” teriaknya terlihat semangat. Padahal, dalam hati ia sudah merencanakan akan meneggelamkan diri ke dasar laut.

“Ekhem, yang lagi kasmaran mah beda ya!” seru Liyo yang berada tak jauh dari Kevin, diikuti oleh yang lainnya.

“Depan umum woy!”

“Cie, cie.”

Suara godaan dari teman-teman band-nya berhasil menyadarkan lamunan Kevin. Dengan pelan-pelan cowok itu menatap Nara, dan ia merutuki dirinya sendiri saat melihat Nara yang yang menatapnya dengan senyum miring.

Sial!

Ini sih namanya senjata makan tuan!

**

“Bodoh, bodoh, bodoh!” Nara terus merutuki dirinya sendiri akibat kebodohan yang ia lakukan pada malam ini.

Sungguh, ia sangat malu ketika harus memanggil Kevin 'sayang'. Untuk apa dirinya harus masuk ke dalam permainan Kevin?! Nara menyesal bukan main. Ia menjadi gila! Sungguh ia membenci Kevin.

“Harusnya kamu nggak usah manggil Kevin sayang! Nara, bodoh!” teriaknya sembari memandangi dirinya di depan kaca toilet.

Tadi, Nara izin ke toilet saat Kevin telah selesai tampil. Dirinya sangat malu ketika Kevin malah semakin jadi menggodanya, bahkan cowok itu selalu memandangnya sejak awal bernyanyi sampai lagu selesai. Belum lagi sorakan semua tamu yang hadir karena kebodohannya berteriak heboh memanggil Kevin bak pacar yang ia sayangi, padahal murid yang ia benci.

Drtt drtt

Nara membuka sling bag-nya, lantas mengambil ponselnya yang berbunyi.

Pesan dari Kevin.

Murid gilaku
Sayang jangan lama-lama di toilet, aku mau ajak kamu jalan-jalan keliling Jakarta nih!

Tanpa bisa disembunyikan lagi, pipi Nara memerah dengan dada yang seketika berdetak cepat. Di satu sisi ia kesal pada Kevin yang menurutnya tidak sopan, tapi di sisi lain ia merasa nyaman ketika berada dekat dengan cowok itu.

“Gak boleh Nara, gak boleh! Masa kamu nyaman sama cowok gila, tengil gitu. Jangan sampai!” gumamnya sebelum akhirnya melangkah pergi menuju Kevin.

“Sayang, buruan!” teriakkan Kevin lagi-lagi membuat Nara kesal, bagaimana bisa drama ini terus berlanjut? Sampai kapan?

“Gue masih gak percaya deh Vin, kalo kalian pacaran. Kayak cerita di novel-novel yang pernah adek gue baca Vin, serius! Tentang guru dan anak muridnya yang menjalin sebuah hubungan,” kata Liyo saat Nara duduk tepat di samping Kevin.

“Makanya jangan kebanyakan baca fiksi, kalau yang nyata aja udah ada,” kata Kevin dengan gaya sombongnya. “Ya udah yuk Yang berangkat, aku mau ajak kamu ke suatu tempat.” Tanpa menerima persetujuan Nara, Kevin langsung menarik tangan cewek itu, membawanya pergi.

★★

Bugh!

“Aw! Sakit Bu! Ampun, amp-Aw!” ringis Kevin yang tak dihiraukan oleh Nara.

Sesampainya di dalam mobil, Kevin langsung mendapat serangan mendadak dari Nara. Cewek itu tak henti-hentinya memukuli dan mencubit tubuh Kevin sekuat tenaga.

“Dasar gak sopan! Tukang drama! Tukang modus! Gak tau malu! Playboy! Pokoknya saya kesel sama kamu Kevinnnn!!” teriak Nara frustrasi.

Kevin segera menghentikan aksi kejam Nara, dengan memegangi kedua tangan cewek itu. Kevin menahannya saat Nara memberontak, sampai akhirnya Nara berhenti, menyerah.

“Ibu Guru yang saya sayangi dan saya hormati. Ibu juga ikut andil ya, dalam drama yang saya buat, bukan salah saya doang dong Bu!”

“Tapi kamu yang mulai!”

“Tapi Ibu juga ngikutin permainan saya!”

“Itu supaya saya gak malu karena bikin keributan di depan umum!”

Kevin menghela napasnya pelan, matanya menatap iris mata Nara lekat. Dengan lembut ia berkata, “Saya gak bisa bener-bener jadi murid Ibu, apalagi di luar sekolah.”

“M-maksud ka-mu?”

“Umur kita gak beda jauh, apa gak bisa kalau saya anggap Ibu itu temen saya? Atau ... Kakak? Jujur, saya kurang nyaman kalau inget Ibu itu guru saya.”

Tatapan mengintimidasi Kevin membuat Nara langsung menarik tangannya dari pemuda itu. “Ya-ya udah gak u-usah pergi sama saya lagi,” kata nya gugup.

“Kalo saya panggil Ibu, Nasis gimana?”

Nara mendesah lega ketika sifat tengil Kevin kembali. Setidaknya, jantung Nara akan baik-baik saja sampai sini.

“Kamu kira saya Narsis?”

“Kalau Bunda gimana? Nanti Ibu panggil saya Ayah. Bunda Ayah kayaknya cocok,” celetuk cowok itu membuat Nara memutar bola matanya malas.

“Kevin, kamu itu murid saya. Sedeket apapun umur kita, kamu ya tetep murid saya. Jujur, saya gak nyaman kalau nanti dibilang pacaran sama berondong.”

Deg!

Kevin dibilang berondong?

To be continue...


__________

Gimana part ini gays?

Jangan lupa vote dan komen yahhhh! Love youuuuuu.

Sal, Yos😍😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro