Part 26 - In Between

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nayla duduk di serambi belakang rumahnya. Matanya menatap kosong pada keran air yang ada di taman rumahnya. Hanya sebuah titik acak yang dia pilih untuk diamati supaya pikirannya bisa fokus ke apapun selain Mika.

Tiba-tiba saja Nayla meragu akan perasaannya sendiri. Keran air tidak cukup hebat untuk mengalihkan pikirannya. Buat apa air mata yang tadi jatuh sepanjang perjalanan pulangnya setelah bertemu dengan Mika kembali? Mengapa perasaannya begitu lega dan bahagia ketika Mika mengecup sekilas pipinya? Dia merasa perasaannya yang dulu pernah ada, kini dibalas oleh Mika. Meski begitu, Nayla merasa kecupan itu mungkin tidak berarti apa-apa buat Mika. Bisa saja dia juga melakukan hal yang sama kepada teman-temannya di London sana, seperti sesederhana mengucap salam satu dengan yang lain.

Nayla menutup wajahnya dengan kedua tangannya ketika dia kembali merasakan matanya memanas. Dia berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh lagi.

Nayla menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Berharap perasaan itu akan berkurang seiring dengan berkurangnya debaran jantung akibat emosinya.

Lagi.

Dan lagi.

Perasaan itu masih tetap tinggal dalam hatinya dengan kapasitas yang sama.

"Non Nay," panggilan Mbak Sumi membuyarkan lamunan Nayla, "Non Kezia udah dateng." Nayla mengusap sekali lagi wajahnya sebelum menoleh pada Mbak Sumi. Ada perasaan bersalah menyusup dalam hati Nayla ketika tahu Kezia sudah datang, yang harusnya diantar oleh Andre. Nayla absen mengabarkan keberadaannya ketika dia sudah sampai rumah karena kepalanya hanya penuh dengan Mika, Mika, dan Mika.

"Ada Andre juga kan?" tanya Nayla.

"Ada, Non," jawab Mbak Sumi. Nayla memaksakan sebuah senyum pada Mbak Sumi sebelum dia berdiri dan berjalan masuk ke rumahnya untuk menemui kedua orang itu.

Nayla sudah menyiapkan senyumnya untuk menyambut Andre dan Kezia. Dalam hati, dia berdoa supaya wajahnya tidak terlalu menggambarkan suasana hatinya yang sedang gamang. Matanya bertemu dengan tatapan Andre yang langsung menoleh ketika dia mendekat. Andre membalas senyumnya.

Kontak mata itu hanya sesaat. Digantikan oleh Kezia yang berlari mendekati Nayla dan mengacung-acungkan buku musiknya. Gadis kecil itu langsung menarik tangan Nayla begitu Nayla berada dalam jangkauannya.

"Ayo, Kak Nay, kita mulai. Aku hari ini pasti main bagus. Habis itu, kita makan es krim," seru Kezia bersemangat. Nayla mengangguk pada Kezia.

"Gue tunggu di sini ya, Nay, seperti biasa," ujar Andre, masih sambil tersenyum. Nayla mengangguk lagi. Lalu dia dan Kezia naik ke lantai atas untuk segera memulai pelajaran pianonya dengan Kezia.

***

Sesuai dengan rencana mereka, selesai mengajar Kezia, mereka bertiga pergi ke toko es krim. 

Andre meletakkan semangkuk es krim rasa green tea di hadapan Nayla.

"Thanks, Dre!" ujar Nayla sambil tersenyum pada Andre. Andre membalasnya dengan senyum. Lalu dia berjalan lagi menuju counter untuk mengambil pesanan Kezia dan dirinya sendiri. Andre bersandar pada counter sambil menunggu pesanannya jadi. Matanya mengamati Nayla dan Kezia yang duduk manis di meja pilihan mereka. Kezia asyik dengan tab-nya, sementara Nayla terdiam sambil memandang mangkuk green tea-nya.

Andre tersenyum pada dirinya sendiri. Dia sangat menyukai Nayla, bahkan setelah mereka memutuskan untuk menjalin hubungan, rasa suka itu terkadang masih terselip di antara rasa sayangnya pada Nayla. Dia ingin menjaga Nayla dengan segenap kemampuannya sebagai seorang pria. Di lain waktu, dia hanya ingin terdiam di samping Nayla dan menikmati keberadaan mereka berdua sebagai dua insan manusia biasa yang saling ada untuk satu sama lain.

"Mas, pesanannya." Suara itu membuat Andre menoleh. Dia melihat seorang pelayan cowok mengulurkan dua mangkuk banana split padanya. Andre menerima dua mangkuk itu sambil tersenyum berterima kasih pada pelayan itu.

Andre duduk di hadapan Nayla dan menaruh dua mangkuk itu di atas meja.

"Kei, udah dulu main tab-nya. Ini es krimnya sudah jadi," tegur Andre pada sepupunya. Keiza tidak menggubrisnya. Sepupunya itu masih saja asyik fokus pada tab-nya. Andre mendecakkan lidah, jengkel karena dicuekin. Dia merebut tab itu dari tangan Kezia.

"Kak Dre! Itu aku lagi panen. Ah!" protes Kezia sambil cemberut.

"Makan dulu es krimnya. Tadi 'kan kamu yang semangat mau makan es krim. Sudah ada kok malah dicuekin?" balas Andre sambil menyimpan tab-nya di luar jangkauan Kezia. Kezia membalas Andre dengan pandangan kesal. Mulutnya dimanyunkan dan menatap Andre dengan puppy eyes-nya.

"Kalau udah nggak mau, es krim kamu buat Kak Dre aja, gimana?" ancam Andre. Tangannya sudah terulur ke mangkuk Kezia. Seketika itu juga, Kezia menepis tangan Andre.

"Enak aja. Kak Dre serakah, ih!" sahut Kezia. Dia langsung mengambil sendok dan menyuapkan satu suap es krim ke mulutnya sendiri. Andre tersenyum melihat tingkah sepupunya. Dia lalu menepuk pelan kepala Kezia.

"Nah, gitu dong, jadi anak manis," kata Andre, lalu tertawa pelan.

"Hehe ..." Kezia terkekeh mendapat pujian dari Andre.

Absennya suara Nayla membuat Andre mengalihkan fokusnya ke cewek itu. Pacarnya itu masih terdiam di posisi yang sama seperti dia melihatnya dari counter tadi, seperti berada di dunia lain.

"Nay?" Panggilan itu membuat Nayla mengangkat kepalanya. "Are you OK?"

"Hm?" gumam Nayla menjawab pertanyaan Andre. Perlahan dia mengangguk. Lalu membuang pandangannya ke titik yang jauh di belakang Andre.

No, I'm not OK, Dre. Gue frustrasi. Gue ketemu Mika hari ini. Mika, Dre! Orang yang selama ini berusaha gue lupakan dan maafkan. Lalu Mika mencium pipi gue dan itu buat gue kacau, Dre! Gue harus gimana?

Nayla menahan dirinya sendiri untuk tidak membuka mulutnya. Dia ingin menangis sekarang. Menangis dalam pelukan Andre. Melimpahkan semua beban berat di hatinya pada Andre. Tapi perlukah Andre tahu tentang hal ini? Bukankah itu malah akan menyakiti hati Andre karena tahu masih ada Mika menyelinap dalam dirinya?

"Gue ke toilet dulu, sebentar," pamit Nayla. Kepergiannya hanya ditemani oleh pandangan khawatir Andre.

Ada apa dengan Nay?

Beberapa saat kemudian, Nayla sudah kembali ke meja mereka dengan senyum mengambang di wajahnya. Dia sudah memutuskan bahwa dia harus bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Pilihannya untuk melupakan Mika dan menjalani hubungan dengan Andre. Andre tidak pantas diperlakukan tidak adil seperti ini hanya karena sepenggal kenangannya bersama Mika.

Nayla bernapas lega ketika melihat Andre juga tersenyum padanya.

"Wah, es krim gue udah mulai lumer!" komentar Nayla ketika melihat mangkuk es krimnya. "Udah boncel juga. Pasti lo yang nyomot ya?" Nayla melempar pandangan menuduh pada Andre. Andre tertawa pelan membalas pertanyaan Nayla, lalu mengangguk.

"Pengen tahu apa rasanya jadi sesuatu yang lo suka, Nay!" ujar Andre. Nayla tersipu malu menangkap maksud Andre.

"Selama ini nggak berasa?" tanya Nayla pelan. Andre tertawa lagi mendengar balasan Nayla. Pacarnya ini sudah mulai pintar membalas kata-kata manisnya. Menyenangkan sekali.

Suasana aneh yang tadi melingkupi mereka kini sudah mencair. Digantikan oleh kehangatan yang biasanya terjadi di antara mereka.

***

Demi meluangkan waktu lebih banyak dengan Andre, Nayla memutuskan untuk membuat Andre mengantarkan Kezia terlebih dulu baru mengantarkannya pulang. Andre senang-senang saja menerima ide Nayla. Dia bahkan akan mengiyakan kalau harus mengitari Jakarta dengan segala kemacetannya sebelum mengantar Nayla pulang.

Nayla sesekali melirik Andre yang sedang fokus menyetir. Mereka sudah mengantarkan Kezia sampai dengan selamat ke rumahnya. Sekarang giliran mereka meneruskan kencan dalam perjalanan pulang mengantar Nayla. Nayla meraih tangan kiri Andre yang berada di tongkat gigi lalu menggenggamnya. Andre menoleh dan tersenyum pada Nayla. Dia sangat menyukai kebiasaan mereka saling menggenggam ketika berada di mobil yang ada entah sejak kapan. Andre langsung membalas genggaman tangan Nayla. Untuk beberapa saat, Nayla hanya mengelus-elus punggung tangan Andre dengan jarinya. Dalam diam, Andre menikmati sentuhan Nayla dan fokus ke jalanan di depannya.

"Ada apa, Nay?" tanya Andre tiba-tiba, memecah keheningan di antara mereka.

"Hah?" Nayla mengangkat alisnya.

"Ada yang lagi ganggu pikiran lo?" tanya Andre lagi. Nayla diam.

"Nggak ada," jawab Nayla.

Bohong.

Meski dari tadi Nayla berusaha bersikap normal, bayangan Mika tidak kunjung mau pergi dari kepalanya. Begitu ada kekosongan di kepalanya, Mika langsung merajai pikirannya lagi. Kalau sudah begitu, sangat sulit menyingkirkan sosok itu dari kepalanya. Mika masih bisa menyihir dirinya dengan sejuta pesona yang dulu pernah membuat Nayla jatuh hati.

Dulu?

Tentu saja. Sekarang dia punya Andre. Mika tidak bisa dibandingkan dengan Andre. Begitu juga perasaannya pada Andre, tidak bisa dibandingkan dengan perasaannya pada Mika.

Terus ini apa dong namanya? Kenapa gue merasa seperti ini? Dan sekarang, Andre kayaknya curiga sama gue. Astaga, jangan sampai deh dia tau kalo Mika lagi di sini dan sudah ketemu gue. Trus dicium pula.

"Lo ga kabarin gue tadi," ujar Andre. "Biasanya ga pernah absen."

Nayla menghela napas lega mendengar kalimat dari Andre.

"Oh, itu," kata Nayla. "Pulsa gue habis dan sinyal internet di rumah, ya lo tau lah, hang lagi."

Bohong. Lagi.

Andre, please, ganti topik. Jangan bikin gue bohong terus.

Andre hanya mengangguk pada jawaban Nayla sambil tersenyum tipis. Lalu dia tidak bertanya lagi. Diamnya Andre malah membuat Nayla jengah sendiri.

***

Andre mengantarkan Nayla sampai di depan pintu rumahnya sambil bergandengan tangan dan menukar senyum. Masih belum rela berpisah.

"Thanks udah dianterin pulang, setelah dipaksa muter-muter anter Kezia dulu," kata Nayla. Andre mencibir pada Nayla.

"Maunya sih dibuat permanen pulang ke apartemen gue aja," kata Andre manja.

"Iya, besok ya, gue ke sana, pulang kuliah. Sekarang, mau belajar dulu. Gue masih ujian. Besok terakhir," balas Nayla pada Andre.

"Mau ditemenin ga belajarnya?" tanya Andre penuh modus.

"Enggak ah. Ga konsen. Lo kerjaannya nanya melulu," tolak Nayla. "Tiap hari gue ngulang terus pas lo udah pulang."

"Bagus dong, anggap aja gue soal berjalan," kata Andre. "Dan kalo lo jawabannya salah, hukumannya dicium. Hehe..."

Deg.

Mendengar kata 'dicium' membuat Nayla dihinggapi rasa bersalah lagi karena dia tiba-tiba ingat Mika. Hatinya bergemuruh tidak karuan.

"Ya udah, gue pulang dulu ya. Belajar yang bener. Jangan mikirin gue," kata Andre. Dia mengulurkan tangan untuk menarik kepala Nayla lalu mendekatkan bibirnya ke kening Nayla dan mengecupnya, seperti yang biasa dia lakukan.

Deg.

Nayla melihat Andre tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Nayla. Andre membalikkan badan dan mulai berjalan menuju mobilnya.

Mika juga tadi--

Nayla menatap punggung Andre yang semakin jauh.

Stop, Nay. Berhenti mikirin Mika. Lo punya Andre, lo sayang sama dia. Dan Andre itu lebih nyata. Mika itu cuma masa lalu. Lo nggak boleh membiarkan Mika merusak hubungan lo sama Andre. Mika nggak punya hak merebut perasaan lo lagi.

Nayla mengomeli dirinya sendiri.

Apa bener gue masih punya perasaan ke Mika? Sekarang? Saat gue udah punya Andre?

Nayla merasakan matanya berkaca-kaca.

Nggak. Nggak boleh.

Nayla berlari menyusul Andre. Dia sengaja menabrakkan dirinya sendiri ke punggung Andre dan memeluk Andre dari belakang. Nayla menempelkan tubuhnya ke punggung Andre. Air matanya mengalir dengan deras di sana.

Andre terkejut mendapati dirinya dipeluk oleh Nayla dari belakang. Feeling-nya benar. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Nayla. Sedari tadi, rasa kebersamaan mereka memang ada yang aneh walaupun Andre tidak bisa bertanya lebih jauh karena dia tidak terlalu yakin.

Andre sudah ingin membalikkan badannya ketika dia mulai mendengar isakan dari bibir Nayla. Tapi gerakannya ditahan oleh Nayla yang semakin mengeratkan pelukannya.

"Jangan..." bisik Nayla, lirih dan bergetar. "Begini aja. Gue hanya butuh ini."

Andre terdiam. Tidak mengerti apa yang sudah terjadi. Tangannya bergerak menyentuh jemari Nayla yang kini sedang tertaut di pinggangnya, membelainya lembut.

Nayla terisak di punggung Andre untuk beberapa saat. Belaian jemari Andre di jemarinya membantu Nayla mendapatkan ketenangannya lagi. Perlahan, isakannya mereda. Tetapi Nayla masih ingin di sana, berdiam memeluk Andre.

"Kamu kenapa?" tanya Andre lembut begitu sadar isakan Nayla sudah tidak ada lagi.

Ka-kamu?

Sapaan itu begitu intim. Jantung Nayla berdebar keras mendengarnya.

"Ulang," pinta Nayla. Dia ingin mendengarnya lagi.

Andre berpikir sebentar mendengarkan permintaan Nayla. Haruskan dia mengganti sapaan 'gue-lo' menjadi 'aku-kamu'? Tapi Nayla mungkin lebih suka yang casual, yang seperti biasa.

"Lo kenapa?" ulang Andre. Andre merasakan Nayla menggelengkan kepalanya.

"Bukan begitu tadi," protes Nayla.

"Ng ..." Andre ragu. "Nggak apa-apa kalo kita ber-aku-kamu?"

"Semua orang pacaran juga aku-kamu," jawab Nayla.

"Oh." Sial. Nay hari ini benar-benar bikin perasaan gue kayak naik rollercoaster.

"Ulang," pinta Nayla lagi.

"Kamu kenapa nangis?" ujar Andre.

Dengan satu gerakan yang tidak diantisipasi Nayla, Andre membalik tubuhnya dan kini dia sudah berhadapan dengan Nayla. Andre menangkupkan tangan di wajah Nayla dan mendongakkan kepala Nayla supaya mata mereka bertemu.

"Kenapa?" Andre mengulang pertanyaannya. Mata Nayla masih berkilau-kilau karena bekas air mata masih menggenang di sana. Nayla diam menatap Andre. Lalu dia menggeleng. Nayla mengambil kedua tangan Andre yang menangkup wajahnya dan menggenggamnya.

"Gue cuma lagi pengen meluk lo," kilah Nayla. Andre memutar bola matanya mendengar jawaban Nayla. Dia sudah bisa menebak Nayla tidak akan menceritakan duduk permasalahannya, mungkin Nayla perlu waktu untuk bisa cerita. Dia tidak akan memaksa Nayla kali ini. Kalau Nayla sudah siap, Nayla pasti akan dengan sendirinya datang dan bicarakan semuanya.

"Aku-kamu, Nay," kata Andre.

"Hah?"

"Kamu tadi masih pake gue-lo," jelas Andre.

"Oh."

"Coba ulang," pinta Andre.

Alih-alih mengulang kata-katanya tadi, Nayla mencibirkan bibirnya pada Andre dan melepas genggaman tangannya. Lalu dia mendorong Andre.

"Sana, pulang. Udah pamit dari tadi, juga!" kata Nayla. "Bye!" Nayla melambai asal ke arah Andre dan membalikkan tubuhnya. Setengah berlari, Nayla masuk ke dalam rumahnya

Andre hanya bisa menggeleng-geleng melihat kelakuan Nayla.

Semoga yang lagi dia pikirin bukan hal serius.

Namun, mengingat isakan Nayla yang pilu dan tiba-tiba, membuat Andre tidak yakin dengan pikirannya. Andre menggeleng-gelengkan kepala, mengusir pikiran yang hinggap.Dia masuk ke mobilnya dan segera pulang ke apartemennya sendiri. 

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro