10

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Sudah cukup lama aku duduk disini memperhatikan Bos. Apa maunya? Kenapa aku dibiarkan sendirian di meja bartender sementara dia asyik berbincang dengan Jennie?

Aku merasa tak nyaman karena beberapa pria tak dikenal mencoba merayuku. Namun, untungnya aku bisa menangani hal tersebut.

Sekali lagi aku melirik jam.

Oh Tuhan!

Ini hampir tengah malam dan dia belum selesai?

Apakah Jennie juga tidak berpikir? Seorang wanita sepertinya, seharusnya tidak pulang larut malam. Sekarang bagaimana?

Mataku malas melihat mereka. Dan kemalasan itu pun hilang saat aku melihat Bos mulai dikuasai alkohol. Dia mabuk?

Baru kali ini aku melihatnya mabuk. Dan Jennie kelihatannya sedang mengambil kesempatan.

Entah aku yang salah menafsirkan atau tidak, tetapi Jennie semakin mendekat ke arah Bos seakan-akan hendak melumati bibirnya.

Mereka sangatttt dekat!

Aku pun tak bisa membiarkan hal yang aku bayangkan terjadi sungguhan.

Aku berjalan cepat menuju Jennie dan menarik bahunya ke belakang. Sedikit keras.

"Permisi Nona! Tapi.. ini sudah larut malam. Sebaiknya Nona pulang! Biar Bos saya yang menangani."

Manik Jennie menunjukkan sorot tak mengenakkan. Aku abaikan saja. Aku sekarang hanya fokus tentang bagaimana membawa Bos pulang. Kudengar dia tinggal di apartemen. Aku tak tahu alamatnya. Haruskah aku menghubungi Ahjumma?

Tidak. Nanti beliau berfikir macam-macam terhadapku jika aku membawa pulang anaknya dalam keadaan mabuk. Lagian ini juga sudah tengah malam.

Kakaknya?

Tapi aku tidak punya kontak kakaknya satu pun. Hp Bos juga di password.

Doyoung?

Aih... aku masih harus menjaga diriku dari pesonanya. Aku harus menghindarinya. Aku tak boleh menghubunginya.

Baiklah. Satu-satunya cara adalah sedikit menyadarkan Bos dan bertanya dimana alamat apartemennya.

.

"Bos?"

"Bos?"

Aku menepuk-nepuk pipinya setelah membopong tubuh kurusnya dengan susah payah ke dalam mobil.

"Bos.. bangunlah.. kau harus pulang."

"Bagaimana kau bisa mengajak anak gadis keluar malam-malam hanya untuk melihatmu seperti ini?"

"Ah.. menyebalkan sekali!"

Aku mengomel tiada henti. Sungguh, Bos sudah merusak mood-ku. Aku lelah bekerja dari pagi dan sekarang harus memapah tubuh Bos yang juga lumayan berat.

"Bos?"

Sekali lagi aku bangunkan dia. Kutepuki pipi kanan-kirinya. Dia masih terlihat anteng duduk di kursi mobil sebelahku.

"Bos..."

Sekarang, aku mengguncang bahunya. Tertangkap sedikit pergerakan dari tubuh Bos. Dan ia mulai meracau tidak jelas.

Aku menghela nafas.

Sedikit melamun hingga tiba-tiba Bos memelukku.

"Aku mencintaimu...
.

.
Tapi kau memilih Dia?"

Aku bertanya-tanya. Siapa yang Bos maksud dengan 'mu' dan 'dia'?

"Aak.."

Aku tesentak. Bos memelukku semakin erat seolah-olah ia tidak mau melepaskanku. Bahkan ia hendak mencium pipiku!

"Bos.. sadarlah! Aku Sohyun!"

Tanganku mengahalangi bibirnya yang sudah memanyun.

"Kenapa kau memilihnya?"

"Aku bahkan lebih baik dari pria itu!"

Aku mendorong paksa tubuh Bos lalu segera memakaikannya sabuk pengaman.

Kuputuskan untuk membawanya pulang ke tempatku semalam ini saja.

...............................

Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah jendela menerangi sudut-sudut sempit di apartemenku. Aku terbangun dan tanpa sadar, ternyata Bos sudah ada di sebelahku dan memeluk tubuhku.

Tunggu!

Bagaimana ia masuk ke kamarku? Bukankah semalam aku meninggalkannya di sofa ruang tamu?

"Yak!! Lee Taeyong!!"

"Bangun kau!!!"

Aku melonjak dan melepas pelukannya. Berdiri mengambil guling dan memukulkannya pada badan Bos Taeyong.

"Beraninya masuk kamarku!!"

"Bangun!"

Bug.

"Bangun!!"

Bug.

.

.

"Sshh!!! Apa sih yang kau lakukan? Kau mengganggu tidurku!"

Bos langsung terbangun dan terduduk sambil mengusap wajahnya. Ia menguap.

"Apa yang Bos lakukan di sini? Di kamarku?"

"Kamarmu?!"

Mata Bos terbuka lebar-lebar. Ia langsung mengedarkan pandangan ke tiap sisi ruangan.

"Astaga! Kau apakan aku semalam huh?"

Tanya Bos sambil menyilangkan tangan di depan tubuhnya.

Dia gila!

Ini semua bahkan karena ulahnya sendiri! Kenapa sekarang dia yang merasa jadi korban?

"Bos yang harusnya saya tanyain! Ngapain Bos ke kamar saya? Bukannya Bos semalem tidur di sofa?"

Bos tampak berfikir. Ia pun segera berdiri dan mengambil jasnya.

"Bos, mau kemana?"

Dia pergi begitu saja??

Bahkan tak ada sedikit pun rasa malu atau bersalah?

"Bos?!"

Aku meneriaki namanya lagi ketika ia sudah sampai di pintu keluar.

"Cepat bersiap atau kau akan terlambat kerja hari ini! Aku paling tidak suka karyawan yang tidak disiplin!"

Kata Bos.

"Apa?!"

Aku semakin heran dibuatnya.

.............................

Mataku lelah terus berhadapan dengan komputer. Sesekali aku meregangkan tubuhku. Bekerja di perusahaan besar ternyata memang tidak mudah. Ya, memang sebanding dengan gaji yang diberikan juga sih.

Aku menatap layar komputerku kembali hingga sebuah minuman isotonik muncul tepat di hadapanku.

"Kau pasti lelah. Minumlah... bukankah minuman isotonik adalah charger bagimu?"

Dia Kim Doyoung. Yang muncul membawakan minuman isotonik. Minuman yang selalu membangkitkan semangatku. Salah satu dari kebiasaanku.

Ia masih ingat?

Rupanya Doyoung tak sepenuhnya melupakan kenangannya denganku.

Hatiku tersentuh.

Namun tidak lagi. Setelah ia meninggalkanku malam itu demi Jennie.

Tidak tahu, bagaimana aku bisa mengambil kesimpulan itu. Hanya saja, firasatku berkata demikian.

Semua pasti gara-gara Jennie.

"Tidak perlu. Aku tidak haus."

"Aku tidak memberikan minuman ini karena kau sedang haus. Aku memberikannya karena kau terlihat lesu. Lagipula aku atasanmu. Kau harus menerimanya."

Wajahnya.. ada apa dengan wajahnya?

Aku selalu dibuat lemah. Dan dengan bodohnya, aku menerima botol minuman darinya. Ia segera pergi ke mejanya dan aku bisa melihat, seulas senyum tergambar jelas disana.

Apa dia berniat kembali padaku?

Percaya diri sekali aku! Tidak mungkin.

............................

"Ada apa Bos memanggilku?"

Tak genap sepuluh menit lalu, Bos menelpon agar pada jam makan siang aku menuju ke ruangannya.

Aku masih menunggu jawabannya.

Tik.. tok.. tik...tok..

Suara jam tanganku terus mengalun. Tetapi, Bos masih terdiam. Sepertinya, ia bingung mau mengatakan apa.

"Katakan saja Bos.."

"Kenapa kau sepertinya malu begitu?"

Bos mulai memperhatikanku. Tiba-tiba saja aku menjadi tegang.

"Ekhem..."

Bos mulai membersihkan tenggorokannya.

"Ehm... sebelumnya... aku.."

.

.

"Iya Bos? Lanjutkan."

.

.

.

"Aku.."

.

.

Aku mulai bosan.

"Bos?? Ayolah.. aku sudah lapar."

"Ya. Itu maksudku. Aku lapar!"

Ungkap Bos.

Seketika wajahku berubah kesal.

"Lalu apa hubungannya Bos lapar dan memanggilku ke sini??"

"Ehm.. bagaimana.. kalau kita makan siang bersama?"

.

.

.

.

Bos menyendok makanannya sedikit demi sedikit. Aku memperhatikannya dengan penuh keanehan.

Ayolah.. kalian pasti tahu. Aku masih menuntut permintaan maafnya. Apa dia tidak ingat sama sekali kejadian tadi pagi? Aku pikir, ia mengajakku makan siang karena untuk meminta maaf.

Sesekali Bos melirikku. Lalu menyendok lagi makannanya. Ia terlihat sibuk. Tetapi aku tahu, sebenarnya ia ingin menyampaikan sesuatu dan ia merasa sungkan padaku.

"Bos?"

"Uh?"

"Hh.."

Aku mengembuskan nafas.

"Katakan.. ini sudah hampir satu jam dan kita hanya berdiam-diaman?"

"Kau tau aku mau mengatakan sesuatu?"

"Semua tergambar jelas. Jadi cepat katakan! Aku mulai lelah!"

Tahan emosimu Sohyun.. tahan...

"Baiklah.. Aku mau mengatakan sesuatu. Tapi.. kau jangan berpikir yang buruk tentangku."

Astaga! Bos membuatku semakin penasaran saja. Apa sebenarnya informasi yang ia tahan?

"Sohyun... apa mungkin..."








































"Apa mungkin aku dan Jennie bisa berjodoh?"









































To be Continued.

👋👋👋 Gimana? Ada yang menunggu kelanjutannya?

Makasih yg udah mau baca ya. ☺

TaeHyun shipper sabar dulu ya. Momen mereka belum ter-expose.. wkwk

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro