13. The Moon is Beautiful Tonight

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Hime-chan!"

Aku berhenti melangkah, terdiam di tempat. Pandanganku hanya fokus ke depan, tidak berani menoleh ke arah mana pun.

"Hime-chan!"

Lagi. Suara itu melafalkan namaku.
Bukannya aku risih orang itu memanggil namaku. Hanya saja ... ah, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan. Sekarang.

Aku tidak mendengar suara itu lagi. Bisakah aku bernapas lega? Sayangnya, aku hanya bisa melakukannya selama beberapa detik saja. Mmm ... lima detik, mungkin.

"Sedang apa?"

Nah, kan.

Aku tahu, orang itu masih berdiri di belakangku. Dengan kedua tangannya saling melipat di depan dada. Tidak percaya? Baiklah. Aku memutar tubuhku seratus delapan puluh derajat.

BINGO!

Benar, 'kan? Seperti yang kukatakan tadi. "Dia" sedang berdiri dua meter di depanku dengan kedua tangannya terlipat di depan dada. Sorot matanya begitu tajam. Percayalah, dia jarang sekali bersikap seperti ini denganku. Aku bahkan tidak tahu apa salahku. Mmm ... bukan. Pura-pura tidak tahu, mungkin?

"Oh? Ah, hai, Ken!" Aku mengangkat tangan kananku. Yeah, menyapa Kento—orang yang sejak tadi memanggilku—dan berusaha terlihat se-normal mungkin.

Kento berjalan ke arahku dengan gerakan slow motion. Aku beberapa kali berkedip imut. Oh, abaikan!
Aku hanya ingin Kento tidak marah lagi padaku. Oh? Apakah saat ini dia sedang marah? Entahlah.

Oke, Adagaki Hime memang labil. Dan itu faktanya.

"Kenapa menghindar dariku?" Kento mendorong tubuhku—pelan—hingga punggungku membentur dinding di belakangku. Posisi kami saat ini; Kento di hadapanku dengan kedua tangannya menempel dinding seakan mengurungku.

"Siapa yang menghindar? Aku?" Aku menunjuk wajahku. "A-aku tidak mungkin menghindar darimu, Ken. Hahaha ... kau lucu sekali." Oh, tertawamu aneh sekali, Hime!

Aku mendorong tubuh Kento agar dia mau melepaskanku. Dan untungnya, Kento masih berbaik hati untuk saat ini. Aku berjalan menjauhi Kento. Baru saja aku menginjak langkah ke sepuluh, suara Kento, tidak, pernyataan Kento berhasil membuatku mematung dan gugup untuk kedua kalinya.

"Sudah kubilang, aku menyukaimu."

Aku menarik napas sejenak, sebelum akhirnya menatap wajah Kento yang terlihat 'tidak santai'. Entah apa namanya.

"A-Aku juga menyukaimu, Ken." Aku tersenyum. "Aku juga menyayangimu. Kau adalah sahabat yang saaaaangaaat aku sayangi."

Tunggu! Tunggu!

Apa aku salah bicara? Kenapa Kento berjalan ke arahku seakan dia adalah predator yang sudah menemukan mangsa yang lezat.

Kento sudah berdiri di depanku. Kedua tangannya mencekal bahuku. Tatapannya berubah menjadi lebih lembut seperti biasanya. Ah, ini Kento yang aku kenal.

"Aku menyukaimu bukan sebagai sahabat."

Hah?

"Lalu?"

"Aku menyukaimu sebagai gadis. Aku melihatmu sebagai gadis. Lihatlah ke langit!"

Aku mengikuti arahan Kento untuk melihat langit. Ada apa memangnya? Di langit hanya ada bintang-bintang yang bertaburan secara acak, namun tetap terlihat indah. Dan juga bulan yang menerangi malam, menemani jutaan bintang di sana.

"Kenapa? Apa ada yang aneh?" Aku menatap Kento bingung.

Dia menatapku, kemudian pandangannya beralih pada langit. "Bulan malam ini sangat cantik."

Aku membulatkan mataku. Entah kenapa jantungku berdetak lebih cepat. Kurasa pipiku memanas saat ini. Aku menatap Kento yang juga tengah menatapku dengan intens.

"Hime-chan..."

A-Aku tidak menyangka jika Kento akan menggunakan kalimat itu! Bagaimana ini?

Aku menepis kedua tangan Kento yang masih bertengger di pundakku. "A-Aku harus pergi." Aku melangkahkan kakiku. Secepat mungkin pergi dari sisi Kento.

"Jangan pergi!"

Tidak. Tidak. Tidak.

"Hime-chan, jangan pergi!"

"Aku harus memikirkannya dulu, Ken!" Aku menutup wajahku yang memerah dengan kedua telapak tanganku. Berlari secepat mungkin.

"KAU JUGA MENYUKAIKU SEBAGAI LELAKI, 'KAN, HIME-CHAN? AKU TAHU KAU SELALU MEMBICARAKANKU DENGAN TEMAN-TEMANMU DI DUNIA MAYA."

Teriakan Kento semakin membuat jantungku berpacu dengan cepat. Wajahku sudah mirip ubi rebus, kurasa. Aish! Bagaimana dia tahu jika aku juga...

Ah, menyebalkan! Kento bodoh! []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro