19. Try to ...

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aku ingin selingkuh."

Byuurr!

Perkataan Hime berhasil membuat Kento menyemburkan Pokari Swear yang baru saja ia minum. Beruntunglah tidak mengenai Hime.

"Ha? Apa?" Kento menyeka sisa-sisa Pokari di bibirnya. "Aku tidak salah dengar, Hime-chan?"

Hime menggeleng. Ia merebahkan kepalanya di atas paha Kento yang saat ini tengah duduk di atas lantai beralaskan karpet berbulu tebal di ruang televisi.

"Aku lelah," lirih Hime.

Kento meletakkan botol Pokari di sampingnya dan menyentil kening Hime. "Apa yang membuatmu lelah?"

Hime merengut lantas mengusap keningnya. "Kyuhyun lebih mementingkan game daripada aku. Dia lebih banyak waktu untuk game daripada untukku."

Jari telunjuk dan ibu jari Kento mengusap pelan dagunya, ia tampak berpikir. "Bukankah kau sendiri yang bilang kalau tidak masalah Kyuhyun bermain game?" tanyanya bingung. Terkadang Kento tidak paham dengan jalan pikiran sahabatnya—sekaligus cinta pertamanya—yang sering berubah-ubah.

Hime menatap Kento kesal. "Aku tahu. Tapi ... ah, sudahlah!" Hime berguling menjauhi Kento. Gadis itu berbaring memunggungi sahabatnya. "Disaat aku ingin membahas hal penting dengannya, dia selalu saja menghilang. Kalau seperti ini untuk apa berkencan? Buang-buang waktu saja."

"Memang kau bisa selingkuh, Hime-chan?" Kento menyeringai kecil kala Hime berbalik dan menatapnya garang.

"Tentu saja aku bisa!" sungutnya.

Kento mendengus geli. "Kalau kau bisa selingkuh, lantas kenapa kau tidak menerimaku saja? Kau sudah tahu dengan pasti ... aku menyukaimu. Kau cinta pertamaku, Hime-chan. Aku bahkan beberapa kali menyatakan perasaan dan mengajakmu berkencan. Tapi, kau selalu saja menolakku."

Hime antap. Lidahnya terasa kelu. Pikirannya tidak dapat menemukan kalimat yang pas untuk membalas ucapan Kento.

"Baka." Hime kembali memunggungi Kento.

Kento merangkak mendekati Hime. "Yang bodoh itu kau, Hime-chan. Tidak perlu sampai ingin selingkuh untuk membuat dia sadar."

"Tapi...."

Kento bangkit dan menyeret lengan Hime. "Daripada kau terus bermuram durja, lebih baik tunggu aku di meja makan. Aku akan membuatkan makanan favoritmu."

Dua detik kemudian, wajah Hime kembali berseri-seri. Gadis itu mengangguk antusias. "Buatkan yang pedas sekali, ya!"

Kento tersenyum kecil. Melihat Hime kembali tersenyum saja sudah membuatnya senang. Meskipun dirinya tidak bisa mendapatkan rasa cinta Hime—sebagai lelaki, bukan sahabat—.

"Baik, Tuan Putri."








=THE END=


13 Februari 2018.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro