• CHAPTER 1 •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Apartemen Julia dan Charlotte, New York.

Lokasi ditemukannya jasad Charlotte.

Petugas patroli datang selang sepuluh menit setelah Julia melakukan panggilan darurat. Wanita itu berhasil memberikan informasi alamat apartemen mereka beberapa detik sebelum Julia pingsan karena terkena serangan panik.

Julia ditemukan tidak sadarkan diri di balik pintu oleh Owen dan seorang rekan yang saat itu mendapat giliran patroli. Owen langsung menduga wanita itu pingsan karena syok dan segera menghubungi ambulans.

Petugas medis yang datang bersama ambulans itupun kemudian memindahkan tubuh Julia untuk kemudian diberikan pertolongan pertama hingga kesadaran wanita itu kembali. Sementara dua polisi lain yang dihubungi oleh Owen, memasang garis polisi di sekitar TKP.

Selain dua polisi yang mengamankan TKP, seorang detektif bernama Jack Brick pun turut hadir tak lama setelahnya. Owen langsung menyambut Jack dan mempersilakannya masuk ke dalam apartemen. Apartemen milik Charlotte dan Julia itu kini ditetapkan sebagai TKP utama dalam kasus ini.

"Bagaimana kronologinya?"

Owen mengalihkan pandangannya pada dua polisi yang kini tengah berusaha menurunkan jasad Charlotte. "Mrs. Milles menelpon panggilan darurat dan memberitahu kami bahwa sahabatnya tewas di apartemen ini," ungkapnya. Ia kemudian menyilang kedua tangannya di dada tanpa sedikitpun berpaling dari kegiatan di hadapannya. "Kurasa dia pingsan setelah memberi tahu kami alamat apartemennya."

"Vasovagal sinkop," tebak Jack.

Owen mengangguk setuju. "Ya, kurasa dia pingsan karena serangan panik atau terlalu syok. Tim medis sedang menanganinya." Lalu melihat Jack yang berdiri di sebelahnya. "Kuharap kondisinya bisa segera pulih karena dia adalah saksi utama kita saat ini, atau bisa dibilang dia satu-satunya saksi yang kita miliki sekarang."

Jack balik menatap Owen. "Kuharap begitu. Omong-omong, bagaimana dengan keluarga atau kerabat korban?"

"Mereka sedang dalam perjalanan."

Jack menutup pembicaraan dengan mulai memeriksa lantai di hadapannya. Menggunakan sarung tangan lateks, jari-jemari Jack meraba lantai berbahan dasar marmer dengan jenis polished itu dengan perlahan.

Mata hitam Jack menyapu seluruh lantai terdekat sebelum akhirnya mendongak ke atas, mengamati tali yang--diduga--digunakan Charlotte sebagai alat untuk mengakhiri hidupnya.

Jasad Charlotte telah sepenuhnya dipindahkan ke kantung jenazah oleh petugas kepolisian. Menyisakan tali tambang yang terikat kuat pada tiang penyangga lampu gantung di ruang utama apartemennya sendiri.

Jack menggumam pendek sebelum menarik kursi kayu yang tergeletak di lantai. Pria berusia 27 tahun itu kemudian membenarkan posisi kursi dan naik ke atasnya untuk kemudian melihat dari dekat tali tersebut.

Untuk sementara, kasus ini mungkin bisa dianggap sebagai sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri--atau bunuh diri--karena belum ada seorangpun yang menemukan sebuah bukti yang mengarahkan kasus ini kepada adanya dugaan pembunuhan.

"Bukankah ini murni menjadi kasus bunuh diri, Jack?" tanya Owen, setelah rekannya itu turun dari kursi. Pria yang usianya satu tahun di bawah Jack ini jelas terdengar penasaran sekarang.

"Kita akan mengetahuinya nanti, mari periksa seluruh sudut apartemen ini sekali lagi," tutur Jack pada Owen dan ketiga polisi lain di hadapannya. "Kalian berdua sebaiknya segera bawa jasadnya ke dalam ambulans, dan kau bisa membantu aku dan Owen menyisir TKP."

Kedua polisi lain itupun langsung menutup kantung jenazah dan membawanya menuju ambulans untuk kemudian dikirim ke rumah sakit terdekat demi kebutuhan visum atau autopsi.

Sedangkan Owen dan Jack bersama seorang petugas kepolisian mulai berkeliling dan memeriksa ruangan yang ada di apartemen tersebut.

Apartemen Julia dan Charlotte ini memiliki dua kamar tidur berukuran sedang dengan masing-masing satu kamar mandi di dalamnya, sementara dapur, ruang tamu atau ruang utama digunakan bersama dan halaman depan. Jika dilihat-lihat lagi, apartemen ini lebih mirip seperti rumah pribadi. Letak apartemen Julia dan Charlotte terbilang cukup strategis karena berada di pusat kota dan kondisi di luar apartemennya cukup ramai di jam-jam tertentu.

Jika menilai dari kepadatan penduduk dan seberapa tingginya angka keramaian di sekitar apartemen ini, kemungkinan adanya perampokan secara berkelompok memanglah cukup besar.

"Kau tahu hal apa yang paling menyebalkan dalam kasus ini? Seluruh kamera pengawas di sekitar apartemen rusak secara tiba-tiba!" Owen menggeleng tak percaya. "Mereka sungguh sedang sial, bukan?"

Jack yang tengah sibuk memeriksa laci di dekat ranjang milik Charlotte pun menoleh. "Kamera pengawas mereka rusak?"

Owen mengangguk cepat. "Hal pertama yang kulakukan adalah memeriksa rekaman cctv dan menurut petugas teknis yang bertanggung jawab atas seluruh bangunan ini mengatakan bahwa kamera di titik-titik yang kutandai mengalami kerusakan tujuh jam sebelum kami menerima panggilan dari Ms. Milles." Pria itu mengikuti Jack yang masuk ke dalam sebuah kamar berdominan biru langit dan mengedarkan pandangannya ke sekitar. "Ms. Milles lah yang melaporkan gangguan kamera pengawas mereka pada petugas dan meminta seorang tukang untuk segera memperbaikinya."

Jack mengerutkan dahinya dalam-dalam sebelum mengalihkan pandangannya pada sebuah nakas di samping ranjang. Ada foto Charlotte dan seorang wanita lain yang diyakini sebagai Julia Milles oleh Jack di atasnya. Selang beberapa detik setelahnya, Jack pun memutuskan untuk membuka nakas tersebut dan sesuatu berhasil menarik perhatiannya.

Secarik kertas yang terselip dalam sebuah novel Murder On The Orient Express milik Agatha Christie. Jack menemukan sesuatu di antara halaman dalam buku itu--secarik kertas--dan memperhatikannya sekali lagi. Ujung kertas itu menyembul keluar novel, seperti sengaja agar mudah ditemukan atau dilihat oleh seseorang.

"Aku menemukan sesuatu," ujar Jack seraya menarik kertas itu keluar dari novel tersebut.

Suara Jack telah menarik perhatian Owen hingga ia memundurkan tubuhnya dari kolong ranjang dan segera menghampiri Jack karena penasaran. "Ada apa? Apa yang kau temukan, Jack?"

"Entahlah." Jack mengangkat kertas tersebut ke udara agar Owen dapat melihatnya dengan jelas. "Ini seperti sebuah surat atau--"

"Surat wasiat!" pekik Owen antusias.

"Apa?"

"Orang-orang yang melakukan bunuh diri biasanya akan menulis surat wasiat kepada keluarga atau kerabat mereka," tandas Owen lagi.

Namun Jack segera memutar kedua bola matanya yang hitam dengan malas. "Aku tahu apa artinya surat wasiat. Maksudku, apakah mungkin menyimpan surat wasiat sejauh ini?" Kertas tersebut kemudian melayang ke kepala Owen, Jack baru saja memukulnya dengan benda tipis itu. "Jangan membuatku tampak bodoh lain kali," kata Jack kesal.

Owen berdecak. "Menyebalkan."

Pria dengan kemeja hitam dan celana berwarna senada itupun tak menghiraukan ocehan Owen di sebelahnya dan mulai membaca isi surat dalam genggamannya. "Aku mengakhiri hidupku karena sangat membenci Julia Milles."

Jack dan Owen kini bertukar pandang. Keduanya sama-sama bingung dan tak mengerti.

"Hanya itu?" tanya Owen heran, dan Jack mengangguk. "Surat wasiat macam apa ini?!"

Jack dan Owen kemudian beranjak dan saling bertukar pandang kembali. "Julia ... bukankah kau bilang Julia adalah wanita yang melaporkan kematian korban?"

Owen mengangguk yakin. "Dia masih ada di depan dan sedang ditangani oleh tim medis karena terlalu syok," jawabnya. "Kurasa Julia dan Charlotte tinggal dalam apartemen yang sama selama ini."

Netra hitam milik Jack berpendar ke arah lain sebelum akhirnya memutuskan, "Owen, periksa lagi kamar ini. Mungkin kita akan menemukan sesuatu yang lain," pintanya. "Aku akan menemui Julia."

Namun tangan Owen buru-buru menahan Jack. "Sebaiknya jangan, dia mengalami syok berat. Dia satu-satunya saksi yang kita punya di sini, kau harus berhati-hati, Jack."

"Kita harus mengintrogasinya sekarang, Owen. Jika dia mengalami syok berat dan trauma, wanita bernama Julia itu mungkin akan lebih sulit memberikan informasi." Jack menatap Owen lurus-lurus. "Kita harus bergegas sebelum terjadi sesuatu pada satu-satunya saksi yang kita miliki." []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro