My Brother's (14)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aji berlari menuruni anak tangga. Aji telah menunggu kehadiran seseorang di depan pintu.

"Assalamualaikum, Ayah Pulang," salam Ayah.

"Ayah! Aji kangen!" seru Aji langsung memeluk kedua kaki sang Ayah.

Ayah memposisikan diri agar sejajar dengan tinggi Aji. Ayah menarik tubuh Aji, lalu mengangkat ke atas.

"Aahh... Aji terbang yuhuuu..."

Aji sangat senang. Sang Ayah tertawa kecil melihat kelakuan Anak bungsunya.

Suara beberapa langkah kaki mendekati ruang tamu. Di sana sudah ada Ovel dan Iky melihat keakraban orang di depan mereka.

"Yuhuu... Bang Ovel jadi pendek, Aji tambah tinggi.. wleee..."

Aji menjulurkan lidah kepada Ovel. Aji sangat senang sekali memancing keributan kepada Kakak keduanya.

Ovel sudah menatap tajam Aji. Kedua tangan di lipat di dada.

Iky merangkul tubuh Ovel. "Jangan ditanggapi, nanti Bang Iky marah kalau kalian sampai berantem." Iky memperingati.

"Iya, Bang. Ovel juga malas meladeni anak kecil kaya Aji." Ovel sengaja mengeraskan suaranya.

"Ovel... Ovel... kamu ini bikin Abang gemas cubit kedua pipi kamu," ujar Iky menarik kedua pipi putih Ovel.

"Ish! Abang Iky, lepasin tangan Abang. Bau ikan asin tahu!" rengek Ovel berusaha melepaskan.

Aji menatap cemberut kedua Abangnya. Bisa-bisanya mereka bercanda tanpa dirinya.

"Ayah, turunin Aji ya," mohon Aji polos.

Sang Ayah langsung menuruni tubuh Aji. Setelah itu Aji tanpa perikemanusiaan menubruk tubuh Iky hingga terjatuh menimpa Ovel yang berada di bawah.

"Aduh! Punggung Ovel sakit tahu!" omel Ovel meringis.

"Hahaha... lagian Abang Iky sama Ovel nggak ajak Aji ikutan main," ucap Aji tanpa merasa bersalah.

Iky bangun terlebih dahulu. Iky membantu Ovel untuk berdiri. Dielusnya punggung Ovel yang kesakitan.

"Sudah, sini Abang Iky obati ya," ujar Iky lembut.

"Iya, Bang," Ovel tersenyum tipis, tetapi tatapan matanya tak lepas daei sosok Aji.

Aji sendiri hanya tertawa kecil. Dia memeluk tubuh Iky dan Ovel berbarengan.

Sang Ayah menyaksikan momen itu dengan perasaan bahagia. Ayah pun membawa barang-barang ya masuk, dibantu oleh Iky dan Ovel. Aji malah meminta gendong Ayah.

"Ayah, Aji mau di gendong," ucap Aji memohon.

"Siap, Komandan!" seru Ayah mulai menggendong tubuh Aji.

Ovel melihat itu iri. Dia pun meminta kepada Iky untuk di gedong juga. Dan Iky dengan senang hari menuruti permintaan Ovel.

"Pegangan yang erat ya," ucap Iky sudah dalam posisi menggendong Ovel.

"Asyik... Ovel senang Bang," Ovel tersenyum bahagia.

_$_$_

Kembali ke masa sekarang...

Fajri dan Gilang tiba di rumah kediaman Gilang. Pak Joko membuka pintu pagar rumah memberikan jalan untuk mobil Gilang masuk.

"Ji," panggil Gilang meregangkan otot sejenak.

Fajri menolehkan kepala. "Kenapa Lang?" tanya Fajri bingung.

"Lo kalau misalnya nggak berhubungan lagi sama Fenly, bisa?" Gilang bertanya balik. Tatapan mata Gilang begitu serius.

Fajri menghela napas berat. Dia pasti tak akan bisa menolak bila harus menjauhi Fenly. Rasanya pasti sangat berat, walau di benci olehnya Fajri akan tetap sayang kepada Abang kandungnya sendiri.

"Nggak bisa, Lang. Bang Ovel masih memiliki hubungan darah sama gue dan gue... masih menyayangi sebagai Abang."

Gilang terdiam. Jari-jarinya mengetuk kemudi setir. Suasana di dalam mobil menjadi canggung.

"Gue yakin lo pasti bakal jawab begitu. Tapi kalau misalnya lo di suruh balik ke rumah, apakah lo bisa?" tanya Gilang.

"Hmm... untuk itu gue masih belum bisa, Lang. Gue masih trauma jika berada di dalam rumah itu," jawab Fajri lirih.

Beberapa bayangan saat dirinya dimarahi oleh Ricky karena telat pulang sekolah tanpa mengabari. Fajri ditampar, lalu di seret ke gudang dan terkunci di sana.

Fajri memiliki phobia gelap sejak kecil. Jika mengingat hal itu membuat hati Fajri sedih dan sakit.

"Ji, sorry gue malah mengingatkan lo sama hal-hal tak menyenangkan," ucap Gilang menepuk bahu Fajri pelan.

Gilang pun keluar dari mobil disusul oleh Fajri. Fajri menatap punggung Gilang yang menjauh. Fajri takkan sanggup bila kehilangan sahabat seperti Gilang, mungkin Fajri sudah tak memiliki siapa-siapa sekarang.

"Aji! Ayo masuk, malah bengong," ujar Gilang heran.

"Ah iya, Lang!" sahut Fajri berlari kecil memasuki rumah.

"Semoga bayangan kehilangan sahabat takkan pernah terjadi."

_$_$_

Ricky masih di kantor. Malam ini sepertinya Ricky akan lembur. Tumpukkan lembaran di atas meja kerjanya membuat Ricky menghela napas berat sekian kalinya.

"Bos, belum pulang?" tanya sang sekretaris yaitu Farhan.

Farhan masuk ke dalam ruangan membawa beberapa map yang harus di tanda tangani. Ricky cuma melirik sekilas, dirinya seakan tak sanggup mengerjakan ini semua.

"Belum, Bang. Lihat tuh tumpukan kertas banyak banget," jawab Ricky lesu.

"Hahaha... kasian sekali Bos gue yang satu ini," ledek Farhan sudah duduk di depan Ricky.

Ricky langsung melempari Farhan dengan pulpen. Dia tak butuh ledekan yang dibutuhkan saat ini Farhan cepat membantu menyelesaikan semua tugas.

Farhan berhasil menghindari. "Ini Bos berkas-berkas yang harus ditanda tangani," ujar Farhan menyerahkan tiga buah map.

Ricky menghela napas berat kembali. Ricky sebagai tulang punggung keluarga dan CEO di perusahaan memiliki tanggung jawab yang berat.

"Sudah. Tolong singkirkan berkas itu dari hadapan gue!" perintah Ricky memijat pelipis ya pelan.

Farhan bangkit berdiri. "Siap, Bos! Semangat untuk lembur ya!"

Sebelum ada benda lain yang melayang ke arahnya. Farhan sudah kabur duluan sambil menutup pintu rapat.

"Ji... kapan kamu pulang sih? Abang pusing mikiran kamu tidur di mana, makan pakai apa dan bagaimana dengan sekolahmu."

Akhirnya Ricky memperdulikan sosok Adik keduanya. Emosi dan benci sudah menutupi hati Ricky.

"Ji... Abang kangen kamu," ucapnya lirih. Ricky melihat bingkai foto mereka bertiga di atas meja kerjanya.

___BERSAMBUNG___

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro