My Brother's (15)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ricky tiba di rumah. Suasana di dalam nampak sepi dan sunyi. Ricky melihat jam di tangan menujukkan pukul 23:00 malam.

Pekerjaan dan tugas menumpuk membuat Ricky pulang larut malam. Ricky menghela napas lelah, ia memilih duduk di ruang tengah.

"Begini nasip jadi bujangan," ucap Ricky menyanyikan salah satu lirik lagu.

Besok pagi Ricky harus berangkat pagi-pagi sekali. Ada rapat dadakan bersama klien di hotel daerah Jakarta Pusat.

Baru saja Ricky memejamkan mata. Sepasang tangan memijat bahu kekarnya. Ricky pun sontak terbangun, dia sampai berdiri.

"Siapa di sana?!" tanya Ricky ketakutan.

"Ini Ovel, Bang," jawab Fenly menahan tawa.

Ricky menatap jengkel sang Adik. Bisa-bisa Fenly mengkagetkan dirinya yang di sangka hantu penghuni rumah ini.

"Kamu ini bikin Abang jantungan saja," ujar Ricky duduk kembali.

"Hehe... maaf ya, Bang. Jam segini kok baru pulang?"

Fenly sedikit berteriak. Dia berada di dalam dapur membuat teh hijau untuk sang Abang.

"Iya, Ovel. Di kantor banyak kerjaan yang harus diselesaikan secepatnya," jawab Ricky.

Fenly datang membawa secangkir teh hijau hangat serta potongan kue brownies. Dia taruh di atas meja pelan.

"Di minum dulu Bang tehnya mumpung masih hangat," ucap Fenly duduk di seberang sofa.

"Terima kasih, Ovel memang Adik Abang paling pengertian," puji Ricky.

Ricky mengambil secangkir teh hijau. Kepulan asap mengambang di udara membuat Ricky tak sabar ingin meminumnya.

Slurrpp!!

Ricky meminum teh hijau perlahan. Tenggorokan Ricky terasa hangat dan lega.

"Ahh, nikmatnya," ujar Ricky menikmati.

Setidaknya rasa lelah dan pusing sedikit menghilang. Ricky menaruh kembali cangkir teh di atas meja. Dia menatap Fenly tersenyum tipis.

"Ovel," panggil Ricky.

"Apa Bang?" tanya Fenly.

"Bagaimana Fajri? Apa dia sudah mau pulang ke rumah?" tanya balik Ricky lembut.

Degh!

Fenly terdiam. Senyuman di bibir menghilang dalam sekejap. Dia sangat membenci topik ini apalagi berhubungan dengan Fajri.

"Ovel," panggil Ricky mengoyangkan bahu Fenly pelan.

"Ehmm... Ovel sudah bicara dengan Fajri di sekolah. Katanya Fajri nggak mau balik ke rumah ini. Fajri benci dengan perlakuan Abang Iky selama ini, makanya Fajri memilih tinggal di rumah sahabatnya."

Fenly berbohong. Padahal dia tak bertanya atau membicarakan apapun tentang ini kepada Fajri. Fenly memilih cuek dan tak peduli.

Ricky menghela napas berat. Kedua tangan dia kepalkan erat. Hati serta pikiran Fenly terselimuti kemarahan.

Brak!!

Ricky memukul meja keras sehingga teh hijau tumpah dan kue brownis jatuh ke lantai. Ricky sangat tak suka mendengarkan jawaban Fajri dari Fenly.

"Aji! Lihat saja nanti! Abang akan bawa kamu pulang paksa!" seru Ricky emosi.

Fenly sedikit terkejut. Dia langsung menenangkan sang Abang dengan mengelus bahunya.

"Bang, biarin saja Aji tinggal di rumah sahabatnya. Dia pun juga tak peduli sama Abang Iky."

Fenly kembali berbohong. Dalam hati Fenly merasa bahagia, sang Abang kembali membenci Fajri. Semua kasih sayang, kepedulian dan kebersamaan ini hanya untuknya seorang.

"Sorry Ji. Gue nggak bakal biarin lo dapat perhatian dari Bang Iky. Cukup gue saja sebagai Adik satu-satunya."

"Bang Iky, maaf Ovel berbohong. Ini semua demi kebaikan Ovel."

_$_$_

Keesokan harinya...

Fiki sudah siap dengan seragam sekolahnya. Pagi ini Fiki nampak tak bersemangat.

Saat sarapan saja Fiki hanya mengaduk-aduk makanan. Sang Ibu melihat sikap Anak-nya khawatir. Biasanya Fiki akan paling heboh, kini hanya diam dengan wajah yang di tekuk.

"Sayang, makanan ya dihabisin jangan buat mainan," tegur Ibu.

"Iya, Bu," jawab Fiki lesu.

Berbeda dengan sang Kakak, Shandy selalu aktif setiap saat. Sarapan pagi Shandy penuh dengan kelakuan aneh bin ajaib yang membuat sang Ibu menggelengkan kepala.

"Shandy! Kalau lagi makan diam!" seru Ibu memperingati.

"Ayey! Kapten!" sahut Shandy konyol.

"Haduh... kalian ini benar-benar ya. Cepat habiskan sarapan lalu berangkat sekolah," ujar Ibu pusing.

Beberapa menit kemudian Shandy telah menghabiskan sarapan, berbanding terbalik dengan Fiki hanya makan lima sampai enam sendok saja. Ibu menjadi khawatir, di cek suhu kening Fiki menggunakan telapak tangan.

"Nggak demam. Fiki kamu kenapa lesu?" tanya Ibu bingung.

"Gapapa, Bu. Fiki cuma lagi nggak nafsu makan," jawab Fiki pelan.

"Yee... yaudah sini, sarapan ya buat gue saja, Pikipow," goda Shandy sudah mengambil piring milik Fiki.

Tiba-tiba Fiki bangkit berdiri. Dia memakai tas di punggung, lalu mengecup pipi dan tangan sang Ibu.

"Ma, Fiki berangkat dulu ya. Teman Fiki sudah ada di depan," pamit Fiki.

"Loh? Kamu nggak bareng Kakak mu?" tanya Ibu heran.

"Nggak, Bu. Fiki ada tugas kelompok di sekolah, jadi harus cepat-cepat berangkat.

Assalamualaikum," ucap Fiki melangkahkan meninggalkan meja makan.

Shandy masih asyik makan sarapan punya Fiki hingga tak tersisa. Sang Ibu menyenggol bahu Shandy.

"Kenapa Bu?" tanya Shandy mengelap bibir menggunakan taplak meja eh maksudnya tisu.

"Adik kamu kenapa? Kok tumben banget seperti itu?" tanya balik Ibu khawatir.

Shandy hanya menaikkan kedua bahu. "Bu, Shandy berangkat dulu ya. Oh iya, Shandy izin pulang telat mau kerja kelompok."

"Yaudah, kamu hati-hati ya. Jagain Adik kamu di sekolah," pesan Ibu.

"Iya, Bu," jawab Shandy berpamitan.

Shandy merenggut kesal. Selalu saja Fiki dan Fiki, padahal Shandy juga berhak mendapatkan rasa khawatir. Shandy juga tak peduli dengan sikap  aneh Fiki pagi ini.

"Lebih baik gue cabut sekolah deh," ujar Shandy melajukan motor miliknya cepat.

_#_#_

Di sekolah...

Fajri dan Gilang sudah tiba di kelas. Mereka bersendau gurau bersama teman sekelas lainnya.

"Hahaha... gila lo Lang. Nggak ada cewek lain apa, malah Janda anak satu yang lo gebet," ledek Raka tertawa geli.

"Yee... waktu itu kan gue nggak tahu," ucap Gilang membela diri.

Raka melemparkan kertas kosong tepat mengenai muka Gilang. Gilang yang tak terima membalas perbuatan Raka, si ketua kelas.

"Hahaha... hati-hati ada Gilang penyuka Janda anak satu."

Raka berlari menghindari kejaran Gilang. Muka Gilang sudah memerah akibat teriakan Raka itu.

"Awas ya lo!" kesal Gilang.

"Hahaha...," tawa pecah dari siswa siswi di kelas yang sudah datang.

Fajri hanya diam. Fajri merasakan firasat tak enak sejak di rumah Gilang, tetapi dia berusaha mengabaikannya.

Dan tiba-tiba sosok Pria sudah berdiri tegak di depan kelas. Puluhan mata langsung tertuju pada Pria tersebut.

"AJI!"

Degh!

___BERSAMBUNG___

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro