My Brother's (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi hari telah berganti. Sinar matahari sudah menyinari Bumi. Di sela-sela gorden kamar lantai 2, seorang pemuda masih tertidur lelap di balik selimut.

Kedamaian itu ternganggu dengan ketukan pintu kamar keras. Ketukan  pintu semakin keras karena tak dibuka oleh si penghuni kamar.

"Aji! Cepat bangun!"

"Kamu mau jadi anak pemalas!"

"Aji! Terserah kamu, Kakak sudah nggak peduli kamu mau masuk sekolah atau nggak!"

Akhirnya si pelaku pengetuk pintu menyerah. Eskpresi muka terlihat sangat marah, ialah Ricky.

Penampilan Ricky sudah rapi. Kemeja putih bercorak batik, celana bahan hitam, sepatu pantopel dan jas abu-abu menyelimuti tubuh Ricky.

Ricky membenarkan jas, dia melirik ke arah jam tangan yang melingkar di lengan kanan. Ricky menghampiri kamar di sebelah kamar Fajri.

"Fenly, ayo bangun de. Nanti kamu telat masuk sekolah," ucap Ricky lembut.

Pintu kamar Fenly terbuka. Nampak Fenly sudah rapi dengan seragam sekolah.

"Aku sudah siap kok, Kak," jawab Fenly tersenyum tipis.

"Nah, gitu dong. Nggak kayak Adik pemalas itu. Ayo kita sarapan dulu," balas Ricky mengelus pelan rambut Fenly.

Ricky serta Fenly menuruni anak tangga. Mereka akan melakukan kegiatan seperti biasa yaitu sarapan pagi.

Di kamar sebelah, Fajri sudah terbangun. Dia mendengar semua perkataan sang Kakak pertama.

"Bang, kenapa sih lo memperlakukan kita berbeda?" Fajri menatap sendu di balik pintu kamar.

Dengan langkah gontai, Fajri berjalan menuju ke kamar mandi. Bayangan muka Fajri terpantul di cermin. Kedua mata Fajri terlihat bengkak sehabis menangis semalaman.

"Ji... lo harus kuat," ucap Fajri menyemangi diri sendiri.

Walau di dalam hati terdalam, sosok Fajri merindukan kasih sayang seorang Kakak. Dan ia tidak merasakan setelah kejadian itu.

Jika mengingat kejadian itu, Fajri merasa sangat bersalah. "Andai waktu bisa terulang...," gumam Fajri lirih.

Prank!!

Fajri memukul cermin hingga hancur. Pecahan-pecahan kaca berhamburan di lantai dan wastafel. Fajri tak peduli tangan nya dilumuri darah.

"Ma... Pa... Aji kangen kalian," ucap Fajri menangis.

"Bolehkah aku... menyusul kalian di sana," lanjutnya.

Fajri mengambil pecahan kaca di atas wastafel.

"Selamat tinggal Bang Ricky... Bang Fenly... pasti kalian senang jika Aji nggak ada di rumah ini kan," tawa Fajri penuh kesakitan.

_$_$_

Ricky dan Fenly menikmati sarapan pagi dengan menu nasi goreng sedikit keasinan dan telor ceplok agak gosong.

"Maaf ya, Abang hanya bisa memasak ini," ucap Ricky menggaruk tengkuk tak gatal.

Fenly tersenyum masam. "Haha... iya, Bang. Lain kali Fenly saja yang buatin sarapan," balasnya.

Ricky melirik jam tangan. "Abang, berangkat kerja duluan ya."

Fenly sudah menyelesaikan sarapan pagi. "Iya, Bang Rick. Hati-hati di jalan," ucap Fenly tersenyum.

Kedua bibir sudut Ricky terangkat ke atas. "Terima kasih, Fen. Kamu juga hati-hati berangkat sekolah ya," balas Ricky.

Ricky mengelus lembut rambut Fenly, lalu memberikan uang jajan limaratus ribu rupiah.

"Itu buat kamu jajan. Jangan boros ya," pesan Ricky.

"Siap, Abang Ricky!" jawab Fenly bersikap hormat.

Ricky tertawa kecil. Dia langsung meraih tas dan kunci mobil di atas meja.

Sosok Ricky perlahan menghilang di balik pintu utama. Fenly membereskan piring-piring kotor bekas makan.

"Si Aji, belum turun juga."

Fenly mencuci piring sekitar lima menit, tiba-tiba dia mendengar suara pecahan kaca dari lantai atas. Perasaan tak enak menyelimutinya.

"Ada apa? Please... Aji jangan buat ulah lagi," ucap Fenly kesal.

Fenly menaiki anak tangga cepat. Dia mengetuk pintu kamar Fajri, tetapi terkunci rapat. Dia berlari ke kamar, lalu kembali dengan sebuah kunci.

"Untung gue buat duplikat kunci kamar Aji."

Klik!

Pintu kamar Fajri terbuka. Pemandangan pertama yang terlihat kondisi kamar gelap, saat dinyalakan lampu. Seluruh kamar Fajri sungguh berantakan.

Seorang Fenly yang cinta kebersihan sangat kesal melihatnya. Dia akan membuat perhitungan dengan Adik satunya itu nanti.

"Ji, lo dimana? Jangan bikin masalah lagi kenapa?!" Fenly mencari keberadaan Fajri, tetapi tak ada. Tersisa satu tempat lagi yaitu kamar mandi.

"Selamat tinggal Bang Ricky... Bang Fenly... pasti kalian senang jika Aji nggak ada di rumah ini kan," tawa Fajri penuh kesakitan.

Degh!

Fenly terdiam kaku. Nada ucapan dan tawa Fajri penuh akan kesedihan.

Brak!!

Pintu kamar mandi terbuka. Kedua bola mata Fenly melotot lebar.

"Aji!" Fenly histeris.

___BERSAMBUNG___

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro