27

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dyas menjerit begitu air selokan kehitaman nan bau membasahi tubuh Valentina tanpa aba-aba. Apalagi hasil print out makalah dan brosur penyuluhan yang dikerjakan bersama-sama ikut terkena cipratan sampai terlihat mengenaskan. Sementara itu, perempuan berkulit eksotis yang sudah terbakar emosi melontarkan sumpah serapah yang tak pantas didengar apalagi snelli yang dikenakan masih melekat di tubuh rampingnya. Sialnya, dinding ruang mahasiswa yang terbuat dari kaca ini malah menambah keruh suasana hingga beberapa orang datang untuk melihat apa yang terjadi. 

Valentina yang merasa tidak tahu apa-apa menerjang tubuh Julia dan menggesekkan baju kotornya ke arah gadis tinggi itu hingga terjungkal membentur lantai sambil berseru, "Bangsat cok, aku enggak ero opo-opo setan!"

(Aku enggak tahu apa-apa)

Tak terima Julia membalas Valentina dengan tarikan kuat di rambut yang diikat ala ekor kuda itu. Otomatis Valentina memekik kesakitan sedangkan Dyas berusaha melerai keduanya sebelum kepala ruangan datang dan membawa masalah ini ke komite keperawatan juga dosen. Tak diuntung, justru Dyas ikut dijambak tangan kanan Julia sampai jilbab abu-abu yang dikenakan sang mahasiswa ners hampir terlepas. 

"Kamu nikah kan sama Radit! Iya kan!" teriak Julia murka dengan raut muka memerah seperti orang yang mengalami alergi udang. 

"Ha!" seru Valentina dan Dyas bersamaan.

Ada rasa kecewa tergambar jelas di kedua mata lentik sang dokter mengetahui bahwa kekasih sekaligus dambaan hati telah menikah diam-diam dengan perempuan yang jelas-jelas tak sepadan. Seluruh harapan Julia luluh lantak bak disapu badai menerima sebuah link dari akun Instagram yang mengunggah video berisi dua manusia tengah bercakap-cakap di lorong rumah sakit.  Manalagi mereka hanya berdiri berdua dengan jarak yang cukup dekat ditambah cara pandang Raditya ke Valentina dinilai sangat berbeda. 

Awalnya dia tidak percaya dan berusaha menyangkal bahwa apa yang ditangkap sebatas halusinasi akibat kelelahan menangani pasien juga menyelesaikan laporan jaga. Tapi, berulang kali Julia membuyarkan mimpi di siang bolong ini, isi pembicaraan itu tetaplah sama. Sebuah kenyataan yang menampar keras barisan angan-angan bersama Raditya di masa depan. Sungguh tak disangka bahwa selama ini kekasihnya sudah main belakang dengan anak ingusan yang tak pantas menyandang status istri dokter. 

Julia menjorokkan badan Valentina menjauhi dirinya sampai gadis itu jatuh terduduk dengan ekspresi tercengang bukan main. "Wedok gatel!" ejek Julia memenuhi ruangan itu. 

(Perempuan gatal!)

"Loh lambemu jogoen yo, ojok sembarangan ngilokno wong!" sembur Valentina tak terima walau hatinya kini sudah ciut dan menyembunyikan betapa guguh dirinya saat ini. 

(Loh mulutmu dijaga ya, jangan sembarangan ngejek orang!)

Refleks Julia meludahi wajah Valentina, "Jancuk! Wedok gatel! Raimu nggak cocok dadi bojone dokter! Bangsat!"

(Perempuan gatal! Wajahmu nggak cocok jadi istrinya dokter!)

"Asu!" pekik Valentina hendak membalas kelakuan Julia namun terhenti ketika suara berat Raditya memotong. 

(Anjing!)

Buru-buru lelaki itu menarik lengan Julia untuk segera berdiri sementara orang-orang di luar ruangan mahasiswa tidak kunjung menengahi. Julia berontak dan memberi tamparan sekeras mungkin di pipi kanan Raditya sampai telapak tangannya memanas. Tak hanya itu saja, dipukul dada bidang Raditya menumpahkan semua perasaan yang tercampur aduk tak karuan hingga air mata berderai begitu kerasnya. 

"Pembohong! Bajingan kamu, Dit!" pekik Julia makin tak terkontrol. "Kurang apa aku sama kamu, hah!"

Tak mau menambah runyam, Raditya merangkul Julia membawa tubuh itu keluar untuk menenangkan diri mengindahkan keberadaan Valentina. Dia berpikir kalau gadis itu bisa mengatasi diri sendiri ketimbang Julia yang perlu diberi pengertian atas rahasia yang dipendamnya selama hampir setahun ini. 

"Radit!" panggil Valentina tapi diabaikan sang residen. 

Gadis itu mematung seraya terus mengamati kedua punggung yang hilang di balik pintu kemudian melungsur ke lantai begitu saja seakan tungkainya tak bertulang lagi. Bau sampah bercampur lumpur juga nyeri di kulit kepala Valentina tidak seberapa dibandingkan sikap Raditya yang tidak memihak. Dia tertunduk, menyurukkan wajah yang sudah tak berona dan menulikan telinga ketika bisikan dari depan ruang mahasiswa terdengar menusuk sanubari. 

"Itu maksudnya dia pelakor gitu?"

"Ngeri ya mahasiswa sekarang."

"Kok mau banget sih cowok itu sama cewek model kayak dia."

Dipeluk diri sendiri ketika Dyas menyampirkan jaket merah di pundak membisikkan temannya agar membersihkan diri di kos. Dia membuka tas, merogoh kunci dengan gantungan boneka Spongebob lusuh kepada Valentina seraya berkata, "Ini, Tin. Kamu ... mandi di kosku aja ya, istirahat juga di sana. Aku mau telepon Okin dulu buat bawain kamu makanan juga nyuruh dia print ulang file penyuluhan kita."

Valentina mengangguk pelan menerima kunci itu dengan isak tangis yang tertahan. Sekuat tenaga, dia membereskan buku juga alat tulis ke dalam tas ransel kemudian memaksa kakinya untuk berjalan meninggalkan ruangan yang menjadi saksi perkelahiannya dengan Julia. 

Kamu jahat, Dit ...

###

Merebaknya gosip Valentina dipersunting Raditya secara diam-diam menimbulkan isu baru bahwa gadis itu kemungkinan hamil di luar nikah. Entah siapa yang berhasil merekam lalu mempublish di akun instagram anonim dengan caption bahwa Valentina murahan mau saja digoda lelaki. Alhasil, video obrolan mereka di lorong rumah sakit bak dua sejoli dimabuk asmara ramai dikomentari orang-orang baik yang mengenal kedua belak pihak atau akun-akun palsu sekadar memberi bumbu agar masalah yang berkobar makin meledak.

Di sisi lain, interaksi keduanya seolah meyakinkan para netizen maha benar bahwa hubungan mereka sengaja disembunyikan demi menutupi aib Valentina. Sebagian dari para warganet yang ikutan kepo bertanya-tanya jikalau memang Valentina berbadan dua dulu lantas ke mana bayinya?

 Tak sampai di sana, grup WhatsApp mahasiswa dari junior sampai ners di kampus Valentina juga rame membahas pernikahannya dengan sang dokter. Pro dan kontra memenuhi chat sepanjang hari itu. Termasuk dosen-dosen mungkin sudah tahu tapi tak berani banyak komentar langsung daripada makin memperuncing. Toh dari Valentina maupun dokter residen yang dirumorkan belum memberikan klarifikasi. 

Damar : Brian mana Brian? Mantanmu tuh udah kawin, kamu kapan?

Septi : Gk usah manasi anak org deh, Dam! 

Lola : Tp, Tina enak ya udh mantap-mantap. Pantes tugasnya cepet kelar. Eh, si Dyas sama Okin mana nih? Diem-diem bae!

Brian : Fuck you!

Damar : Ada yang meledak tapi bukan kompor, ada yang retak tapi bukan gelas. Ada yang netes tapi bukan hujan. 

Kehebohan di media sosial berbanding terbalik dengan Valentina yang berdiam diri di kamar kos Dyas yang letaknya sekitar lima ratus meter dari rumah sakit tempat mereka magang. Atas ijin sang pemilik kamar, Valentina mengenakan baju dan sepasang pakaian dalam yang masih baru. Untungnya ukuran badan Valentina dan Dyas hampir sama sehingga tak perlu susah payah membeli keluar untuk mempermalukan diri sendiri. 

Pandangan mata yang sudah sembab bak disengat tawon itu mengarah ke luar meratapi bunga bougenville dan pohon palem milik tuan rumah. Kamar indekos Dyas bergaya minimalis ini posisinya paling depan dari bangunan rumah berlantai dua dengan dinding kaca mengarah ke taman sepetak. Dipeluk lutut turut merasakan dinginnya lantai vinyl yang memantulkan hawa dingin dari AC.

Air mata Valentina masih belum mengering justru makin berlinang memutar kembali kejadian tadi siang. Bukan sikap Julia yang membuatnya nelangsa, melainkan Raditya yang tak membela dirinya sebagai istri. Dia bertanya-tanya kenapa Raditya tak merangkulnya sebagai korban kejahatan Julia, kenapa bukan dia yang harus ditenangkan sementara pandangan orang-orang sudah berbeda, dan kenapa semuanya harus Julia? Apakah Raditya tak menganggap Valentina manusia yang memiliki sisi lemah?

Atau memang hatinya dia cuma buat Julia? Apa selama ini aku dianggap bocil yang menyusahkan dia?

Valentina pikir setelah mertuanya menegaskan Raditya untuk memilih, semua akan berubah terutama hari itu. Hari di mana Valentina sempat bercumbu dan nyaris menyerahkan apa yang dijaga kepada Raditya. Masih ingat betul ucapan sang residen bahwa dia harus menunggu sedikit lagi sampai Raditya memantapkan hati.

Gadis itu makin terisak, hatinya terasa begitu ngilu sampai-sampai berharap ada sesuatu yang mampu mengeluarkan ribuan jarum yang menusuk-nusuk. Sakit yang dirasakan menjalar ke ubun-ubun dan mungkin obat pereda nyeri saja tak akan cukup menyembuhkan apa yang diderita Valentina.

"Kukira dia..." Valentina sesenggukan tak sanggup melanjutkan kalimat ketika suara tangisannya makin menjadi-jadi. Dia menunduk, menyembunyikan wajah di atas lipatan lengan yang bertumpu di lutut itu. Dia tak mau orang di luar kamar Dyas tahu kalau ada perempuan tengah meratapi nasib percintaan tragis yang dialami.

Kukira dia bakal sayang setelah kita ciuman. Kukira sikapnya yang mulai melunak menandakan hatinya mulai terbuka. Tapi itu palsu. Hati Raditya terlalu susah untuk ditembus manakala Julia enggan keluar dari sana.

Gadis itu mendongak lalu menghapus jejak basah yang menggenangi pipi dengan punggung tangan. Dia mengira kalau wajahnya sudah tak menarik ditambah cairan bening keluar dari lubang hidungnya. Seraya mengambil tisu untuk membersihkan ingus, Valentina menarik sebanyak mungkin udara di sekitar untuk menyadarkan diri bahwa sebanyak apa pun air mata yang keluar belum tentu bisa meluluhkan hati Raditya.

Lagi pula, sejak awal pernikahan dia sudah tahu kalau apa pun yang disembunyikan bakal terendus juga. Kalau Julia mau menyalahkannya lagi, Valentina sudah siap dengan jawaban bahwa ini semua bukanlah keinginannya. Masalahnya, siapa yang memantik api sampai sebesar ini? Tidak mungkin gadis arogan itu sekonyong-konyong membuat keributan kan?

Kira-kira siapa ya?

Ekspresi menahan sakit hati.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro