1-11-2019

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Tema hari-1: Hari pertama memulai sesuatu

...

Pelajaran yang Menyesakkan. Secara harfiah!

Meditasi. Aku tidak pernah membayangkan kalau di sekolahku akan ada mata pelajaran seperti ini. Kegiatan yang kubayangkan adalah duduk seharian berjam-jam tanpa bergerak sambil memejamkan mata dan menarik napas. Sungguh membosankan.

Aku sangat tidak bersemangat di hari pertama ini. Memulai kegiatan dengan hanya berdiam diri bukanlah tipeku. Letupan semangatku terasa terkekang. Namun, hal itulah yang menjadi sebab aku harus melakukan ini.

"Kau terlalu hiperaktif," kata Bu Medina yang menjadi guru Meditasi kami. "Selain itu, apimu sulit dikontrol karena kau tidak bisa mengendalikan emosimu," lanjutnya yang dikhususkan padaku di sela-sela pertanyaan tidak pentingku tentang pelajaran itu. Ya, aku bisa memanipulasi api.

Aku dan sembilan belas murid lainnya berada di sebuah taman yang disebut sebagai Taman Zen. Tidak hanya suasananya yang damai dan sejuk, tetapi ada hal lainnya lagi. Dapat kurasakan energi mengalir di sekeliling kami. Seperti energi alam itu sendiri sedang mengucapkan selamat datang. Bu Medina bahkan menegurku karena aku berlari-lari dan membuat kupu-kupu yang sedang hinggap beterbangan. Mau bagaimana lagi, taman ini terlalu memberiku energi yang berlebihan.

Kami duduk melingkar di sebuah lingkaran yang beralaskan rumput. Di sisi luar lingkaran itu terdapat batu-batu mulia berwarna-warni yang dipercaya dapat memperkuat energi yang ada di dalam diri. Pohon-pohon rindang membuat udara sangat sejuk. Bunga-bunga yang harum menyebarkan aroma mereka. Ditambah dengan suara aliran air terjun di kejauhan membuat hati menjadi tambah tenang. Sepertinya aku harus sering datang ke sini untuk penyegaran.

Bu Medina duduk tepat di ujung lingkaran yang mengarah ke air terjun kecil itu. Ia duduk dengan posisi lotus. Kaki bersila dengan kedua telapak tangan disatukan dan mengarah ke atas. Jari telunjuk dan jempol tangan kiri berada di dalam yang kanan. Posisinya seperti orang suci yang sering disebut Sang Tercerahkan.

"Tutup mata kalian," perintah Bu Medina setelah kami membuat posisi seperti dirinya. "Tarik napas perlahan kemudian embuskan dengan pelan. Rasakan energi yang mengalir di sekeliling kalian." Aku berusaha mengikuti setiap instruksi yang diberikan guru itu, tetapi tidak bisa. Posisiku terasa tidak nyaman. Kakiku kebas, pantatku kesemutan. Napasku terasa sesak dan udara yang kuhirup terasa dingin.

"Fokus, Rea," ujar Bu Medina sambil terpejam. Kutebak ia tahu karena mendengar suara pantatku yang bergesekan dengan rumput. "Jangan tidur, Aldi." Aku langsung refleks mengintip ke arah jam tiga dan mendapati lelaki itu sedang meringis meratapi dahinya yang "dilempar" angin oleh sang guru Meditasi.

"Rasakan energi yang berputar di sekeliling kalian," lanjut Bu Medina sambil membimbing kami agar tetap fokus. "Kita adalah mikrokosmos. Miniatur dari semesta yang hidup. Semua elemen pembentuk semesta, ada dalam diri kita. Seperti halnya semesta, kita juga memiliki unsur dominan dalam diri yang membentuk kita seperti ini." Aku tidak bisa fokus pada setiap kata-kata yang diucapkannya. Meditasi benar-benar sulit untuk dilakukan ... atau memang aku saja yang tidak becus?

"Tarik napas ... buang. Rasakan setiap udara yang kalian hirup. Dingin. Mengisi setiap celah di paru-paru kalian. Kalian adalah pengendali emosi kalian sendiri. Jangan biarkan emosi dan nafsu mengendalikan tubuh kalian." Aku seperti mau pingsan karena kurang oksigen.

"Pengendalian energi dan diri sangat penting bagi kita, para manipulator, baik fisik maupun psikis." Aku mau muntah. "Dengarkan detak alam. Rasakan aliran nadinya. Bersatu dengan mereka, dan kalian akan mengetahui apa artinya kehidupan." Kepalaku pening. "Kemampuan kalian bergantung seberapa kuat mental dan fisik kalian." Aku sudah tidak kuat.

"Buka mata kalian. Kita istirahat sebentar." Akhirnya! Hampir semua murid langsung jatuh telentang, tidak terkecuali aku. Kuhirup napas banyak-banyak seperti orang yang habis tenggelam.

"Ini ... penyiksaan ...," kata seseorang dengan napas terengah.

"Itu karena kalian tidak melakukannya dengan benar," timpal Bu Medina. "Kita akan melakukannya untuk yang terakhir hari ini." Suara protes terngiang di udara.

-oOo-

A/N

Jadi, saya terjebak dengan sebuah celenj yang diadakan oleh sebuah grup kepenulisan dengan inisial NPC 😐

Saya baru saja masuk dan langsung ditodong untuk mengikuti celenj ini. Semoga saja masih hidup sampai akhir celenj.

Hmm.

Mungkin segitu saja yang bisa saya sajikan untuk permulaan. Seperti kata tema, hari pertama memulai sesuatu, dan ini adalah pertama kalinya saya memulai ini.

Seperti kata seseorang (yang tidak saya ketahui), "Selalu ada yang pertama untuk segala hal."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro