24-11-2019

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tema hari-24: Buat cerita rakyat tentang terjadinya ombak.

...

Kampung Halaman

Arya mengajakku untuk berlibur ke kampung halamannya di benua Parthive Selatan. Ini pertama kalinya aku diajak langsung oleh seorang teman ke tempat tinggal mereka. Bahkan ini sampai ke kampung kelahirannya. Benua ini sangat berbeda dengan benua Verdena Selatan tempat aku tinggal.

Tempat tinggal Arya berada di daerah pesisir, tepatnya di desa nelayan. Sekarang aku tahu dari mana tubuh atletis kecokelatan miliknya itu. Di tempa di laut dan sering disinari UV membuatnya lelaki yang tangguh. Tidak mengenal lelah dan kata menyerah. Aku sangat salut padanya.

Meskipun teknologi berkembang pesat, tetapi sepertinya belum menjangkau tempat-tempat seperti ini. Mungkin itu sebabnya Arya sampai merantau menyeberang benua. Untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Kami disambut bagaikan orang penting yang akan membagi-bagikan sembako. Orang-orang silih berganti menyalami Arya dan memeluknya. Mereka bahkan tidak segan untuk memperhatikanku. Mungkin orang-orang ini belum pernah melihat orang seperti aku sebelumnya. Kulit kelewat putih, mata hijau, rambut keemasan dan telinga lancip.

"Kenalkan, Semua. Ini Elvan. Dia ini seorang Alafathe." Arya memperkenalkanku dengan ramah. "Jadi, jangan lihat dia dengan tatapan aneh lagi." Aku menyikut perutnya. Apa aku seaneh itu?

Arya langsung mengajakku ke rumahnya. Rumah itu minimalis dengan hiasan kerang laut dan binatang-binatang pesisir pantai lainnya. Rumah itu sepi sampai akhirnya mulai didatangi tamu. Beberapa orang tadi bahkan berdatangan kembali untuk menanyakan keadaan kami.

"Kak Arya! Kak Arya! Ceritakan dongeng, dong!" pinta seorang anak kecil. Aku tidak tahu kalau Arya bisa sangat akrab dengan anak kecil. Berbeda sekali dengan yang kukenal di seberang sana.

"Ala, jangan begitu. Kakak Arya baru pulang. Dia masih lelah," timpal seorang ibu yang kuasumsikan orang tuanya. Arya hanya bisa memberikan senyum tipis. Setelahnya, pengalaman hidup seorang Arya di benua seberang bergulir.

Sore harinya setelah kami cukup beristirahat, Arya mengajakku ke pantai yang katanya paling indah di sini. Laut yang berwarna hijau, pasir putih yang halus, deburan ombak yang menyejukkan hati. Dia juga akan mengajariku berselancar, katanya.

"Indah, bukan?" tanyanya ketika kami sampai. Lebih indah dari yang dia deskripsikan.

"Kau membuka dirimu padaku. Kenapa?"

"Bukan hal yang penting." Arya tersenyum tipis. Tentu saja iya.

"Di sini kau sangat disenangi semua orang bahkan anak kecil. Kau juga suka mendongeng. Hebat."

"Kau mau mendengar aku mendongeng?" tawarnya. "Ada beberapa cerita rakyat yang bisa menghiburmu."

"Aku menantikannya." Kami duduk di sebuah batu karang. Deburan ombak sesekali menerpa kakiku yang telanjang. Mata Arya menerawang ke depan.

"Dahulu saat perang antar ras, salah satu kerajaan ras Cleine diserang oleh kerajaan ras Fae. Semua orang dibunuh kecuali seorang permaisuri yang berhasil kabur. Ia terus dikejar oleh tentara musuh sampai akhirnya berhenti karena tebing di depannya. Ketika itu, laut sangatlah tenang. Tidak ada yang namanya ombak. Sang permaisuri yang lebih baik mati akhirnya menerjunkan diri. Para tentara yang ditugaskan untuk menangkapnya hidup atau mati lantas mengejar sang permaisuri lewat jalur pantai.

"Saat mereka tiba di sana, langit tiba-tiba berubah menjadi gelap. Awan hitam bergulung-gulung. Petir menyambar-nyambar. Untuk pertama kalinya, laut marah. Konon katanya, sang permaisuri telah diambil oleh sang penguasa laut karena ilmu yang dimilikinya. Permaisuri itu meminta pada sang penguasa untuk mengusir para tentara yang mengejar. Maka terciptalah ombak yang bertugas untuk menghalau apa pun mendekati laut. melindungi sang permaisuri untuk selama-lamanya." Arya menghela napas. "Itulah cerita asal muasal ombak terjadi."

"Itu cerita yang sangat ... wow. Tak heran anak kecil tadi memintamu mendongeng." Arya hanya tersenyum.

"Versi lain menyebutkan kalau ombak tercipta karena Dewi Laut ingin mengembalikan apa saja yang bukan bagian darinya," kata Arya.

"Ayo, berselancar," ajak pria itu. "Aku sudah berjanji akan mengajarimu, kan?"

Kami turun dari batu karang menuju tempat penyewaan papan selancar. Langit mulai menunjukkan warna jingga. Burung-burung mulai kembali ke sarang.

-oOo-

A/N

Tinggal beberapa hari lagi. (/'-')/

Semoga saya masih bisa bertahan. ('-')9

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro