6-11-2019

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tema hari-6: Buat cerita dengan genre space opera*

...

Space Survival

Pesawat ulang alik berwarna hitam itu terus menghindari tembakan dan kejaran pesawat asing yang lebih besar dan cepat di belakang. Pesawat luar angkasa yang bisa diibaratkan mobil di darat itu terbang ke arah bebatuan melayang di sabuk asteroid. Pesawat berkapasitas dua orang tersebut berbelok dan berputar untuk mengecoh kendaraan di belakangnya.

"Khen, awas!" seru seorang wanita dari kursi co-pilot. Orang yang dipanggil Khen lantas memutar kemudinya dengan segera sebelum mereka menabrak asteroid yang melayang mendekat secara tiba-tiba.

"Hampir saja—"

"Tidak, belum. Lihat." Si wanita menunjuk ke arah belakang di mana para pengejar masih belum menyerah untuk menangkap mereka. Satu tembakan berwarna merah diarahkan dan berhasil menggores sisi bagian kiri pesawat.

"Aku sudah muak dengan mereka!" Amarah si gadis mengantarkannya ke ruang senjata yang ada di bagian belakang pesawat dan menyuruhnya untuk menembak dengan senjata plasma yang mereka miliki.

"Anita, jangan!" teriak si pria pengemudi dari balik setir. Namun, si wanita yang dipanggil Anita itu tidak acuh.

Tembakan demi tembakan dari kedua pesawat saling bersahutan, membuat bebatuan di antara mereka menjadi korban. Pesawat musuh sepertinya tidak senang dengan perlawanan yang Khen dan Anita berikan, sehingga mereka menjadi lebih ganas dalam menyerang. Beberapa kali bebatuan asteroid terlempar ke arah mereka dan membuat guncangan yang mengganggu Anita dalam membidik dan Khen dalam bermanuver.

Mereka sudah berada di ujung sabuk asteroid dan bersiap untuk melakukan lompatan warp sebelum satu tembakan mengenai ekor pesawat dan membuat Khen kehilangan kendali atas pemilihan lokasi tujuan. Pilihan lokasi terus berganti seiring tangan Khen yang selalu salah memilih tempat karena jarinya yang selip.

Seperti yang bisa kalian tebak, Anita dan Khen masuk ke dalam sistem bintang yang tidak mereka kenal dengan ekor pesawat yang berasap dan harus melakukan pendaratan darurat. Sebuah planet biru besar dengan titik-titik hijau membentang di depan mereka. Khen berusaha mati-matian menjaga keseimbangan dan suhu yang terus meningkat dalam pesawat agar tetap stabil ketika mereka memasuki atmosfer planet asing tersebut.

Tumbukan antara moncong pesawat dan puncak gunung tidak bisa dihindari, untunglah mereka berhasil menggunakan pelontar untuk keluar sehingga berhasil selamat walaupun dengan memar di sana-sini.

Anita dan Khen meratapi pesawat mereka yang hancur dan terbakar. Mereka baru sadar bisa bernapas di planet tersebut ketika Anita mulai menangis.

"Ini semua salahku," kata Khen sedih. Dia melihat wajah gadis di sampingnya yang kelihatan merah. Anita menggeleng menanggapi perkataan Khen sambil menghapus air mata yang terlanjur keluar.

"Tidak," sahut Anita berusaha tegar. "Dari awal ini semua salahku. Kalau saja aku tidak memaksamu untuk membawaku pergi." Khen menggenggam pergelangan Anita dengan kuat, berharap harapannya pada Anita tersalurkan.

"Kita harus segera pergi," ucap Khen. Dia melihat ke langit yang mulai memerah memastikan para pengejar itu tidak datang ke sini. Mereka harus segera menemukan tempat persembunyian agar bisa terbebas dari para orang asing itu.

Planet asing itu seolah tidak berpenghuni. Tidak ada jejak peradaban di sekitar mereka, hanya hutan aneh yang mengerikan. Berbekal pistol di pinggang, pisau kecil dan setitik cahaya bintang utama, mereka nekat menantang bahaya. Hutan yang mereka masuki disesaki oleh pohon-pohon yang belum pernah mereka lihat di mana pun. Batang pohon yang berpilin-pilin, daun-daun panjang dengan pola rumit, sulur-sulur yang terlihat bergerak seperti ular dan akar-akar pohon besar yang mencuat bagaikan batu.

Khen dan Anita saling berpegangan. Mata mereka berdua awas terhadap lingkungan sekitar yang mulai menggelap. Suara kaokkan menyerupai burung gagak di Bumi mulai terdengar. Geraman binatang buas terdengar lirih. Khen menyiagakan pistol di tangannya, bersiap apabila ada binatang yang tiba-tiba muncul.

Anita memeluk tubuh Khen secara tiba-tiba karena ada sesuatu yang menggerayangi lehernya. Ketika dilihat, sulur dari sebuah pohon yang bergerak sedang mencoba memangsa mereka. Khen segera menyingkirkan sulur itu dengan pisaunya dan menarik tangan kekasihnya untuk berlari meskipun suasana di sekeliling mereka mulai menggelap dan hanya bermodalkan bintang-bintang.

Setelah lelah berlari, mereka berdua akhirnya menemukan sebuah gua yang cukup untuk mereka tidur malam itu. Suara angin yang menderu menggesek dahan-dahan pohon menemani malam suram mereka.

Anita dan Khen bagaikan manusia yang pertama kali ada di Bumi, bedanya mereka berada di planet lain dan tidak ada pedoman apa pun. Khen berencana akan memeriksa sekeliling dan berusaha mencari tanda-tanda kehidupan ketika Anita memaksa ingin ikut.

"Kita berada di planet asing. Siapa yang tahu ada bahaya apa yang mengintai di sana?" tolak Khen yang mendengar rengekan Anita.

"Dan kau ingin meninggalkanku di tempat aku bisa saja dimakan binatang buas? Begitu?" Khen diam membeku mendengar tanggapan sang kekasih. Setelah pertimbangan yang berat, akhirnya pria itu mengiakan.

Matahari yang ada berwarna kuning dan langitnya berwarna putih. Suasana cerah ini sangat tidak nyaman bagi mereka. Desir angin yang keras, suara gemeresik daun dan embusan hawa panas di belakang mereka.

Seekor binatang serupa reptil dengan tinggi dua meter dan panjang tiga meter bersiap untuk memangsa. Khen mengeluarkan pistolnya dan mulai menembak. Anita berlindung di balik punggung sang kekasih agar tidak terkena jilatan lidahnya.

Tembakan Khen terasa seperti desiran angin bagi si reptil. Merasa tidak mampu melawan, mereka berdua berlari sampai akhirnya bertemu dengan pantai berpasir merah muda dengan laut berwarna hijau toska. Tidak ada lagi jalan bagi mereka. Buntu.

Saat mereka di ambang kematian, sebuah tembakan dari angkasa membunuh si reptil hingga berkeping-keping. Khen dan Anita mundur perlahan, menjauhi apa yang sudah "menyelamatkan" mereka. Pesawat ulang alik yang sangat mereka kenal muncul.

"Akhirnya kami menemukanmu, Putri," kata seorang pria tinggi besar saat keluar dari pesawat. "Sekarang ikut kami dan kau akan baik-baik saja. Kalau kau melawan, aku tidak menjamin tubuhmu akan mulus."

"Kau tidak akan membawanya ke mana pun!" teriak Khen murka.

"Diam kau, penculik tak tahu diri. Kau harus dihukum mati karena berani membawa Putri kami." Anita mencengkeram lengan Khen erat.

"Kembalikan dia atau kau akan kuhabisi di sini." Anita melepaskan pegangannya. Dia lebih memilih keselamatan Khen daripada dirinya sendiri.

"Maaf Khen," ucap Anita sambil mencium bibir Khen dengan berurai air mata.

-oOo-

A/N

*Space Opera adalah ... (cari referensi dari internet) sub-genre sci-fi yang menekakan pada petualngan romantis, terkadang melodrama yang berlatar luar angkasa, biasanya menggunakan alat-alat berteknologi canggih ... bla ... bla ... bla (cari sendiri sana).

Iya, tahu, ceritanya gak jelas. Tolong (jangan) judge saya.

Jujur saya baru tahu kalau ada sub-genre seperti itu dalam sci-fi. Saya saja bingung bagaimana cara membuatnya, karena ranah saya memang belum ke sana (perjalanan antar galaksi, bintang-bintang dan planet). Hal pertama yang saya pikirkan adalah menyanyi dan menari di luar angkasa '-'

Jadi, kalau merasa alur cerita ini agak klise dan mudah ditebak, ya maaf. Namanya juga baru belajar T^T

Dan lagi ... saya gak jago romens!

Oke, mungkin segitu saja dulu curhat dari saya. Maaf kalau semakin hari semakin absurd.

Semoga saya bisa bertahan sampai akhir.

Seperti kata Ratu Pecut kita, Salam Maso. (9'-')9

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro