8-11-2019

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tema hari-8: Tulis ulang sebuah dongeng (boleh luar atau dalam negeri) tanpa riset. Hanya mengandalkan ingatan. Bisa di retell atau ditulis persis kisah asli. Selama masih bisa dikenali tidak masalah.

...

Bermain Penyembelihan

Dongeng anak-anak tidak selalu penuh dengan kebahagiaan, tetapi ada saja yang mengerikan. Meskipun begitu, setiap kisah pasti memiliki pelajarannya masing-masing. Seperti kisah yang akan kuceritakan.

Pada hari Minggu pagi yang cerah, sebuah keluarga memutuskan untuk sarapan dengan babi dari kandang milik mereka. Sang kepala keluarga masuk ke kandang untuk memilih korban yang cocok. Sementara sang suami memilih-milih hewan, sang istri memandikan anak ketiganya yang masih bayi di sebuah bak khusus bayi sebelum menyiapkan bumbu-bumbu untuk memasak.

Anak pertama dan kedua mereka yang sedang bermain menjadi penasaran dengan apa yang sang ayah lakukan. Dengan rasa ingin tahu yang kuat, mereka berdua pun mengintip ke dalam tempat penjagalan. Kakak beradik itu melihat ayahnya yang sedang memenggal kepala seekor babi. Mereka berdua terlihat sangat antusias alih-alih takut.

Sang kakak memiliki ide bagaimana kalau mereka berdua bermain menirukan apa yang ayah mereka perbuat. Setelah debat panjang, diputuskanlah sang adik yang menjadi babi karena tubuhnya yang gemuk dan sang kakak yang menjadi tukang jagal. Entah pisau dari mana, sang kakak memulai permainannya.

Mereka bermain di halaman belakang. Mula-mula sang anak pertama membaringkan tubuh sang adik di atas meja taman yang ada. Dia kemudian meraba-raba leher adiknya yang bergelambir. Sang kakak mulai menempelkan bilah pisau di tangannya ke bagian belakang leher sang adik. Dingin. Itulah yang dirasakan si "babi".

Satu ayunan cepat sang kakak beriringan dengan teriakan panjang sang adik. Seketika itu pula kepala si "babi" terpenggal. Darah terpancar ke segala arah. Sang kakak yang baru menyadari perbuatan yang dilakukannya setelah melihat adiknya tidak bergerak dengan penuh cairan merah tergenang pun berteriak. Sang ibu yang sedang memandikan si bungsu buru-buru ke luar rumah hanya untuk melihat hal yang mengerikan.

Ibu yang sudah gelap mata karena anaknya mati dibunuh itu pun memukul anak pertama yang merupakan darah dagingnya sendiri itu dengan ganas. Sang ayah yang terlambat datang berusaha menenangkan istrinya. Setelah siksaan yang teramat pedih diterima sang kakak, akhirnya si ibu pun tersadar dan mendapati anak pertamanya yang telah tewas juga. Sang suami yang melihat itu hanya bisa terdiam kaku melihat jasad-jasad anaknya.

Si ibu yang baru menyadari bahwa ia telah meninggalkan si kecil sendirian langsung kembali ke dalam rumah hanya untuk menemukan si bungsu sudah tidak bergerak karena tenggelam kehabisan napas. Ia menangis sejadi-jadinya. Merasa tidak becus dalam mengurus anak-anaknya, wanita itu pun memutuskan untuk bunuh diri. Sementara itu, sang kepala keluarga yang melihat satu per satu anggota keluarganya meregang nyawa juga memutuskan menyusul mereka semua.

Tamat.

-oOo-

A/N

Dan begitulah, mereka akhirnya hidup (entah bahagia atau tidak) di akhirat selamanya.

😊

Maaf pendek, karena memang itu seingat saya \('-')/

Saya pernah baca dongeng ini tapi entah di situs mana, bersama dengan dongeng-dongeng versi "asli" lainnya. Cukup mengerikan untuk anak-anak, ya '-'.

Dongeng ini dikarang oleh Grimm bersaudara dengan judul asli Wie Kinder Schlachtens miteinander gespielt haben (saya nyarinya pas sudah ditulis, suer).

Sebenarnya banyak versi asli dongeng-dongeng yang telah dikenal luas memiliki alur yang kurang cocok untuk anak-anak. Makanya Disney banyak merombak kisah-kisah itu menjadi layak konsumsi (khususnya yang Eropa).

Semoga saya masih bisa bertahan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro