9-11-2019

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tema hari-9: Buat tulisan dengan tema "Danau yang Tenang."

...

Danau Cinta

Liburan kenaikan kelas merupakan saat-saat yang sangat ditunggu oleh kebanyakan murid sekolah, tidak terkecuali aku. Setelah menghadapi soal-soal yang terlihat seperti monster, akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang! Bukan, bukan mati kok, hanya liburan semata.

Tidak asyik rasanya jika liburan sendiri. Jadi, aku memutuskan untuk mengajak seorang teman.

"Hanya kita berdua?" tanya Chloe yang kuhubungi lewat holographic call.

"Aku bisa mengajak yang lain kalau kau keberatan," tawarku agar liburan ini tambah menyenangkan.

"Ke mana?"

"Danau Lakuna! Asyik, kan?" Wajah Chloe tampak berseri.

"Aku akan ajak seseorang yang tidak akan kau sangka. Boleh, kan?"

"Tentu saja. Lebih banyak, lebih ramai, lebih seru!" Kami memutus sambungan setelah berdiskusi tentang waktu dan tempat yang sekiranya cocok untuk berkumpul sebelum berangkat liburan minggu depan.

...

Danau Lakuna adalah danau terbesar di Erdeae. Danau ini sangat besar, bahkan hal itulah yang menjadi salah satu alasan Benua Verdena dibagi dua menjadi Verdena Utara dan Verdena Selatan. Alasan lainnya adalah karena Hutan Farasthre yang besarnya menyamai Danau Lakuna.

Hari liburan tiba. Kami berjanji bertemu di sebuah stasiun kereta yang tidak jauh dari sekolah. Seperti yang Chloe bilang, orang yang dibawanya tidak kusangka. "Kenapa kau mengajak dia?" tanyaku heran.

"Kenapa? Boleh, kan? Kau sendiri yang bilang."

"Iya, boleh," sahutku ragu. Tetapi aku tidak pernah menyangka dia yang akan dibawa.

"Lagi pula, awalnya kau akan mengajak gadis lain. Jadi, aku mengajak Ren supaya ada yang menjaga kita. Tidak apa-apa, kan?" Chloe bertanya pada lelaki tinggi di sampingnya.

"Iya, tidak apa-apa. Selagi itu membuat Chloe senang." Gadis berkepang itu berteriak senang bukan kepalang sampai melompat. Ia bahkan memeluk pria di sampingnya itu. Mataku berkedut, mulutku menganga. Sejak kapan, Chloe dan Arennga sedekat ini?

"Kau berencana mengajak gadis lain?" tanya lelaki di sampingku. "Siapa?" Mata heterochomia-nya melihat penuh selidik.

"Alesya. Tapi dia ternyata sedang liburan di Parthive," jawabku datar.

"Jadi, aku cuma pelarian, nih?"

"Jangan sedih, begitu. Ada alasannya kenapa aku mengajakmu dan bukan gadis lain, Rama." Pria itu mengangkat ujung bibirnya. Senyum simpul merekah. Dipikir lagi, ini rasanya seperti double date.

Kami naik kereta peluru level dua yang berada di jalur atas. Dengan mengandalkan teknologi magnetic levitation, membuat kereta ini tidak menimbulkan suara bising dan kecepatannya menjadi efektif. Perjalanan kami yang menempuh kurang lebih jarak 100km-an menjadi tidak terasa.

Kami duduk berdua-berdua saling berhadapan. Aku dan Rama duduk berdua, sementara Chloe dan Arennga; terlihat romantis karena lengan gadis itu terlingkar di lengan atletis si lelaki. Pemandangan yang kami lewati berganti dengan sangat cepat. Dimulai dari deretan gedung-gedung pencakar langit, taman-taman yang dipenuhi bunga sampai lahan pertanian yang ada di sisi sebuah gedung. Chloe terlihat mengantuk sambil melihat ke arah jendela. Sementara Arennga tampak menikmati pemandangan di luar kereta. Sedangkan Rama ... bersandar pada bahuku dengan mulut yang hampir meneteskan cairan maut. Aku merasa risi dibuatnya, tetapi terlalu kasihan untuk dibangunkan.

Pemandangan luar digantikan oleh warna biru dari Danau Lakuna. Riak airnya yang tenang membuat mataku segar dan buru-buru ingin ke sana. Di waktu-waktu liburan seperti ini, pasti ramai.

Aku segera membangunkan Rama agar bersiap-siap. Arennga dan Chloe juga sudah segar kembali. Kami berhenti di stasiun dekat sana dan hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk tiba di tempat wisata yang sudah kutandai dari minggu kemarin. Danau Lakuna yang berada di khatulistiwa menjadikannya tidak membeku walaupun ini adalah bulan Januari. Cocok untuk liburan keluarga.

Tempat wisata itu ramai. Tempatnya disesaki oleh banyak orang. Dan dari empat orang yang harus membeli tiket masuk, aku yang menjadi sang terpilih. Malang sekali nasibku, harus berdesakan dengan berbagai jenis orang. Mestinya aku memesan tiket itu secara daring, sayangnya kuota untuk hari ini habis dan aku harus membelinya secara langsung.

"Baik, wahana apa yang akan kita naiki pertama?" tanyaku setelah keluar dari lautan manusia.

"Bagaimana kalau perahu angsa? Sepertinya wahana itu sedang sepi. Orang-orang sedang antusias mencoba perahu naga dan jet ski," cetus Chloe. Setelah berdiskusi cukup lama, kami akhirnya setuju dan memutuskan siapa bersama siapa di perahu tersebut.

"Yeay, Ren!" teriak Chloe kegirangan. Aku menatap telapak tangan sendiri yang memiliki arah yang sama dengan Rama. Dia menatapku kemudian tersenyum canggung. Kenapa Chloe harus bersama Arennga sementara aku dengan Rama? Tetapi aku juga tidak bisa membayangkan kedua lelaki itu berada di perahu yang sama. Aku juga belum terlalu akrab dengan Arennga. Yah, mungkin ini yang terbaik.

Kami mulai menaiki perahu masing-masing. Rama membantuku naik dengan memegang tanganku kemudian menariknya. Aku melihat perahu milik Chloe mulai menjauh. Aku jadi penasaran dengan kedekatan mereka.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Rama yang melihatku mengeluarkan teropong. Tadinya benda ini mau kugunakan untuk melihat angsa agar lebih jelas. Namun, tujuanku berubah setelah melihat kedekatan pasangan yang tidak kusangka itu.

"Memata-matai." Rama yang bertugas mengayuh pedal tiba-tiba berhenti. "Kenapa, Ram?"

"Tidak sopan mengganggu privasi orang lain," sahut Rama.

"Terserah aku, lah."

Riak air yang tenang membuat perahu angsa mereka terlihat seperti angsa sungguhan. Aku menyuruh Rama agar mengayuh lagi. Awalnya dia menolak, tetapi setelah aku menawarkan untuk memberitahu alasan aku mengajaknya, dia setuju. Danau mungkin bisa tenang, tetapi orang-orang di atasnya tidak.

Chloe dan Arennga mengayuh sampai ke perbatasan wahana perahu angsa. Kami diam-diam mengikuti mereka. Kuintip dua sejoli itu dari teropong. "Mereka ... mereka ... mereka ...." Aku merasa sesak napas ketika melihat kepala Arennga mendekati wajah Chloe.

"Apa yang kau lihat?" tanya lelaki di sampingku penasaran.

"Mereka ... berci—" kata-kataku terputus karena kami ternyata sudah berada di ujung area wahana perahu angsa dan menabrak pembatas. "Sebaiknya kita kembali," pintaku pada Rama yang hanya ditanggapi wajah bingung.

-oOo-

A/N

Judulnya nganu padahal saya gak jago romens.

Sengaja saya gantung karena sudah lelah ngetiknya.

Bahkan tema danau tenang pun jadi panjang dan ngawur '-'

Semoga saya masih bisa bertahan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro