MY LAST WORD - BROKEN HEART

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Begitu.. darahku.." Ryuki menunduk, bahkan ia tak yakin jika darahnya itu sama dengan darah kakaknya karena ia sudah lama tak memeriksa kesehatan nya

"Bagaimana kalau saya periksa darah anda? Apakah cocok dengan pasien," sang dokter memberi harapan pada Ryuki

Hajime menghentakkan kakinya dengan kesal. Bukan seperti gadis gadis remaja yang kesal karena sakit hati, justru dirinya merasa malu! Dia malu jika harus menemani Lily yang sempat membuat kegaduhan di dalam cafe.

Lily sendiri selamat karena bantuan Hajime, mungkin jika tidak ada dirinya, Lily berakhir di tangan para pria yang berada di cafe tersebut.

"Hajime-kun! Jangan tinggalkan aku!" Rengek nya yang membuat Hajime menghentikan langkah nya.

"Apa? Kau tidak puas membuat ku malu?" Hajime menatap Lily dengan tatapan tidak suka, katakanlah benci.

"Aku tidak membuat mu malu! A-aku tidak sengaja.." Lily menundukkan kepalanya, nadanya sedih serasa ingin menangis.

Hajime mengusap wajahnya dengan tangannya, "hah, terserah padamu, aku akan pulang. Sebelum itu aku ak-" belum selesai Hajime berbicara, nada dering ponselnya memotong perkataanya. Segera ia mengangkat nya.

"Apa?! B-baik, a-aku akan kesana," ia mengakhiri panggilan nya lalu menaruh kembali ponsel nya ke dalam saku celana nya.

Lily melihat gerak gerik Hajime, tampak nya pria di depan nya ini akan pergi, pikir Lily, "kau akan pergi? Meninggalkan ku?" Tanya Lily bertubi tubi.

"Ya, maaf, bukan maksudku aku harus segera pergi. Kau pulanglah dengan taksi," setelah mengucapkan hal itu, Hajime segera berbalik dan berlari kecil menuju mobil nya dengan tergesa gesa.

"Bagaimana kalau kejadian itu terjadi lagi?!" Lily sedikit berteriak seketika melihat Hajime masuk lalu mengendarai mobil nya.

"Urusanmu!" Jawab Hajime lalu pergi meninggalkan Lily.

"Huft! Lihat saja, Nakagawa-san," gumam nya lalu tersenyum miring.

Dokter keluar dengan raut wajah sedih saat Ryuki menunggunya. Ia menunggu hasil golongan darah apakah cocok untuk didonorkan pada kakaknya itu.

"Saya minta maaf, golongan darah pasien B sementara anda A," Jelas sang dokter singkat dengan nada sedih.

"Be-begitu ya.." Ryuki menunduk, ia mengigit bibir bawahnya. Ia bingung, apa yang harus di lakukannya karena golongan darahnya yang berbeda.

"Bagaimana jika aku yang mendonorkan darah untuk pasien bernama Nakagawa Naru itu?" Sebuah suara yang tak di kenal Ryuki membuat pandangannya serta pandangan sang dokter beralih pada sang suara.

"Si-siapa anda?" Tanya sang dokter terlebih dahulu.

"Kekasih dari pasien," jawab nya singkat.

"Apa?! I-inikah yang bernama Mutsuki Hajime itu?!," Ryuki membatin seraya mengamati seorang di depan nya serta di depan dokter dengan tatapan tidak percaya.

"Ah! Baiklah, mari ikut dengan saya," segera sang dokter mengantar Hajime ke ruang dimana pasien berada. Sementara Ryuki diam mematung memperhatikan punggung Hajime serta sang dokter yang kian menghilang dari hadapan nya.

"Kenapa dia.." Ryuki menggertakan giginya, merasa tidak terima dengan perlakuan Hajime yaitu kekasih dari sang kakak. Baginya, Hajime mencintai kakaknya dengan setengah hati.

Keesokan harinya. Malam berganti pagi, hari hari lalu telah berlalu dan kini di gantikan oleh hari yang baru. Sang mentari bahkan menunjukan senyum cerianya pada dunia, memberi kehangatan pada bumi dan seisinya.

Naru mengerjapkan matanya sesaat secercah cahaya matahari mengenai matanya, memaksa nya untuk membuka mata dan bangun.

"Uh?" Dirinya melenguh. Ia mengusap usap matanya.

"Di-dimana aku? Kenapa aku disini?" Tanya nya saat menyadari bahwa dirinya bukan berada di dapur. Ya, tempat terakhir dimana ia berada adalah dapur, yang mana dirinya mencoba untuk bunuh diri dengan pisau yang telah ia panaskan. Namun, agaknya ia diselamatkan oleh seseorang.

"Ah, sudah sadar, makanlah onee-san," Ryuki datang dengan membawa bungkus makanan yang berisi buah serta makanan berbau vegetarian di dalam nya.

Naru menatap Ryuki sejenak lalu bergilir menatap bungkusan yang dibawa oleh Ryuki, "terima kasih, tapi aku tidak lapar," ucapnya lalu kembali membaringkan diri.

"Onee-san? Kenapa tidur lagi? Meski kau tidak lapar, setidaknya makan lah dulu walau sedikit," ucap Ryuki yang berusaha membujuk kakaknya untuk makan.

"... Tidak," Naru menolak.

Ryuki menghela nafasnya, mungkin kakaknya itu tidak ada mood untuk makan.

Naru. Otaknya kembali mengulang kejadian dimana Hajime menindih seorang wanita lain. Entah sengaja entah tidak, hal itu tidak menjadi bagian dari pikiran Naru, yang ada dalam pikiran nya hanyalah pikiran negatif. Semakin memikirkan nya, semakin membuat hati Naru hancur, sebodoh itu kah dirinya mencintai seseorang dan memperjuangkan seseorang seorang diri namun pada akhirnya seseorang itu membalas dengan rasa sakit? Untuk saat ini ia hanya ingin sendiri.

"Naru-san.." seseorang membuka pintu ruangan Naru, Ryuki segera mengalihkan pandangannya pada seseorang yang berada di diambang pintu.

"Oh, Ai," ucap Ryuki saat mengenal siapa yang membuka pintu ruangan Naru.

"Bagaimana keadaan Naru-san?" Tanya Ai seketika yang membuka lalu masuk ke ruangan Naru itu.

"Dia membaik, semalam dirinya dikatakan bahwa banyak darah yang keluar dari nya, aku memutuskan untuk mendonorkan darah ku tapi.. golongan darah ku A sementara Onee-san B," Ryuki menjelaskan dengan sesingkat mungkin.

"Lalu?! Bagaimana?!" Ai terkejut.

"Hajime mendonorkan darahnya," seketika mendengar nama 'Hajime' Naru segera bangun perlahan.

"O-onee-san?" Ryuki terkejut seketika melihat sang kakak dalam posisi duduk.

"Orang itu? Dia mendonorkan darah nya padaku? Cih," ucap Naru kesal, ia bahkan tidak percaya bahwa Hajime mendonorkan darah nya padanya. Hatinya sudah terlalu sakit untuk melihat wajah orang yang telah menyakiti nya. Jangankan melihat, mendengar nama saja ia sudah muak.

"T-tapi, Naru-san, Hajime-san sudah menebus kesalahannya bukan? Di-dia-"

"Menebus kesalahan katamu? Kau tidak tahu ya betapa susahnya mencintai seorang idol yang di kelilingi banyak fans sendirian? Dan lagi di tambah dengan kejadian seperti itu?" Naru menatap Ai tajam, segera yang di tatap hanya bisa menunduk dan menggelengkan kepalanya.

Melihat Ai yang menunduk sedih, Ryuki merasa tidak tega, "onee-san.."

"Aku kira.. mempunyai seorang kekasih akan sangat menyenangkan. Kau memiliki seseorang yang bisa membuat mu senang, yang bisa mendekap mu saat kau menangis dan yang bisa menghapus air mata mu, yang bisa membuat mu tersenyum, yang bisa membuat mu menjadi seseorang yang penting baginya. Nyatanya, semua itu hanya fakta belaka, tidak ada yang benar," ucap Naru yang hanya di simak oleh kedua manusia yang turut sedih karena rasa sakit akibat cinta Naru.

"Aku dengar, Naru masuk rumah sakit. Ada apa dengan nya?" Tanya Haru saat mendatangi Hajime yang sedang termangu.

"Karena.. dirinya melakukan bunuh diri,"

"Apa?!" Haru terkejut bukan main.

"Kenapa bisa begitu?!" Lanjut Haru bertanya pada Hajime

Hajime menggigit bibir bawahnya sejenak, ia ragu untuk mengatakan 'hal ini' pada Haru. Namun, mengingat Haru adalah sahabat nya, ia terpaksa menjelaskannya, "sebenarnya ini hanya kesengajaan. Kemarin, ada seorang aktris terkenal yang akan bermain drama bersamaku, saat hendak berjalan, tanpa sengaja aku tersandung kaki ku dan menindih Lily yang merupakan aktris terkenal itu," jelas Hajime

"Begitu, wajar saja.. mungkin saat ini Naru depresi yang melihat kejadian itu dan yang mengingat sikapmu yang akhir akhir ini menjauh darinya. Setidaknya, itu yang terlintas di pikiran ku,"

"Aku tahu, Haru, aku tahu. Bagaimana aku harus mengatakan 'maaf' padanya?" Nada Hajime terdengar pasrah.

Haru menepuk pundak Hajime, "hanya satu, kalau kau tidak terbuka, hubungan yang baik tidak akan ada. Setidaknya, ajaklah dirinya berbicara secara empat mata," usul Haru.

"Tapi-"

"Hey, ini kah Hajime yang ku kenal?"

Hajime tertegun sejenak, lalu ia tersenyum tipis pada sahabat nya, "arigatou, Haru,"

Naru diam sedari pagi. Ia tidak ingin bicara pada siapapun. Makanan yang Ryuki sediakan tidak dimakannya sampai habis, hanya ¼ bagian yang dimakan nya. Usaha untuk bunuh dirinya gagal karena Ryuki yang sempat menyelamatkan nya. Andai saja dalam beberapa waktu Ryuki tak menyadari nya, mungkin dirinya sudah tiada di dunia ini dan bebas dari rasa sakit.

"Kau bahkan tidak mengingat ulang tahun ku 'kan, Hajime? Haha, kenapa aku masih berharap? Kau bahkan tidak peduli dengan ku.. kau tidak menjenguk ku.." ingin sekali Naru menangis, namun dirinya terlalu lelah untuk menangis.

"Naru.." gumam Hajime saat melihat foto yang ia jadikan sebagai wallpaper ponselnya. Ia merasa sangat bersalah pada kekasihnya, selama ini hanya bisa memberi beban pada Naru namun sedikit kebahagiaan yang bisa ja berikan karena jarak dan waktu memisahkan mereka.

Hingga sebuah notifikasi dari ponselnya membuat dirinya terkejut saat membaca pemberitahuan tersebut.










To Be Continued
Story By _AriseeAisee15_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro