MY LAST WORD - CHOICE

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Haji.. me.." suara yang mana Hajime kenal, membuat lelaki berambut hitam keunguan itu segera menoleh, mendapati Naru yang melihatnya dengan keadaan menindih Lily dan juga Ai dengan tampang tidak percaya

Naru masih terpaku, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat

"Naru, i-ini-"

"Ya, maaf aku menganggu mu," Naru segera memotong perkataan Hajime yang belum sempat ia selesai jelaskan, "e-eh!? Naru-san!," Ai segera menyusul Naru, ia seberusaha mungkin menghentikan nya

Tentu saja, Hajime tidak tinggal diam, tetapi tangan Lily menarik tangannya yang membuat niat untuk berjalan nya terhenti, "apa?," Hajime merasa risih dengan perlakuan Lily yang mana seorang baru bagi Hajime, dengan berani menyentuh tangannya seenaknya

"Sebentar lagi syuting nya dimulai, kau masih ingin mengejarnya?,"

Pertanyaan Lily seolah merusak image Hajime yang mana seorang yang tidak suka dengan bekerja setengah hati, "a-aku.." Hajime bingung

Sekarang, siapa yang harus ia pilih?

Lily masih menatap Hajime, "baiklah, aku rasa kau memang bekerja setengah hati," setelah mengucapkan hal itu, Lily melepaskan tangannya dari tangan Hajime

Mendengar sindiran keras Lily, Hajime tertegun sesaat, memikirkan kembali apa yang akan di pilihnya. Ia menatap punggung Naru yang tengah di tenangkan oleh Ai, "baiklah," Hajime mengakhiri dengan keputusan memilih pekerjaannya

Memilih pekerjaan daripada kekasihnya (?)

"Naru-san, i-itu hanya kecelakaan, ti-tidak mungkin kan Hajime-san seperti itu?," Ai berusaha meyakinkan Naru dengan mengatakan bahwa itu adalah sebuah kecelakaan yang secara kebetulan dilihat oleh nya dan juga Naru

"Kalau kau ada di posisiku, apa yang akan kau rasakan?," Naru menunduk saat mengucapkan hal itu, ia bahkan tidak peduli apa yang Ai pikirkan sekarang dengan ia berkata kata seperti itu

Ai seketika diam, memikirkan bagaimana dirinya saat berada di posisi Naru saat ini, "aku.." ia menunduk, sekarang ia tahu bagaimana rasanya

"Tidak ada gunanya, lebih baik aku pergi," Naru menghentakkan kakinya menjauh dari Ai, berniat pulang sendirian

Ai masih diam di tempat, ia merasa bersalah tidak bisa berbuat apa apa terhadap Naru yang menyalahpahami Hajime, "mungkin sebaiknya ku diam saja," ucapnya lirih

DAK

Naru menabrak seseorang saat ia berjalan, "maaf," ucapnya lalu lanjut berjalan tanpa melihat wajah seorang yang di tabrak nya itu

"Naru? Sejak kapan dia disini?," Gumam Kai yang baru saja Naru tabrak

Beberapa orang yang ada di dorm juga melihat Naru yang mana melewati lorong yang menampakan pintu keluar dorm, sesaat, ia melihat ke belakang, tidak ada, Hajime bahkan tidak mengejarnya. Padahal ia berharap bahwa Hajime akan mengejar nya, "untuk apa aku berharap padamu, iya, 'kan Hajime?," Gumamnya lalu tersenyum pahit

Ia mengangkat kaki dari dorm, memanggil taksi segera pulang

Ai diam termenung, ia bertugas mengawasi jadwal Hajime untuk keseharian ini. Ia memegang kertas jadwal Hajime seraya memikirkan kejadian Hajime dan juga Naru, belum lagi persiapan pernikahan nya beberapa Minggu lagi

"Ai,"

"I-iya?," Hajime tiba tiba memanggilnya

"Apa jadwalku nanti," seloroh Hajime sesaat mengetahui Ai sadar

"... Tidak ada, sudah selesai," Ai tersenyum tipis, lalu ia kembali menunjukan raut wajah biasa sesaat menatap Hajime, hal itu membuat nya mengingat kembali kejadian itu

"Ada apa?," Tanya Hajime yang duduk di sebelah Ai

Ai menggeleng cepat, "aku permisi, Hajime-san," ia berdiri dan segera meninggalkan Hajime tanpa harus mendengar kan jawaban nya karena ia tahu Hajime akan terus bertanya sampai Ai betul betul menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya

Sesampainya di rumah, Naru segera mengambil sebilah pisau, ia panaskan mengunakan api kompor di dapur. Menatap pisau yang ia panaskan seraya mengingat kembali kejadian dimana Hajime yang menindih seorang perempuan lain, tepat di depannya. Ia tersenyum pahit

Setelah di rasanya pisau itu sudah cukup panas, ia ambil dan mematikan api dari kompor itu. Menatap nya sejenak, lalu pisau itu ia hadapkan pada lengan tangannya yang bertepatan dengan nadi nya, "aku sudah tidak tahan," seraya menahan air mata yang hendak keluar sedari tadi, ia menggenggam erat gagang pisau tersebut

"Aku.." ia bahkan susah untuk menyakiti dirinya sendiri

Namun, dengan sikap Hajime yang akhir akhir ini semakin jauh saja darinya, ia pun memutuskan melakukannya

"Ah~ Hajime-kun akting mu bagus sekali!," Lily tampak senang dengan usaha Hajime, tidak sia sia ia bekerja sama dengannya

"Arigatou," Hajime menjawab dengan nada biasa

"Eh? Kenapa? Seharusnya kau senang! Oh ayolah, jangan murung seperti itu!," Ucap Lily mencoba menghibur Hajime, namun itu sia sia saja

"Terserah, aku hanya ingin pulang," Hajime segera meninggalkan Lily sesaat ia mengatakan hal itu

Tentu Lily tidak diam saja, ia kembali meraih pergelangan tangan Hajime, membuat langkah lelaki itu berhenti, "apa," Hajime menatap Lily, "kau ingin meninggalkan ku sendiri disini?," Dengan wajah penuh harap, Lily berharap Hajime mengantarnya pulang

Hajime menghela nafas beratnya, "baiklah, ayo," Hajime dengan sedikit kasar melepas tangan Lily dari tangannya

"Arigatou! Hajime-kun," Dengan senang Lily mengikuti Hajime

Ai memainkan tangannya, ia sedang gusar, seolah ada suatu pikiran yang mengganggunya

"Sayang?," Suara yang sangat ia kenal mengaburkan lamunannya

"Aoi, a-ada apa?," Ai segera berdiri sesaat mendapati sang calon suami berdiri di depannya

"Aku ingin menanyakan itu padamu, kau terlihat khawatir, ada pikiran yang menganggu mu?," Tanya Aoi sedikit berbasa basi

"... Tidak, tidak ada," Ai kembali duduk, entah mengapa tiba tiba mood nya menjadi buruk ketika berhadapan dengan Aoi

Aoi menghela nafas, ia berjongkok depan Ai, "hey, jangan sembunyi kan sesuatu dari ku," ucap nya penuh harap pada Ai

Ai melirik Aoi sekejap, "memang tidak ada apa apa," Ai berdiri mengambil tasnya, segera meninggalkan Aoi begitu saja

Sementara Aoi, ia terlihat sedih melihat tingkah Ai yang dingin padanya, apa yang salah darinya? Ia menyusul calon istrinya itu, tidak ingin sesuatu terjadi padanya

08.00 PM

"Tadaima!," Ryuki baru pulang. Ia meletakkan tasnya ke sofa dan mulai mencari sosok sang kakak yang tak menjawab salamnya itu

"Onee-san!," Teriak nya lagi, ia mencari ke seluruh ruangan namun kakaknya iti tak kunjung ketemu

"Onee-san!," Dua kali ia memanggil kakaknya itu, masih tak ada jawaban

"Hmm," ia berpikir sejenak, tidak biasa kakaknya itu keluar pada jam jam segini, maka satu ruangan yang belum ia periksa. Dapur, ya dapur, ia pun segera menuju dapur dan benar saja kakaknya berada di dapur dengan keadaan bersimbah darah disekitar tangannya serta pisau di sebelahnya, Ryuki sangat terkejut

"Onee-san!!,"

Hajime dan Lily berada di Tsukiuta Cafe, yang tak jauh dari tempat mereka bekerja

"Aku lebih baik pulang daripada menemanimu makan," gerutu Hajime dengan tampang datar menatap Lily

"Fufufu, Hajime-kun kau itu hanya perlu penyegaran sedikit," ucap Lily

"Cih, tidak perlu," Hajime acuh tak acuh

"Hmm, apa hanya perasaanku saja ya disini panas," Lily sedikit membuka beberapa kancing bajunya, berusaha mendapat perhatian Hajime. Namun sebaliknya, orang orang yang datang ke cafe itulah yang menatap ke arahnya, terlebih lagi para pria

Hajime yang merasakan sesuatu yang tidak enak, mulai tidak menyukai suasana itu, "bisa kau tutup lagi kancing baju mu itu?," Ucap Hajime sedikit menggertak Lily

"Eh? Kenapa? Aku kepanasan," jawab Lily dengan manja

"Meski panas, Naru hanya mengikat rambutnya, tidak membuka kancing bajunya. Dasar, apa mau gadis ini?," Hajime membatin kesal

"Sungguh, Lily tutup kancing mu lagi," kedua kalinya Hajime menggertak Lily

"Apa? Wah, kau memanggil namaku, coba sebutkan lagi~," Lily tampak menopang dagunya dengan kedua tangannya

"Aku tidak main main,"

"Apa!?," Ai terkejut mendapat kabar dari Ryuki

Aoi yang mengendarai mobil bisa melihat raut wajah calon istrinya yang panik serta matanya yang berkaca-kaca kaca

"Aoi.." Ai memegang tangan Aoi yang sedang menggenggam setir mobil itu

"Ada apa? Apa yang terjadi?," Aoi sesekali melirik Ai

Sementara itu, Ryuki masih kebingungan menunggu pemeriksaan dari dokter tentang kakaknya itu

Beberapa lama ia menunggu, pintu ruangan terbuka menampakan sosok berbaju putih, sang dokter. Ryuki bergegas menuju dokter tersebut untuk menanyakan keadaan kakaknya, "bagaimana keadaan onee-san, sensei?," Tanya nya sedikit tergesa gesa

"Dia hanya pingsan, tapi, banyak darah yang keluar, jadi kami membutuhkan seseorang untuk mendonorkan darahnya," ucap sang dokter dengan nada iba 

"Begitu.. darahku.." Ryuki menunduk, bahkan ia tak yakin jika darahnya itu sama dengan darah kakaknya karena ia sudah lama tak memeriksa kesehatan nya

"Bagaimana kalau saya periksa darah anda? Apakah cocok dengan pasien," sang dokter memberi harapan pada Ryuki





















To be Continued
Story By _AriseeAisee15_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro