MY LAST WORD - LET GO

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hanya air mata, penyesalan, dan suasana duka yang tercipta. Tak ada yang mengukir senyum di masing masing bibir. Bahkan, Lily, orang yang nyaris membunuh Naru, menangis karena penyesalan akan Naru yang tak berbuat jahat sedikit pun padanya. Betapa memalukan nya hal itu bagi Lily. Ia benar benar menyesal. Menyakiti Hajime secara tidak langsung melalui Naru yang nyaris ia bunuh.

Penyesalan, selalu datang terakhir.

°
°
°

Ketika kita berpisah, tidak peduli hari apa itu
Di luar itu tangisan yang di sembunyikan di balik hujan.

°
°
°

Aku menunggu mu
Ayo, mulai saat aku bertemu dengan mu lagi dengan senyum di masa depan

°
°
°

Sekarang, waktunya untuk melepaskan mu

°
°
°

Aku ingin kau tahu
Bahwa aku melepasmu pergi
Ini sangat sulit untuk berkata selamat tinggal
Tapi tidak ada alasan untuk lari dari kenyataan
Aku siap melepas mu

°
°
°

Hajime berdiri memandang dirinya yang terpantul dari cermin di depan nya. Ia sudah berpakaian dengan rapi, menambah kesan betapa tampan nya dia. Tak ada senyuman sedikit pun diwajahnya, karena ini adalah hari pemakaman kekasihnya sendiri.

Betapa sedih, betapa berdukanya hatinya. Betapa ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Naru harus dengan cepat pergi terbang meninggalkan nya.

"Aku menyia-nyiakan mu.. Naru.." ia tersenyum pahit lalu perlahan air mata yang ia bendung malah membanjiri pipinya. Ia mulai menangis mengingat kembali kenangan kenangan manis pahit bersama Naru. Betapa ia menyesal karena ia telah menyia-nyiakan seorang yang dengan tulus mencintai nya. Namun apa yang diberikan Hajime di saat saat waktu berpisah? Tidak ada kenangan, hanya sebuah rasa sakit yang tergores di hati Naru.

Namun, Naru tak menganggap seperti itu.

Ia tidak berani, ia tidak memiliki nyali untuk keluar, melihat Naru yang terbaring dengan damai, justru sebaliknya, yang ia lihat dari Naru adalah sebuah rasa sakit yang terus di berikan nya kepada Naru. Ah, betapa sulitnya mengucapkan selamat tinggal pada orang yang sangat sangat berarti dalam hidup kita ini.

Sekarang, waktunya melepas kebahagiaan itu. Melepas segala dan satu satunya yang Hajime pulang dan memberikan nya kembali kepada Sang Maha Esa di sana.

Ia menarik lalu membuang nafas perlahan. Berusaha tenang saat melepas kepergian sang kekasih, orang yang dicintainya dan memperkenalkan nya akan sebuah cinta.

"Hajime," Haru datang. Dengan nada dan raut wajah sedih. Bagaimana tidak? Melihat temannya sedih tentu ia turut merasakan nya. Betapa sakit di tinggalkan oleh seseorang yang belum bisa kita buat bahagia.

Hajime hanya menatap Haru sejenak. Ia tak berani melangkah kan kakinya, sulit, seolah ia tak rela untuk datang dalam acara pemakaman kekasihnya.

"Relakan saja Hajime. Memang sulit, tapi mau bagaimana? Kau harus tegar. Jika Naru terus melihat mu seperti ini, apa dia juga tidak ikut bersedih?" Haru mencoba membujuk Hajime yang masih tak mau menggerakkan kakinya.

"Maaf, ayo, kita segera kesana," hingga pada akhirnya, Hajime pun pasrah dan bersama sama dengan Haru menghadiri pemakaman sang kekasih.

Dan hingga mereka sampai, tak sedikit dari mereka yang datang benar benar berduka cita akan Naru. Sungguh hanya suasana sedih yang ada. Bagai awan hitam menaungi tempat tersebut. Bahkan Hajime, menangis sejadi jadinya ketika melihat Naru yang terbaring dengan damai. Kembali kepada Yang Maha Esa, dan tak dapat lagi bertemu dengannya. Sampai selama lamanya.

Tak lama kemudian, hujan mulai turun, beberapa dari mereka ada yang bernaung ada yang masih setia berdiri di depan batu nisan Naru dengan menggunakan payung. Salah satu nya adalah Hajime. Bedanya, ia tak menggunakan payung, ia membiarkan hujan mengguyur tubuh nya, membuat basah setiap anggota tubuh yang ada. Bahkan di samping itu, ia tak berhenti menangis, namun hujan, bagai menghapus setiap air matanya.

Ia masih setia berdiri di depan batu nisan Naru. Masih menyesal, ia tidak rela meninggalkan Naru. Secepat ini Naru meninggalkan nya yang tak sempat membuat nya bahagia. Mungkin kah ini pembalasan Tuhan padanya?

"Akan kah kau kembali? Apakah masih ada belas kasihan Tuhan padaku?.." Hajimd bergumam dengan penuh harap. Berharap agar suatu saat nanti, Naru dapat kembali ke kehidupan nya dan kembali mewarnai hidup nya yang sempat hitam dan putih.

"Aku tidak rela melihat Hajime seperti itu. Haru, tidak kah kau memberinya sebuah payung?" Kai merasa kasihan terhadap keadaan Hajime yang sekarang. Tidak ia sangka bahwa kematian Naru membawa pengaruh besar bagi seorang Mutsuki Hajime.

"Sudah ku tawarkan berkali kali pada Hajime untuk menggunakan payung atau berteduh, tapi ia tetap bersikeras untuk tetap berdiri dan membiarkan tubuhnya di guyur oleh hujan," jelas Haru yang turut prihatin.

"Hahh, kejadian ini benar benar menyiksa batin Hajime, nee?" Kai berkata.

"Yah, kau benar, Kai. Kita tidak tahu, kapan Tuhan akan memanggil kita atau orang yang kita sayangi. Tapi, percaya lah, sayangi mereka yang juga menyayangi mu sebelum Tuhan memanggil nya. Aku turut prihatin dengan keadaan Hajime yang saat ini dan ini kali pertama aku melihat nya seperti ini.." Shun mendadak menjadi sehat setelah melihat Hajime yang begitu tersiksa.

"Jika suatu saat kita bertemu, akan kah kau masih mengingatku? Mengingat semua kenangan kita? Aku ingin sekali lagi, bertemu dengan mu, di masa depan, dan bersama, kita akan bahagia. Maafkan aku yang tak bisa memberi sebuah kebahagiaan padamu. Aku mencintaimu, sungguh," Hajime bergumam dalam batin nya. Seraya air matanya masih menetes dan membanjiri pipinya. Namun air matanya itu tertutup hujan.

"A-Hajime-san! Ada sesuatu yang harus dan ingin ku berikan padamu," hingga Yoru datang dan ia merogoh sakunya. Di berikan nya sepucuk surat lengkap dengan amplop nya. "Coba kau baca," kata Yoru lagi.

Perlahan tapi pasti, Hajime membuka amplop tersebut dan mengeluarkan surat yang ada dalam nya. Yoru menaungi Hajime dengan payung yang digunakan nya agar surat yang dibaca oleh nya tak rusak karena air hujan.

Hajime terduduk. Menangis seraya memeluk batu nisan Naru. Menangis sejadi jadinya karena membaca surat yang tak lain adalah surat yang Naru tulis untuknya. Sungguh, ia tak merelakan Naru pergi dari sisinya.

Namun ia tak dapat merubah apa yang sudah terjadi dan tak bisa lari dari kenyataan.

°
°
°
Aku siap untuk melepas mu
Aku siap untuk melepas mu

°
°
°

Warna langit yang kita lihat bersama
Harumnya jalan yang kita lalui
Tolong jangan lupakan itu

°
°
°

Sekarang, waktu nya melepas mu

°
°
°

Aku ingin kau tahu
Bahwa melepas mu pergi
Ini sangat sulit untuk berkata selamat tinggal
Tapi tidak ada alasan untuk lari dari kenyataan
Aku siap untuk melepas mu

°
°
°

"Terima kasih, telah menemani sisa hidup ku, Hajime,"

°
°
°

Aku siap untuk melepas mu

°
°
°

Aku siap untuk melepasmu

°
°
°

Aku siap untuk melepas mu

°
°
°

"Aku siap untuk melepas mu.."

https://www.youtube.com/watch?v=wf68uK9D82o
























Story By _AriseeAisee15_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro