MY LAST WORD - LET YOU GO

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setitik demi setitik, perlahan air mata Naru jatuh dari pelupuk matanya. Hajime sudah gak ada lagi berada di sisi nya, bahkan di saat saat terakhir nya, ia tidak yakin Hajime akan tetap berada di sisinya. Ia ragu, apakah masih ada waktu dan kesempatan baginya untuk tetap berada di dunia bersama menikmati kebahagiaan yang ada bersama Hajime? Tapi, di sisi lain ia juga akan terus tersiksa hati dan batinnya jika ia salah melangkah.

Bagai menggoreskan sebuah tato di pikiran yang kunjung hilang bagai kenangan. Hanya bisa menangis dan menunggu hari esok datang. Membiarkan air mata jatuh pada surat terakhir yang di tuliskan nya untuk Hajime. Bahkan jika ia meletakkan penanya, sudah akhir darinya menulis surat terakhir itu.

Kita tidak bisa kembali ke waktu itu
Jika ada hal yang ingin aku lakukan, itu adalah memanggil nama mu
Bukan, tapi setidaknya menerima sedikit kesalahan mu
Ini sungguh waktunya untuk berpisah

Bagaimana pun, ia harus membuat pilihan. Mungkin berat. Namun harus ia lakukan. Karena hidup adalah pilihan.

Naru

Kita tidak dalam lingkaran takdir. Kita tidak di bawah kendali nasib. Apapun itu, semua terjadi karena sesuatu, pasti ada penyebab nya. Sesuatu yang menyebab kan hal itu terjadi.

Bahkan sekarang, aku tak dapat menghindarinya. Menghindari pun itu akan menambah masalah ku, mempersusah aku, menyiksa hatiku.

Jika aku mati sekarang, mungkin aku akan tenang di alam sana. Tapi selamanya aku tak akan dapat bertemu, menyentuh, mengawasi, memberi perhatian pada Hajime. Begitu sebaliknya, Hajime tak dapat melihat ku, menyentuh ku, bahkan ia juga tak dapat tertawa bersama ku. Layaknya waktu itu.

Kita tidak dapat mengulang apa yang sudah terjadi. Tak dapat mengulang apa yang sudah terjadi di masa lalu. Mengulang atau bahkan mengubah.

Tapi, aku, kita, bisa mengubah masa depan. Masa mendatang. Waktu ke depan yang akan datang yang setidaknya kita, aku berusaha memperbaiki kesalahan ku di masa lalu. Mengubah diriku yang saat ini agar di masa mendatang nanti, jika Tuhan mau, jika Ia berkenan, aku berharap kita dapat bertemu, lagi.

Bagaimana?
Apa kita memang harus berpisah?

Sesungguhnya aku tak bisa lagi menahan sakit ku ini. Bahkan kau.

Dan, saat itu tiba.

Kau harus rela melepas ku.
Terima kasih.

Sebelum perpisahan kita, lepaskan saja
Tapi aku kehilangan diriku di pertengahan labirin hatimu
Seperti mengubah stereo ke mono, jalan kita dan melanjutkan nya

"Besok Naru akan menjalani operasi nya?" Hajime terkejut ketika Haru bersama dengan Aoi baru kembali dari rumah sakit untuk menggantikan Hajime yang hari ini di sibukkan dengan pekerjaan nya sendiri. Ia meminta Haru dan Aoi untuk menjenguk kekasihnya itu.

Haru mengangguk, sementara Aoi hanya diam karena ia merasakan bahwa mendadak suasana menjadi tidak enak. "Ya, kita doakan saja dia yang terbaik. Aku yakin dia bisa menjalankan operasi ini dengan baik, Hajime. Jangan khawatir," Haru berusaha menenangkan Hajime.

Hajime hanya bisa mengangguk angguk, ia berharap seperti apa yang di harapkan nya. Dan berharap Naru akan tetap bersamanya nantinya. Hingga di masa depan nanti, hingga ia dengan yakin menjadikan Naru sebagai seorang pendamping nya.

Haru tersenyum. Namun sebenarnya, ia sangat khawatir dengan keadaan Hajime nanti nya jika Naru tak berhasil menjalankan operasi nya. Dan khawatir akan Naru tentunya. Ia hilang kan segala pikiran negatif tersebut, agar tak menghancurkan harapan Hajime yang begitu besar.

Sekarang waktunya untuk melepaskan mu
Aku siap, untuk melepaskan mu

Hari itu pun tiba.
Dimana semua nya sedang berada di rumah sakit untuk menunggu hasil operasi yang Naru jalan kan.

Namun perlahan, beberapa dari member tak dapat berlama lama disana, karena ada saja tugas yang harus mereka lakukan. Salah satunya, Hajime.

Ia kecewa, ia sedih. Tak dapat menemani kekasihnya menjalani operasi. Padahal, ia sudah berjanji, akan selalu di sisi Naru, selama operasi berlangsung. Nyatanya, ia ingkari janjinya sendiri. Sungguh merasa bersalah dirinya itu.

Dengan berat hati. Ia meninggal kan rumah sakit dan kembali ke pada dunia kerja nya.

Sekarang hanya tersisa Yoru, Aoi, dan Koi saja. Hanya mereka bertiga yang full kosong hari ini. Dengan senang hati akan terus berada di rumah sakit untuk menemani Naru, yang Naru sendiri takut untuk menjalankan operasi ini.

"Bagaimana kalau aku tidak berhasil? Bagaimana kalau tidak selamat?"

"Yoru, nee, Yoru," Aoi berkali kali memanggil Yoru yang keringat dinginnya mengucur dari dahinya. Ia tampak memikirkan dan mengkhawatirkan sesuatu.

"I-iya, a-ada apa?" Yoru mendadak gelagapan. Ia sedikit kaget saat Aoi menepuk nepuk pundaknya guna menyadarkan nya dari lamunan nya.

"Ada apa? Apa ada yang kau pikirkan?" Tanya Aoi dengan nada khawatir.

Yoru menunduk. Ia menjawab pertanyaan Aoi dengan gelengan. Namun sebenarnya, ia memikirkan kata kata Naru yang Naru ucapkan sebelum gadis itu masuk ke ruang operasi. Ucapan nya itu, terus terngiang di kepala nya. Bagaimana kalau benar benar terjadi? Bahkan pikiran negatif mulai menguasai otaknya.

Masih ia ingat betul, bagaimana ekspresi Naru yang begitu sedihnya ketika ia mengucapkan kata kata itu. Bagaimana tidak, meninggal kan seseorang yang di sayangi nya, yang bahkan ia belum tentu akan selamat setelah menjalani operasi ini. Yoru berusaha meyakinkan dirinya, bahwa Naru bisa, melewati operasi yang di jalan kan nya.

Aoi mengelus punggung Yoru. Ia tahu, bahwa teman seperhobi nya ini sedang gelisah, tingkat akut.

"Yoru-san! Aoi-san!" Hingga suasana yang gelisah itu di kejutkan dengan sebuah kabar yang Koi bawakan dari dokter secara langsung.

Apa yang membuatmu terlambat menyadari?
Siapa yang kau pikirkan ketika merasa jauh?
Kehidupan sehari hari ku tanpamu sangat tidak ku percaya, tapi aku tidak punya pilihan selain pergi
Untuk orang yang aku miliki, untuk benang merah yang terlalu mengikat
Aku tidak akan mencarinu
Jadi aku akan mengambil jalan terpisah, untuk alasan meninggalkan mu

°
°
°

Kabar itu bahkan sampai pada telinga Hajime. Tak hanya dirinya, orang orang yang mengenal Naru turut berduka cita, terlebih Hajime sendiri. Hal ini bahkan dengan berat hati Hajime menerima nya.

Sesegera mungkin ia menuju rumah sakit sebelum pekerjaan nya selesai. Tidak peduli, siapa saja yang menghalangi nya, tapi selama itu menghalangi ia untuk bertemu dengan Naru, ia tidak akan pernah berkata 'ya' pada seorang yang menghentikan nya. Siapapun, dan apapun itu.

Hanya air mata, penyesalan, dan suasana duka yang tercipta. Tak ada yang mengukir senyum di masing masing bibir. Bahkan, Lily, orang yang nyaris membunuh Naru, menangis karena penyesalan akan Naru yang tak berbuat jahat sedikit pun padanya. Betapa memalukan nya hal itu bagi Lily. Ia benar benar menyesal. Menyakiti Hajime secara tidak langsung melalui Naru yang nyaris ia bunuh.

Penyesalan, selalu datang terakhir.

















To Be Continued
Story By _AriseeAisee15_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro