MY LAST WORD - MISS

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

To : Naru
From : Hajime

Masih tidur ? Maaf menganggu. Gomenasai kalau aku tidak sempat menghubungi mu bahkan tidak mengirim pesan untuk mu

Membaca pesan yang terdengar singkat itu bisa membuat seorang Nakagawa Naru tersenyum di pagi hari yang terbilang menyusahkan dengan dirinya yang berdesak desakan, untuk menuju ke tempat ia bekerja, ia harus merelakan diri berdesak desakan

"Bagaimana ?," Haru menghampiri sang sahabat

"Entahlah, dia hanya membaca nya," tukas Hajime

"Haha, berpikirlah positif, mungkin ada suatu hal hingga dia tidak membalas langsung," ucap Haru

"Ya, aku tahu itu,"

"Sudahlah, yang terpenting kau sudah memberi dia kabar, meski terlambat," setelah berkata demikian, Haru mengakhirinya dengan kekehan

"Cih," Hajime ikut tertawa

"Kau tahu, ini kali pertama aku melihat mu jatuh cinta pada orang lain," ucap Haru

"Haha, aku manusia, setiap manusia punya perasaan, salah satu yang tak bisa manusia hindari adalah perasaan cinta-mencintai," jawab Hajime

Haru tersenyum mendengar jawaban sang sahabat

"Aku paham,"

Rasa rindu yang meluap tiap harinya, tidak ada waktu baginya untuk menemui seorang yang dicintai nya. Bahkan sampai detik ini pun, tidak satu dari mereka melangkah kan kaki untuk bertemu satu sama lain

Malam yang merupakan kesempatan untuk lepas dari segala yang diresahkan, namun pengecualian untuk rasa rindu mereka yang tidak tertandingkan dengan satu apapun

Naru memandang pemandangan malam dari balik jendela kamarnya. Cahaya rembulan menembus gelap nya malam, bintang bintang menari dengan cahaya mereka yang mereka kenakan sebagai gaun dansa

Bintang bulan dalam satu tempat, yaitu langit malam. Namun hubungan nya dengan Hajime bagaikan bulan dengan matahari yang terpisah antara gelap dan terang

Naru mulai kebingungan, apa yang harus ia lakukan ? Memegang ponsel nya lalu menelpon nya ? Tidak kah itu menganggu nya ? Banyak sekali tindakan yang terpikirkan oleh Naru, namun disisi lain juga banyak pertimbangan dari setiap tindakan nya dan semua nya menjadi serba salah

Memang intinya di dunia ini serba salah. Tapi tidak untuk tindakan yang kita ambil, itu pun tergantung kita yang menanggapi

Ryuki bingung dengan sikap kakaknya yang kian hari kian mengkhawatirkan. Sakit, tapi tidak istirahat, membuat nya pasrah akan sikap sang kakak

"Onee-san beris-"

Ucapan Ryuki terpotong tatkala mendengar bunyi pintu diketuk. Ia segera keluar dari kamar kakak nya itu dan membuka kan pintu untuk seorang yang mengetuk nya

Naru mengikuti Ryuki dari belakang

"Boleh aku masuk ?," Tanya seorang itu yang Ryuki jawab dengan anggukan dan mempersilahkan nya masuk

"Hajime ?," Pekik Naru ketika menyadari akan Hajime yang menyembunyikan identitas nya dari orang orang yang bertemu dengan nya

"Ah, kau menyadari nya," Hajime melepas masker serta kacamata dan topi yang di pakai nya itu

"Ryuki ! Suruh dia masuk !," Naru sedikit panik karena Hajime yang seketika membuka masker serta kacamatanya

Ryuki segera menuruti perkataan kakaknya itu, ia mempersilahkan Hajime untuk masuk. Sesaat ia mengingat sesuatu, "ah, onee-san aku harus pergi, ada sesuatu yang belum kuurus," ucapnya dengan cepat mengambil jaket dan tas nya

"Sekarang ? Um, baiklah, hati hati di jalan,"

"Ha'i, ittekimasu," Setelah mengucap kata itu, Ryuki segera keluar meninggalkan Hajime serta Naru berdua di apartemen

Rasa canggung meliputi keduanya, Hajime hanya duduk memperhatikan Naru yang sibuk menonton Televisi itu, sesaat ia mengingat perkataan Haru sebelum ia kemari

"Naru,"

"Hm," Naru hanya bergumam biasa menjawab Hajime

"Maaf, tidak memberi mu kabar saat itu," Hajime mendekatkan duduk nya pada Naru

"Oh, lalu apa mau mu datang kemari ?," Naru menatap Hajime dengan tatapan biasa

Hajime menunduk sesaat, lalu menatap Naru dengan sedikit tersenyum, "aku merindukan mu, ya, untuk sesaat aku sedang kosong,"

Naru sedikit merona, "s-sungguh ?,"

"Apakah wajah ku ini terlihat bercanda ?,"

"Ck,"

Sesaat mereka tertawa bersama, namun suara ponsel Hajime berdering hingga membuat mereka berhenti tertawa

"Maaf, aku harus pergi," Hajime sesaat berdiri, Naru mengikuti Hajime yang beranjak dari tempat duduknya

"Se-sekarang ?,"

Hajime tersenyum, "iya, gomenasai, kalau ku ada waktu pasti akan menyempatkan diri ke sini,"

"Oh, ha'i," Naru menundukkan kepalanya. Memang benar, dengan segala pekerjaan yang Hajime miliki, ia tidak bisa berlama lama dengan nya seolah waktu memisahkan keduanya untuk bertemu

"Hey, jangan sedih seperti itu, aku jadi susah untuk meninggalkan mu kan ?," Hajime sedikit terkekeh seraya menepuk pelan kepala Naru

"Hm, baik baik, sekarang cepatlah pergi sebelum Tsukishiro-san marah karena kau terlambat," Naru mendorong kekasihnya itu menuju pintu

"Ah, sebentar, kacamata dan masker ku," Hajime membalikkan badannya, namun sayang kaki nya tersandung kaki Naru. Alhasil, Hajime menindih Naru karena ulahnya itu

"A-a.." Hajime terperangah sesaat, ia menatap Naru sedikit lama. Begitu juga sebaliknya dengan Naru

"Sumima.. sen.." Ai membuka pintu apartemen Naru, ia terkejut melihat Hajime dan Naru yang saling, entahlah pikirannya tidak jernih saat ini. Ia hanya menatap kedua insan itu yang juga menatap nya

Tersadarlah Naru akan apa yang di lakukannya, segera ia mendorong tubuh Hajime darinya, "i-ini tidak seperti yang kau bayangkan !," Ucapnya cepat untuk mengaburkan pikiran Ai itu

"I-itu.. ah iya, aku kemari untuk menjemput Hajime-san, aku mendapat kabar kalau Hajime-san berada di apartemen Naru-san," Ai segera mengalihkan topik pembicaraan agar ia terlihat seperti orang yang tidak mengetahui apa apa

"Oh, iya, ehm, Naru, aku pergi dulu," Hajime segera membalikkan badannya untuk menyembunyikan rona merahnya itu, agar Naru tak melihatnya yang blushing diam diam

"I-iya," Naru menjawab dengan sedikit gugup karena mengingat apa yang baru saja terjadi

Hajime melangkah pergi dari apartemen Naru sesaat mendengar Naru menjawab salam pamitnya. Ai masih berada di ambang pintu untuk menunggu Hajime keluar dan menuju mobil terlebih dahulu, meski Hajime sudah tidak terlihat oleh keduanya, nyatanya Ai masih diambang pintu apartemen Naru

Naru segera menghampirinya, "ehem," ia berdehem guna mengambil perhatian Ai

"Ada apa Naru-san ?," Tanya Ai dengan polosnya

"Lain kali ketuk dulu sebelum membuka pintu orang ! Itu tidak sopan," Naru mencibir

"Eh ? Eheh gomen gomen, aku terburu buru tadi," Ai menggaruk tengkuknya malu

"Huft, sudah lah, aku harap kau melupakan kejadian tadi, dan jangan menyebar luaskan hal ini," Naru menekankan peringatan nya itu

"Ha'i ha'i, tidak perlu khawatir, saa au harus pergi, jaa," Ai sedikit berlari kecil meninggalkan Naru

"Dasar calon istri Ouji !," Ledek Naru sedikit berteriak, dengan sengaja agar Ai mendengar nya

"Hey !!," Ai membalas dengan kesal

Malam menggantikan pagi. Langit biru berubah gelap gulita. Bintang yang bertebar dari ujung hingga ke ujung pun menghiasi malam yang gelap itu

Hajime berada di dorm, ia tidak pulang ke rumah karena merasa kesepian disana. Pikirannya melantur kemana mana, selain memikirkan pekerjaan nya itu, otaknya kembali mengingat orang tuanya nya yang telah tiada. Ya, dia hidup sebatang kara, tanpa orang tua ataupun saudara, namun hal itu tidak membuatnya merasa rendah, ia bahkan bertahan hingga saat ini

Di samping itu, ia juga merindukan sosok seorang yang di cintainya. Tentu saja, dia lah Naru, seorang yang sama seperti nya namun ia tak hidup sebatang kara, ia masih memiliki seorang saudara

Mungkin, apa yang Haru katakan adalah benar, ini kali pertamanya ia mencintai seseorang, ini kali pertamanya ia merindukan seseorang. Rasa rindu pada seseorang itu, yang sempat tak bisa ia tahan, malah mengundang kekacauan saat ia berada di tengah pekerjaan. Contohnya saja hari ini, sesaat ia bertemu dengan Naru dan pulang dari apartemen nya, ia teringat akan hal yang baru saja menimpanya, merasa tidak bisa menghilangkannya, ia pun hilang konsentrasi saat pemotretan, syukur sang photographer adalah Ai

"Merindukan seseorang ?," Ucap Haru yang duduk disamping Hajime

"Hm ?," Hajime mempertanyakan hal yang baru saja Haru ucapkan

"Itu lah yang raut wajahmu katakan," Haru tersenyum pada Hajime

"Dasar, sedang apa kemari ?," Tanya Hajime

"Hanya melihat mu yang termenung sedari tadi. Nee, kau baik baik saja ? Ai bilang kau ada sesuatu yang kau pikirkan hingga menghilangkan konsentrasi mu tadi,"

"Hm, itu, hanya pikiran kecil saja, gak perlu dikhawatirkan,"

Haru melirik Hajime sesaat,"Begitu, hey, besok jadwal adalah syuting bersama aktris," celutuk Haru

"Maksud mu ?," Hajime mempertanyakan hal yang baru saja Haru katakan

"Tadi Ai sempat memberi ku jadwal kegiatan kita semua, kebetulan aku melihat jadwal kegiatan mu besok. Yaa, seperti yang ku katakan tadi, kau akan syuting bersama aktris lain," jelas Haru dengan senang hati

"Oh, begitu," Hajime mengangguk paham

"Kau baik baik saja dengan ini ?," Haru bertanya dengan sedikit kekhawatiran diwajahnya

"Tidak, memang nya kenapa ?," Hajime bertanya balik

"Hanya, tidak ingin ada sesuatu padamu," Haru tersenyum tipis

Haru adalah sahabat setia Hajime. Semenjak Hajime menjalin hubungan dengan Naru, ia selalu memberi dukungan pada Hajime dan membantunya untuk mencuri waktu agar Hajime dapat bertemu dengannya. Tidak banyak yang di lakukan Haru, tapi selalu Hajime hargai apapun itu bentuknya. Sesekali ia memberi Hajime teguran dan juga saran tentang tindakan Hajime yang sedikit kurang tepat, maka dari itu, ia menjadi tahu apa yang Hajime hadapi saat ini maupun saat yang lalu

Setidaknya dengan begitu, Haru menjadi tahu bagaimana rasanya mempunyai seseorang yang sangat berharga. Bagi masing masing orang, pasti memiliki sesuatu yang berharga, tidak peduli apapun itu bentuknya

Naru adalah seseorang yang sangat berharga bagi Hajime, karena dialah yang telah mengajarkan Hajime sebuah arti cinta dan rasanya. Meski ia masih dalam tahap belajar untuk mengenal Naru lebih dalam

"Hahh, dasar Hajime," gumam Haru yang mungkin tak di dengan oleh Hajime










Story By _AriseeAisee15_
The Continuation Story From First Love


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro