MY LAST WORD - YOUR LAST DAY

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kata kata yang Naru nanti, kata kata yang ingin Naru dengar dari mulut orang yang dicintainya, akhirnya ia dapatkan juga. Bahkan menjadi hadiah spesial nya di hari ulang tahunnya ini. Meski terlambat dan hari ini akan berakhir, namun Naru, bahkan hatinya berteriak senang. Perlahan, senyum manis terulas disudut sudut bibirnya.

"Kau tahu? Aku merindukanmu," ucap Hajime mulai merengkuh kedua bahu Naru. Bisa ia lihat wajah bahagia kekasihnya yang seolah memancarkan sinar kebahagiaan juga padanya. Perlahan ia tersenyum pada Naru.

Naru sedikit memerah di bagian pipinya. Ia sembunyikan itu dengan senyuman, "aku juga. Terima kasih, atas semuanya. Dan, maaf jika aku membuat mu terganggu karena harus datang di hari ulang tahun ku. Ah, apa bagimu dengan aku berulang tahun kau menganggap ku penting?" Kini Naru menatap sendu Hajime.

Hajime menggeleng seraya tersenyum simpul. Ia menggandeng Naru ke belakang dorm. Dimana di belakang dorm itu terpadat sebuah taman kecil untuk para member mengistirahatkan diri. Ia dan Naru duduk di bangku panjang di taman tersebut. Menikmati pemandangan malam yang indah.

Naru hanya diam seraya menunggu Hajime agar memulai pembicaraan nya. Ia sedikit memainkan jarinya karena merasa canggung dengan suasana yang tak biasa ini.

"Kau tidak menganggu ku, sama sekali. Justru, aku yang selalu menganggu mu," ucap Hajime pada akhirnya membuka pembicaraan. Apa yang Hajime katakan itu membuat Naru sontak menatap Hajime heran.

"Maksud mu?" Tanya nya yang benar benar tidak mengerti dengan apa yang Hajime katakan.

Hajime menghela nafas, "kau tahu? Aku selalu pergi tanpa mengabarimu. Banyak sesuatu yang menghalangi ku. Jarak, waktu, pekerjaan, itu semua menghalangi ku untuk bertemu dengan mu. Aku ingin, ingin sekali bersamamu, setidaknya, menghabiskan sehari ini dengan mu tanpa ketiga hal itu menganggu ku. Kenapa aku bisa menganggu pikiran mu? Itu karena tindakan ku yang membuat mu khawatir, takut, dan tidak yakin jika aku masih terus bersamamu," jelas Hajime panjang lebar. Ia berharap bahwa Naru akan mengerti maksud dari lubuk hati terdalam nya.

Naru menyandarkan kepalanya pada bahu Hajime. Tentu saja, Hajime hanya bisa mengamati Naru dengan heran. "Memang benar. Aku khawatir, takut aku akan kehilangan mu. Bahkan aku sempat berpikir bahwa kau tak lagi mencintai ku karena 'dia'. Aku berpikir bahwa cinta ini bertepuk sebelah tangan. Aku berpikir bahwa kau sudah berubah. Tapi, disisi lain, aku mencoba berpikir positif, bahwa kau masih ada bersama ku, bahwa kau mungkin sibuk dengan banyak nya urusan mu di luar sana. Aku tahu, beratnya menjadi dirimu," ucap Naru perlahan memejamkan matanya. Mengingat semua kenangan Hajime bersamanya. "Tak terasa, jika aku dan kau bisa bertahan sampai sejauh ini, itu tandanya kau masih mencintai ku, itu yang menjadi pikiran utama ku saat kau tidak ada di samping ku," lanjut Naru dengan lancarnya mengatakan semua itu pada Hajime.

Hajime terharu dengan apa yang Baru katakan tentang nya. Sungguh, Tuhan memberikan seorang malaikat yang benar benar mau mengerti tentang nya, meski Naru kadang di luar kata 'anggun' sebagai seorang wanita. Tapi, hatinya tak sama seperti apa yang terlihat. Hajime merangkul Naru dan mengecup kening sang kekasih. Ia sungguh berterima kasih pada yang Diatas dan lega saat Naru mau memahaminya. "Soal dia, dia bukan siapa siapa yang benar benar mengerti aku. Sementara kau, meski kau keras kepala, setidaknya kau.. yang utama di hatiku," ucap Hajime menatap bintang bertabur menghias langit malam.

Naru terkekeh, "keras kepala ya? Ya sudahlah," untuk kali ini, Naru tak ingin berdebat. Ia ingin menghabiskan waktunya bersama Hajime dengan penuh kedamaian, ketenangan, dan rasa hangat dari cinta Hajime sendiri.

Mungkin, tak semua yang di pikirkan nya tentang Hajime itu benar. Tak semua yang ada dalam dirinya salah. Hanya perlu kepercayaan dan kesetiaan masing masing, itu pun lebih dari cukup.

"Hahh... Naru-san yang berulang tahun, kita juga yang harus membereskan nya," gerutu Ai seraya berkacak pinggang melihat keadaan dorm yang bagai kan kapal dilanda ombak. Berantakan disana sini, bukan lah hal yang dia suka.

Haru terkekeh, "biarlah mereka berdua dengan mesra untuk sementara waktu. Bukan kah mereka jarang bertemu? Baik sekali jika kita membereskan ini dengan cepat, aku yakin Hajime akan ikut mengomel dan membela Naru soal itu," Haru mulai memunguti sampah yang berdesakan dimana mana. Diikuti member lain yang membantu nya.

Ai tersenyum simpul. Ia segera membantu dan setidaknya, ia mengambil sedikit pelajaran dari hari ini.

Dendam, benci, dan kecemburuan. Semua hal itu menyelimuti Lily saat ini. Hal hal busuk, jelek menyelubungi hatinya yang benar benar merasa tersakiti karena Hajime.

Kenapa? Kenapa wanita itu yang lebih dulu mendapat cinta dari Hajime? Pikirnya berulang kali dan masih tetap sama dari waktu ke waktu. Siapa lagi kalau bukan karena ia cemburu, menyimpan benci, memiliki dendam pada Naru? Mungkin hal biasa, biasa biasa saja, tetapi, Lily bukan lah seorang yang melepas targetnya begitu saja.

Ia mengambil sebilah pisau dari atas meja nya. Yang selalu tersedia disitu. Kemudian, ia lemparkan pisau itu pada sebuah foto seorang wanita yang menjadi target nya, Naru. Lily benar benar ingin mengakhiri hidup seorang Nakagawa Naru.

Lily menunjukan senyum iblisnya. Dengan senangnya ia tertawa dengan penuh rasa dengki di hati nya. "Tunggulah, hari terakhir mu, Nakagawa-san!" Ucapnya lalu ia tertawa lagi sepuas puasnya melampiaskan seluruh emosi nya dan rasa dengki di hatinya. Bahkan ia rela untuk mabuk mabukan malam ini. Ia sempat berhalu, setiap orang yang memasuki ruangannya, ia akan anggap sebagai Naru, hingga hampir ia membunuh seorang yang masuk ke ruang nya itu. Salah satunya pelayan nya. Maka, tak ada yang berani dari mereka yang mau memasuki ruangan Lily yang masih penuh dengan kedengkian itu. Di tambah lagi ia sedang di landa sakit hati karena Hajime.

Hari dimana merupakan hari terbaik bagi Naru pun berakhir. Memang semua tak akan bertahan lama, namun akan berubah menjadi kenangan. Ia akan terus ingat akan hari spesialnya itu bersama dengan orang orang tersayang nya. Terlebih lagi, Hajime sebagai hadiah yang sangat istimewa dalam hari ulang tahun nya itu.

Kebetulan, jadwal nya di taman kanak kanak sedang padat. Agar tak terlambat dan pekerjaannya dapat terselesaikan dengan segera, maka ia pun berangkat saat ini juga. Meski waktu masih menunjukan pukul 6 pagi yang artinya taman kanak kanak tempat ia mengajar belum terbuka gerbangnya. Bahkan disana pasti masih sepi.

Ia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Memastikan bahwa tak ada kendaraan yang lewat terlebih dahulu dan untuk tetap berhati hati. Tentu dia tidak ingin menyetorkan nyawanya untuk itu. Setelah dirasanya sepi, maka ia pun mulai menyebrang.

"Halo?" Namun, seseorang menelpon nya yang membuat ia lengah terhadap satu mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Sang pengendara dari mobil itu sendiri telah membunyikan klakson nya pertanda agar Naru segera menyingkir. Alhasil, Naru hanya bisa mematung seolah kakinya membeku.

"Kemarin sungguh menyenangkan ya?" Kata Iku yang menghampiri ruang dimana para member berkumpul. Anggaplah ruang keluarga. Dengan senangnya ia menceritakan kembali kejadian kemarin.

"Tentu, jika Naru senang, kita semua senang," Kai menyetujui perkataan Iku.

"Bagaimana dengan mu Hajime? Tentu senang kan jika Naru masih bersamamu sampai hari ini?" Tanya Haru pada Hajime yang sedang meminum kopi hitamnya itu.

Hajime tersenyum, "iya, lebih dari yang kau katakan," ucap Hajime lalu meletakkan cangkir yang berisikan kopi panas itu.

Haru tersenyum dengan jawaban dan ekspresi yang Hajime berikan. Seolah energi positif terpancar dari Hajime.

"Minna-san, sebaiknya kalian lihat ini," Kata You yang mengalihkan perhatian beberapa member yang sedang lowong itu. "Terutama kau, Hajime-san," ucap You yang mulai mengambil remot dan memperbesar volume televisi yang sedang menayangkan sebuah berita itu.

Hajime hanya memperhatikan You sejenak lalu memperhatikan Televisi yang mana volume nya itu keras. Sebuah berita tertayang disitu.

"Ditemukan seorang wanita yang menjadi korban tabrakan. Menurut saksi mata, wanita ini sedang berbicara melalui telepon yang membuat nya lengah terhadap mobil yang tengah melaju dengan kecepatan tinggi,"

Hajime menukikkan alisnya, ia tidak paham apa yang You maksud, "maksudmu?" Ia menatap You dengan heran.

"Lihat saja," jawab You singkat, jelas, tidak basa basi.

Hajime pun memperhatikan.

"Ini lah saksi yang melihat kejadian itu secara langsung. Bagaimana menurut Anda Lily-san?"

"Tunggu, apa? Siapa yang dia sebut tadi?" Hajime sontak membelalakkan matanya. Telinga nya tiba tiba terbuka sesaat setelah mendengar nama yang tak asing baginya.















To Be Continued
Story BBy_AriseeAisee15_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro