Bab 29 { Test Patience }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Letakan tabung cairan itu, Hanare-san,"

Raut terkejut tak bisa lagi di sembunyikan wanita itu saat sebuah kunai melintang di depan lehernya, "Hmm sepertinya aku mengenal suara ini di suatu tempat. Oh ya, kau gadis yang begitu di cintai Kakashi hingga ia selalu mengabaikanku kan?"

"Berhentilah bicara omong kosong dan menyerahlah atau kunai ini akan melukaimu, shannaro,"

"Haa rupanya kau sudah tertular penyakit kurang ajar suamimu, hingga berani mengacungkan senjata pada orang yang lebih tua,"

"Urusai na, aku hanya menghormati seseorang layak di hormati saja,"

Hanare seketika tersenyum dan tiba-tiba menepis kunai itu hinga Sakura terdorong mundur beberapa langkah, "Kau datang kemari pasti ingin mendapat penawar agar Kakashi menjadi manusia lagi kan?" Tanyanya namun Sakura tak menjawab apapun dan hanya menatapnya dengan datar.

"Kau mau penawarnya atau tidak?"

"Apa syaratnya?" Tanya baliknya membuat Hanare seketika mengernyit lalu tersenyum simpul sembari kembali menuangkan beberapa cairan pada tabung itu, "Hmm sejak dahulu Uchiha memang tidak pernah gagal mendidik sekaligus membentuk istrinya sebagai senjata. Aku sangat kagum, kau pasti akan jadi sesuatu yang begitu berguna sekaligus berharga seperti harta karun,"

"Hanare-san ..."

"Aku tahu ... Aku sangat tahu kau tidak sesabar suamimu saat menanti keputusan atau jawaban jadi aku tidak akan bertele-tele lagi,"

Sang gadis musim semi semakin meningkatkan kewaspadaannya saat wanita itu berbalik, menunjukan tabung yang ia pegang kini telah berubah warna menjadi merah, "Aku akan menyerahkan penawar ini tapi kau harus memenuhi dua syarat dariku,"

"Katakan,"

"Pertama, aku tidak ingin menjadi tahanan. Kedua kalahkan rubah itu," Ucapnya yang seketika membuat Sakura menyadari ada seseorang di belakangnya.

Dengan begitu cepat ia berbalik, menahan sebuah balok kayu yang akan di pukulkan pada kepalanya. Manik emeraldnya kembali menajam begitu melihat sosok yang akan memukulnya adalah sang putri Shina, Luna. Ia pun segera menghempaskan balok kayu itu hingga Luna hampir ikut terpental.

"Jadi kau dalang semua kekacauan ini shannaro?"

"Kalau ya kenapa? Sudah ku katakan sebelumnya kan kalau lebih baik Shisui mati daripada menjadi milik orang lain," Ucapnya sembari melayangkan tinjuan yang langsung di tepis oleh Sakura.

"Kau benar-benar tidak waras shannaro!"

Brak!

Sebuah tendangan dari sang gadis musim semi sukses membuat putri Shina itu terdorong mundur dengan begitu keras hingga menghancurkan tembok beton rumah itu dan jatuh terjerembab di tumpukan salju. Manik keemasannya semakin berkilat tajam saat ia perlahan bangkit berdiri, menatap Sakura yang tengah berjalan cepat keluar dari tembol rumah itu.

"Kōri no kyūden!" Teriaknya sembari menggerakan jarinya dengan cepat, membuat dua buah tangan besar yang terbuat dari es keluar dari tanah dan langsung memenjara sang gadis musim semi.

"Haa kau tidak akan bisa keluar dari sana, monster merah muda,"

"Hmm kata siapa? Kau fikir penjara ini mampu menahan kemampuanku shannaro!" Teriaknya di iringi layangan tinjuan yang begitu kencang hingga tanah di sekitarnya bergetar dan hampir membuat salju di sana longsor.

Angin seketika berhembus kencang membentuk lekukan bagai gulungan ombak saat Sakura berhasil menghancurkan sel es itu. Luna seketika mengangkat tangannya dan menyembunyikan wajahnya saat serpihan kristal es melesat begitu cepat ke arahnya.

"Sialan! Shiroi!" Teriaknya membuat tanah kembali bergetar.

Sakura seketika memfokuskan tatapannya pada sang iblis harimau yang tiba-tiba berdiri di sisi Luna, "Gadis sialan itu mencoba melukaiku, cepat habisi dia!" Ucapnya membuat Sakura seketika memasang kuda-kuda, bersiap menahan setiap seragannya.

Namun, bukannya menyerang Shiroi malah berubah wujud menjadi manusia lalu mengibaskan kipasnya dengan kencang dan menutup mulutnya agar bisa menguap lebar sembari meregangkan tangan kirinya yang masih berbentuk seperti tangan harimau, "Hoaaamm! Manusia kurang ajar, kau selalu saja mengganggu tidurku. Kali ini apa maumu?"

"Habisi gadis sialan itu Shiroi-sama!" Teriaknya membuat iblis itu menoleh pada Sakura lalu tersenyum dan melambaikan tangannya, membuat kedua gadis itu kebingungan.

"Shiroi apa yang kau lakukan? Cepat habisi dia sialan!"

"Tidak mau!" Tolaknya sembari bersedekap dan mendengus ke arah lain.

"Hah? Beraninya kau menolak perintahku, apa kau lupa pada janjimu sialan!"

"Jaga ucapanmu itu manusia!" Teriaknya membuat angin dingin kembali berhembus diantara mereka dan membuat Sakura langsung  merinding, "Aku memang berjanji akan memenuhi semua keinginanmu tapi tidak dengan satu hal, yakni aku tidak akan ikut campur dalam urusan yang menyangkut nama Uchiha dan Qhasmi,"

"Qhasmi? Dia bukan seorang Qhasmi!"

"Dasar manusia bodoh! Dia seorang Qhasmi, aku sudah melihat anugerah itu ada di dalam dirinya. Aku masih ingin melihat wanita cantik jadi aku akan kembali ke tempatku sekarang jaa!"

"Shiroi kau mau kemana kucing aneh! Dia bukanlah seorang Qhasmi!" Teriaknya namun iblis itu malah menghilang dari sana, "Cih sialan!"

Manik keemasannya kini kembali membidik sang gadis musim semi dengan begitu tajam. Gemeretak kepalan tangannya benar-benar terdengar menggema di puncak yang sunyi itu, "Qhasmi hah? Kau dan Hanasta sama saja, kalian tidak layak mendapat gelar kehormatan tertinggi itu, kalian bahkan tidak pantas menyandang nama Uchiha! Hanya aku yang pantas!" Teriaknya sembari berlari menghantamkan tinjuannya pada Sakura yang langsung menepis juga memukul balik putri Shina itu.

Benturan kekuatan chakra yang begitu besar dari kedua wanita itu membuat tanah bersalju di sekitar mulai retak. Kristal-kristal es yang begitu tajam dari Luna terlihat melesat begitu cepat bak hujanan anak panah yang menembaki dan mengoyak tubuh Sakura tanpa henti.

Hamparan salju di sana sudah berubah menjadi merah layaknya sungai darah. Walau keduanya sudah terluka parah, perkelahian itu tidak kunjung berhenti. Luna yang sudah tak bisa menggunakan kekuatannya kini menyerang Sakura dengan tangan kosong. Ia terus mencoba untuk memukul atau menendang perut Sakura, namun usahanya sia-sia karena begitu kakinya terangkat gadis musim itu langsung menangkap juga memelintirnya hingga ia berputar lalu jatuh dengan begitu keras.

Buak!

Luna semakin jatuh tersungkur saat Sakura menendang wajahnya dengan begitu keras hingga suara retakan tulangnya terdengar nyaring. Dengan langkah tertatih dan napas terengah Sakura perlahan mendekati sang putri Shina yang terlihat sudah tak sadarkan diri.

Gadis musim semi itu seketika jatuh terduduk di hadapan Luna karena tubuhnya sudah benar-benar lemas dan tak bisa mentoleransi rasa sakit lagi. Saat ia akan memasangkan borgol chakra, Luna tiba-tiba bangkit dan menampar wajahnya dengan kipas hingga jatuh tersungkur, "Beraninya kau merusak wajah cantikku!"

Plak!

Sakura pun segera bangkit lalu menampar balik Luna hingga ia kembali berbaring di tanah, "Wajahmu tidak seberharga wajahku shannaro!"

Sang putri Shina yang tak mau terima dengan kekalahannya pun segera bangkit mendorongnya hingga ia jatuh lalu meninjunya. Sakura yang juga benar-benar sudah muak dengan keadaan itu segera menjambak rambutnya lalu membenturkan kepalanya ke tanah. Hingga perkelahian mereka kembali memanas, kedua gadis itu nampak terus berguling saling mencakar, menggigit, meninju hingga menjambak satu sama lain seperti kucing.

Hingga tiba-tiba seseorang pria berpakaian serba hitam muncul di belakang Sakura dan langsung memukulnya dengan linggis hingga ia seketika ambruk tak sadarkan diri.

"Haa kau benar-benar terlambat pengawal sialan!" Teriak putri Shina itu.

"Sumimasen Luna-sama, penjagaan di wilayah kita sangat ketat sekarang jadi saya tidak bisa menyelinap keluar dengan bebas," Ucapnya sembari membantu gadis itu duduk.

"Kita harus segera kembali sebelum fajar atau orang-orang akan curiga,"

"Tapi bagaimana dengan dia? Jika para anbu Konoha tahu gadis ini mati di sini maka akan menjadi masalah besar bagi kita dan kedua desa," Jelasnya sembari membalikan tubuh Sakura lalu mengecek nadi pada pergelangan juga lehernya.

Luna seketika terdiam beberapa saat lalu mengambil sebuah tanto dari balik kimononya, "Dia akan mati di sini dan tidak akan ada yang menemukannya jika kita buang mayatnya di dasar danau es atau di bawah salju,"

"Baiklah, Luna-sama,"

Saat putri Shina itu mengangkat tinggi-tinggi tanto itu untuk menusukannya pada dada kiri Sakura agar ia benar-benar mati. Sebuah tangan tiba-tiba menahannya hingga gadis itu terbeliak kaget melihat sosok seorang wanita yang berpakaian serba putih dengan wajah tertutup veil panjang di sisinya, "Ha ... Han?"

Mulutnya seketika terbungkam oleh angin tiba-tiba berhembus dengan begitu kencang di sana, suasana juga menjadi lebih dingin juga menyesakan dada hingga Luna maupun pengawalnya terbatuk seperti seseorang yang tengah di cekik. Serpihan kristal-kristal es di sekitar mereka seketika berkumpul membentuk begitu banyak tombak es yang melayang di udara dan terlihat mengepung Luna juga pengawalnya dari berbagai sudut.

Saat tombak itu akan melesat pada mereka sosok wanita berkimono putih itu tiba-tiba meneteskan air matanya. Isakannya juga terdengar begitu dalam hingga membuat bulu kuduk berdiri.

"Shi ... Shisui ..." Gumam Sakura yang perlahan mulai sadar, membuat sosok itu menoleh lalu bergerak mendekatinya.

Saat sang gadis musim semi akan membuka matanya, sosok itu buru-buru mengulurkan tangannya yang benar-benar putih bahkan sangat pucat untuk menutup matanya hingga ia kembali tak sadarkan diri. Dengan begitu lembut sosok itu nampak menyisipkan helaian rambut Sakura yang menutupi wajahnya ke belakang telinga lalu menyentuh setiap inchi wajahnya yang sudah terlumuri darah.

"Taichou ... " Bisik sosok itu sembari mengecup punggung tangan Sakura lalu menghilang dari sana bersamaan dengan redupnya badai salju di sekitar mereka dan hancurnya tombak-tombak kristal itu.

"Sakura!" Teriakan suara seorang pria seketika membuat Luna tersadar dan langsung menoleh dengan ekspresi yang begitu terkejut saat melihat sang bungsu Uchiha tengah berlari menghampiri mereka.

"Ba ... Bawa aku pergi dari sini dengan cepat!" Teriak Luna yang membuat pengawal itu buru-buru menggendongnya.

Sasuke seketika mendecih kesal saat menangkap bayang Luna sudah melompat turun dari tebing. Pria itu pun segera menjatuhkan diri di sisi Sakura lalu memangku juga memeluknya dengan sorot yang begitu ketakutan, "Sa ... Sakura bangunlah. Ku mohon," Ucapnya dengan begitu gemetar sembari menepuk-nepuk pipinya.

"Istrimu terluka parah, lebih baik kau langsung bawa dia ke rumah sakit daripada mengoceh tidak jelas,"

Sang bungsu Uchiha seketika begitu terkejut saat melihat sosok Hanare tiba-tiba ada di sisinya sembari meneteng sebuah koper besar, "Kau?"

"Aku sudah berjanji pada Sakura untuk terus mengikutinya setelah ia mengalahkan Luna. Jadi cepat bawa istrimu ke rumah sakit, ia sudah terlalu banyak mengeluarkan darah,"

"Sakura bukan istriku dia ..."

"Dia?" Tanya balik Hanare membuat bungsu Uchiha itu mengepalkan tangannya kuat-kuat sembari berpaling, "Dia ... Saudariku, istri dari Shisui-san,"

"Ohh maaf, ku kira kau suaminya karena yang aku dengar kalian sudah menikah beberapa bulan lalu,"

Sasuke yang tak ingin membuka luka lama pada hatinya segera bangkit menggendong Sakura dengan kedua tangannya, lalu bersiul memanggil Alpha juga Bomber yang langsung berlari mendekat sembari menyeret ketiga penjahat yang sudah di amankan oleh Sakura hingga membuat sang bungsu Uchiha melongo.

"Ha ... Hanare-san, kenapa ketiga pria ini di ikat dan siapa yang sudah melukai mereka separah ini? Hanya para petinggi militer yang bisa melukai seseorang dengan begitu brutal seperti ini,"

"Petinggi militer itu ada di dekapanmu," Ucap Hanare dengan penuh keyakinan membuat bungsu Uchiha itu semakin ternganga dan langsung menatap kembali sang gadis musim semi, "Dia? Sakura mana bisa melakukan itu! Paling parah dia meremukan tulang seseorang bukan menyayat-nyayat atau mencabik mereka seperti hewan buas,"

"Nee dulu dia sangat tidak mungkin melakukan itu tapi sekarang berbeda. Apalagi dia menikah dengan pria modelan Shisui yang sudah terkenal sebagai satu-satunya petinggi militer berdarah dingin hingga di beri julukan malaikat kematian Konoha," Jelasnya membuat Sasuke terdiam beberapa saat lalu menyentuh beberapa luka menganga pada wajah gadis yang masih ia cintai itu.

"Hanare-san, apa kau tahu jalan pintas untuk turun? Jika kita berjalan kaki akan memakan waktu 5 jam mungkin lebih karena aku tak sanggup menggendong Sakura lama-lama. Ia semakin berat sekarang," Alihnya.

"Uhmm ... Sepertinya aku pernah melihat gua pertambangan di sekitar sini. Jika kita bisa menemukannya mungkin ada kereta untuk turun dengan cepat di sana,"

"Pertambangan?" Ulang bungsu Uchiha itu sembari menggulirkan manik onyxnya ke langit-langit, "Bomber kau sangat ahli mengendus bahan peledak atau aroma menyengat. Apa kau bisa mengendusnya sekarang?"

"Waunnnggg!" Gonggongnya membuat Sasuke menghela pelan, karena ninken itu menolak mencarinya dan malah terus duduk di sisi Sakura sembari mengusap-usapkan kepalanya.

"Haa aku tidak punya pilihan lain sekarang. Aoda!" Teriaknya sembari menggigit jarinya lalu menepukan darahnya ke tanah hingga ular besar itu muncul.

"Aoda bawa kami ke gerbang utama desa Iwa," Ucapnya yang seketika membuat ular itu membuka mulutnya.

*****

Sementara itu di sisi lain, Shisui nampak masih terus berjalan mencari Sakura di sekitar hutan yang cukup berkabut itu. Sorot kekesalan semakin menguar kuat dari manik merahnya saat ia melihat beberapa anak buahnya datang beriringan dengan terbitnya sang matahari.

"Taichou, sumimasen kami ..."

"Kembalilah," Ucapnya dengan nada yang begitu dingin lalu berjalan ke arah lain, membuat mereka semakin merasa tidak bersalah karena tak menyusul Shisui mencari Sakura semalam.

"Tapi taichou ..."

"Kembalilah dan nikmati saja perapian juga minuman hangat kalian. Jangan ..."

"Shisui! Dengarkan kami dulu," Teriak Ibiki yang tiba-tiba ada di sana lalu mengejarnya dengan tergesa, "Aku tahu saat ini kau marah tapi dengarkan aku dulu. Cuaca semalam sedang tidak baik jadi kami tidak mencari Sakura,"

"Cuaca hari ini pun tidak baik, jadi lebih baik anda kembali. Aku akan tetap melanjutkan pencarian Sakura seorang diri," Ucapnya sembari kembali melangkah pergi. Namun, Ibiki buru-buru menahan bahunya.

"Kami akan mengambil alih pencarian Sakura dari sini. Kau sebaiknya kembali dan beristirahat," Titahnya dengan sorot penuh kekhawatiran saat memperhatikan bagaimana pucatnya wajah pria itu yang sudah hampir seperti mayat.

"Aku tidak akan bisa beristirahat dengan tenang sebelum Sakura diketemukan,"

Ibiki seketika menghela pelan mendengarnya dan tiba-tiba ia memeluk Shisui hingga semua anbu di sana terkejut termasuk Shisui sendiri, "Ibiki-sama?"

"12 tahun lebih kau mengabdi juga selalu mengikuti setiap perkataanku. Aku benar-benar tak percaya setelah kau memegang kursiku, kau jadi berani melawanku," Ucapnya membuat Shisui terkejut lalu segera melepas pelukannya lalu berlutut di hadapan pria paruh baya itu.

"Ibiki-sama saya tidak pernah melawan anda, sedikitpun saya tidak pernah berfikiran untuk melawan anda,"

"Tapi yang kini kau lakukan sama dengan melawanku,"

Shisui seketika terdiam mendengar penuturannya karena tak tahu harus menjawab apa. Hingga Ibiki tiba-tiba menarik tangannya agar ia kembali berdiri, "Lukamu nampaknya kembali terbuka, segera kembalilah ke rumah sakit. Tidak baik jika ada yang melihat seorang pemimpin berkeliaran dengan tubuh yang masih meneteskan darah," Ucapnya membuat Shisui langsung melihat ke bawah dan begitu terkejut saat menyadari adanya tetes-tetes darah di sepanjang jalan yang ia susuri.

"Ibiki-sama, tolong maafka ..."

"Shisui-saaann!" Teriakan seperti suara sang bungsu Uchiha membuat mereka serempak menoleh.

Shisui segera memegang tanto-nya yang berada di belakang punggung saat ia melihat seekor ular besar bergerak cepat ke arah mereka. Saat ular itu membuka mulutnya dan menunjukan bahwa ada Sasuke di dalamnya, Shisui langsung melepaskan senjatanya dan berlari ke arah ular itu.

Jantungnya seketika terasa mencelos begitu melihat Sakura terkulai lemah dengan tubuh bersimbah darah di gendongan sang bungsu Uchiha yang baru melompat keluar dari mulut ular itu. Dengan raut yang begitu panik sekaligus takut Sasuke segera memindahkan sang gadis musim semi ke gendongan Shisui.

Sebelum memberikan penjelasan Sasuke tiba-tiba ambruk tak sadarkan diri, karena ia juga ternyata tengah terluka cukup parah akibat cakaran hewan buas saat mengejar Sakura ke puncak gunung. Beberapa anbu segera membopongnya lalu pergi, menyusul Shisui yang sudah berlari terlebih dahulu dari sana.

Sementara Ibiki nampak masih bertatapan dengan Hanare, "Akhirnya kau muncul juga,"

"Semua berkat Sakura," Jawabnya dengan begitu dingin, membuat pria paruh baya itu mengernyit kesal karena teringat kejadian beberapa tahun lalu saat ia mengintrogasi Hanare.

Melihat isyarat Ibiki yang menyuruh beberapa anbu untuk memborgol tangannya, Hanare buru-buru mengangkat telunjuknya, "Jika kau ingin Kakashi kembali menjadi manusia, maka perlakukan aku sebagai tamu bukan sebagai tahanan," Ucapnya membuat Ibiki kembali mengernyit dalam.

"Baiklah, ikuti aku dan kemarikan kopermu,"

"Koperku berisi cairan obat-obatan yang sangat berbahaya, jika terguncang sedikit bisa meledak. Apa kau masih mau membawakannya untukku?"

"Sudah tugasku membawa barang berat dan berbahaya jadi kau tidak perlu merasa segan seperti itu,"

Hanare seketika tersenyum simpul mendengar penjelasannya lalu menyodorkan koper itu padanya, "Kalau begitu bawalah,"

Para anbu terdengar berbisik satu sama lain di belakang, saat melihat Ibiki tiba-tiba terdiam seperti patung begitu tak sengaja menyentuh tangan Hanare saat mengambil koper itu. Saat wanita itu pergi terlebih dahulu seorang anbu mendekati Ibiki lalu menepuk pundaknya hingga ia tersentak.

"Ibiki-sama, kuping anda memerah," Ucap anbu itu dengan polosnya membuat pria paruh baya itu berpaling ke arah lain.

"Berisik, cepat bawa ini dan tuntun Hanare ke tempat peristirahatan kita juga bawa ketiga pengkhianat itu," Ketusnya sembari berjalan ke arah lain.

*****

Brak!

"Tsunade-sama, dokter!" Teriak Shisui di loby rumah sakit itu membuat semua yang ada di sana tersentak kaget.

Tsunade yang baru turun dari tangga, seketika terbeliak begitu melihat anak muridnya terkulai lemah tak sadarkan diri di gendongan Shisui. Ia pun segera berlari ke arahnya bersama beberapa perawat yang langsung membawa brankar.

"Pasangkan oksigen dan bawa ke ruang ICU, cepat!" Teriak wanita paruh baya itu setelah Sakura di baringkan di brankar.

Para perawat itu dengan segera melakukan perintahnya, lalu membawa sang gadis musim semi ke ruangan yang di titahkan. Saat Tsunade akan menyusul mereka, Shisui kembali menahan tangannya, "Tunggu, Sasuke juga terluka,"

"Bagaimana kondisinya? Dan dimana dia sekarang?"

"Taichou!" Teriak salah satu anbu yang baru tiba membawa Sasuke dengan napas terengah-engah.

Tsunade kini melirik ke sekitar lalu melambaikan tangannya pada seorang pemuda berambut keemasan, "Shii!"

Pemuda bernama Shii itu segera menoleh lalu berlari ke arahnya dengan cepat, "Hai' Tsunade-sama?"

"Tolong tangani dia, aku harus menangani Sakura,"

Shii segera mengangguk lalu membantu anbu itu membaringkan Sasuke di brankar. Saat ia akan membawanya pergi, tangan bungsu Uchiha itu tiba-tiba bergerak memegang ujung sarung tangan Shisui hingga pria itu langsung menoleh, "Sasuke, tidak apa. Kau sudah aman sekarang, mereka akan mengobatimu,"

"L ... Lu ... Lun ... Ha ..." Ucapnya dengan napas tersengal membuat Shisui terbelalak kaget.

"Luna? Apa maksudmu?"

"Ja ... Jalang itu ... Arghh!" Teriakan Sasuke membuat Shii segera membawanya pergi dari sana.

Shisui nampak semakin bingung dengan keadaannya sekarang, perasaannya semakin tidak enak begitu mendengar Sasuke menyebutkan nama gadis menyebalkan itu. Saat ia akan pergi, dua orang anbu Iwa tiba-tiba menghampirinya.

"Kapten divisi utama Konohagakure?"

"Ya, saya,"

"Kami di perintahkan untuk menangkap istri anda, Uchiha-Sakura," Ucapnya sembari menyodorkan sebuah surat penangkapan, membuat Shisui terbelalak.

"Apa maksudmu? Istriku sedang kritis dan kalian akan menangkapnya? Atas dasar apa dia di tahan hah!"

"Atas dasar kekerasan pada putri bangsawan Iwagakure, yaitu putri Luna dari Shina,"

"Luna?" Gumamnya sembari merebut surat perintah itu, "Dimana gadis itu sekarang?"

"Uhmm ..." Kedua anbu itu seketika saling melempar tatap bingung juga takut satu sama lain, karena tahu bagaimana Shisui saat tengah benar-benar marah.

"Jawab!" Teriaknya membuat kedua anbu itu menjengit.

"Dia masih mengadu pada Kurotsuchi dan para daimyo, sebaiknya kita ke sana sekarang untuk membereskan masalah ini," Ucap Itachi yang tiba-tiba ada di sana bersama beberapa pengawalnya.

Manik semerah darah Shisui kini kembali melesat tajam pada kedua anbu itu, "15 Meter," Ucapnya membuat mereka mengernyit bingung, "Kalian harus menjaga jarak dari istriku 15 Meter,"

Tak ingin membuang waktu lebih lama Shisui pun segera bergerak ke gedung utama Kurotsuchi bersama sang sulung Uchiha. Melihat sorot matanya yang begitu menyeramkan para penjaga di sana tak ada yang berani menghentikan atau menatap Shisui sedikitpun.

Dengan satu kali tendang, pintu ruang kerja wanita berambut pendek itu langsung terbelah dua hingga semua yang ada di sana terkejut bukan main.

"Shisui!"

"Kurotsuchi-sama, tanpa mengurangi rasa hormatku. Aku ingin bertanya, kenapa kau memfitnah istriku seperti ini! Apa kau mulai percaya pada bualan gadis tidak waras itu!"

"Aku hanya menegakan keadilan di sini,"

"Keadilan apa hah! Kau tiba-tiba melayangkan surat penahanan pada Sakura tanpa bertanya atau membicarakan apapun padaku. Apa itu di sebut keadilan?" Tanyanya membuat Kurotsuchi mengernyit.

"Kami sudah memerintahkan seorang anbu untuk membawanya ke ruang introgasi tapi dia menolak, jadi kami langsung melayangkan surat penahanan,"

"Kapan kalian mengirim anbu itu? Aku sudah berjaga di sekitar rumah sakit sepanjang malam, tapi tidak ada anbu darimu yang datang," Ucap Itachi yang seketika membuat Kurotsuchi  melemparkan tatapan tajam pada sang kepala desa Shina yang merupakan ayah Luna yang langsung memalingkan wajahnya ke arah lain, "Kau bilang tadi Sakura menolak panggilan introgasi. Apa sekarang kau berani berbohong padaku?"

"Ini sudah kali keempat kau membohongi kami, coba katakan apa yang di lakukan Sakura hingga kalian begitu ingin memenjarakannya?"

"Shisui-kun, aku bersumpah atas nama mendiang ibuku kalau Sakura memang memukul dan menyiksaku. Hiks ... " Isak Luna membuat pria itu menoleh lalu bergerak ke hadapannya dan langsung memegang kedua sisi kursi roda yang di pakainya.

"Istriku tidak pernah memukul seseorang tanpa alasan. Kau pasti melakukan kesalahan hingga babak belur seperti ini,"

"Aku ... Aku hanya melihat ia sedang berduaan dengan Sasuke-san di dekat gunung Calla. Lalu dia memarahiku saat aku ketahuan memergokinya dan langsung memukuliku. Sasuke juga menamparku. Hiks ... Hiks ..."

Shisui seketika menoleh pada sang sulung Uchiha yang kini terlihat mulai mengeluarkan aura amarahnya saat mendengar adiknya di fitnah telah memukul seorang wanita. Shisui nampak segera mundur saat sulung Uchiha itu berjalan mendekatinya dan langsung mencengkram kedua pipi Luna dengan keras hingga ia meronta kesakitan, "Katakan sekali lagi apa yang adikku lakukan padamu?"

"Di ... Dia menamparku, tolong percaya padaku Itachi-san. Hiks ..."

Dengan sekali hempas ia melepaskan wajah gadis itu lalu bersedekap dan menatap sang kepala desa Shina, "Kau ingin memenjarakan Sakura dan adikku kan? Boleh saja, asal kalian bersedia membawa kasus ini meja hijau,"

Luna maupun ayahnya seketika terbelalak mendengar penuturan sang sulung Uchiha, "Ma ... Mana bisa! Sakura dan Sasuke sudah terbukti bersalah, mereka harus d penjara sekarang juga!"

"Jika kalian tidak ingin membawa kasus ini ke meja hijau, bagaimana kalau kita selesaikan kasus ini dengan sidang antar sesama ketua klan? Mumpung aku ada di sini," Ucap Itachi membuat Kurotsuchi kembali duduk lalu mengangguk setuju.

"Kurotsuchi-sama, tolong bantu kami. Mereka pasti akan curang juga berat sebelah dalam mengambil keputusan," Pinta Luna namun wanita itu segera menggelengkan kepalanya, "Aku masih banyak pekerjaan penting,"

"Luna, kepala klan Shina. Kami sudah cukup bersabar dengan ulah kalian yang selalu merugikan kami tapi kali ini tidak," Ucap Shisui sembari mendekati kepala klan itu lalu mencengkram kerah kimononya, "Satu anak laki-laki kesayanganmu telah ku tahan. Dalam peraturan klanmu salah satu anggota yang terbukti melakukan kejahatan bisa di gantikan oleh saudaranya. Kini kau harus memilih dua anakmu yang tersisa, Luna atau Chira yang harus ku tarik ke penjara?"

"Ja ... Jangan Chira! Dia .... Dia anak yang sangat lugu, dia tidak akan tahan di dalam penjara.
Aku mohon, Chira anak yang sangat lemah," Isaknya yang seketika menjatuhkan diri bersimpuh di hadapan Shisui.

"Tousan!" Teriak Luna yang dengan sorot yang begitu tidak percaya.

"Diam kau gadis bodoh! Kau sama saja seperti ibumu yang selalu merepotkanku!" Teriak balik pria tua itu membuat Luna seketika terlihat syok, "Kau tangkap saja Luna, dia memang biang onar. Dia memang bernjat menghabisi istrimu,"

"Kalau begitu, Kurotsuchi-sama. Sakura sudah terbukti tidak bersalah. Aku akan membawa Luna dan langsung menjatuhkan hukuman klan Uchiha karena telah melakukan kekerasan dan percobaan pembunuhan pada istri jendral utama Konoha,"

"Jendral?' Ulang mereka bersamaan sembari melayangkan tatapan bingung pada Shisui.

"Nee, Ibiki-sama sudah melantiknya menjadi seorang jendral. Kau pasti tahu kan apa hukumannya kalau mengusik keluarga jendral apalagi dia seorang Uchiha?"

Luna seketika menjatuhkan dirinya dari kursi roda lalu mengesot ke sisi Shisui sembari mencakupkan kedua tangannya, "Shisui-kun ampuni aku. Aku tidak mau di hukum cambuk, siapa yang mau menikahiku jika tubuhku penuh bekas luka?" Isaknya.

"Pertengkaran antara wanita bangsawan sudah biasa Shisui, apa kau tidak akan membiarkannya saja seperti biasa? Toh tidak akan masalah jika Sakura terbukti memukul Luna karena ia bangsawan militer," Tanya kepala desa Shina itu membuat Luna maupun Shisui semakin mengernyit kesal.

"Tidak masalah bagaimana hah! Aku tidak akan mengulang kesalahan untuk kedua kalinya dengan mendengarkan kalian. Setelah Sakura keluar dari masa kritisnya, hukuman kalian juga akan keluar,"

Mendengar itu Kurotsuchi seketika berdiri dari tempatnya dengan tatapan tak percaya, "Sakura kritis? Kenapa? Kenapa kau tidak memberitahuku Shisui?"

"Yang pasti Luna terlibat di dalamnya. Nanti ku jelaskan lagi, sekarang aku harus kembali menemani Sakura. Permisi,"

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro