Chapter 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Hai readers^^

Di part kali ini gak bersangkutan sama Emma dan Oliver, karena Oliver dah lulus.

Part kali ini berhubungan sama salah satu teman Emma. Baca terus ya.

...................

Dinda memakai kaos merah dan celana olah raga biru. Hari ini adalah hari pertama mengikuti masa orientasi di sma nya, maka dirinya tidak boleh terlambat. Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 dan berarti waktunya hanya tinggal lima belas menit lagi untuk tiba di universitasnya.

Matanya melirik dengan gelisah ke arah jalanan yang sudah macet. Ia terus saja mengeluh dan menatap seseorang yang tengah menyetir di sampingnya.

"Kakakkkkk ... bagaimana iniiii? Aku bisa terlambat!" Dinda mencubit pipinya gusar. Berharap ini adalah mimpi.

"AUUU ..."

Dinda mengusap-usap pipinya yang kemerahan karena cubitannya yang kuat, tidak disangkannya kalau tenaga yang tersalurkan itu membuat pipinya berdenyut sakit. Sementara Padima mendengus jengah dan memutar mata rubinya.

"Dasar bodoh!" Hardik Padima yang masih setia menatap jalan di balik kursi kemudinya.

Karena kemacetan yang terjadi di jalan raya menuju kampusnya. Maka, Padima sekarang terlambat sepuluh menit.

Ia berlari-lari seperti banci yang dikejar satpol pp. Napasnya terengah-engah ketika menuju ke halaman sma asrama. Demi rambut mekar Kakaknya, sekarang ia sedang berhadapan oleh salah satu senior yang menegurnya karena terlambat.

"Maaf, senior." Dinda berucap masih dengan napas yang belum bisa diaturnya. "Matiiiiii akuuuu ..." tangannya sudah keringat dingin karena berurusan dengan senpai-nya ini. Lelaki itu menatapnya tajam dan mengeluarkan aura dingin yang membuatnya merinding. Dinda sudah berkaca-kaca dan ingin menangis.

Rusak sudah hari orientasi pertamanya karena ia terlambat. Dinda mencak-mencak dalam hati.

"Tatap mataku jika kau sedang berbicara, kau kira aku ini gentong hah?" Pria berambut merah itu menatap tajam Dinda dan membuatnya semakin mati kutu. "KAKAK ... to-tolong aku!"

"I-iya, senior," Dinda mengangguk-anggukkan kepalanya.

Sementara itu, sesosok lelaki yang sedang memperhatikan mereka mendengus geli karena melihat temannya yang memiliki rambut merah itu sok galak layaknya anjing penjaga yang memergoki maling di rumah tuannya.

Reno yang sedang memarahi Dinda langsung mendelik tidak suka saat tatapan matanya menangkap seringai dan tatapan mengejek dari temannya itu. "Sialan si mines itu. Apa acting-ku kurang meyakinkan?" Reno mulai menggaruk kepalanya yang sudah mirip orang lagi kutuan akut. Bisa rusak image-nya sebagai senior galak kalau tiba-tiba ia ingin tertawa karena melihat gadis berambut cokelat ini masih tidak berkutik. Sungguh ini penyiksaan batin baginya, di mana ia harus menahan karakter aslinya yang periang, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung itu ditambah dengan selalu semangat yang berubah menjadi lelaki jutek, kejam dan suka mengeluarkan tatapan mengerikan seperti sekarang.

Tapi, gadis ini harus tetap dihukum karena ia yang sudah tidak disiplin soal waktu.

Reno kembali menatap temannya. "Brengsek, dia masih menghinaku dengan tatapannya itu."

Ting. Bagai bola lampu yang langsung menyala di atas kepalanya, Reno pun mendapatkan ide.

"Kau, rambut cokelat. Tunggulah di sini!" Dinda menganggukkan kepalanya karena ia takut dan patuh.

Reno lalu berjalan ke arah sahabat merahnya itu, Jasper Kendrick. Setelah berhadapan di depan wajah songong itu, ia pun berbicara.

"Kau gantikan aku menghukumnya, Jasper. Brengsek! Acting ini membuatku mual." Ucapnya frustasi dan mengacak rambut merahnya. Jasper pun menerima usulan Reno. Mengerai junior itu sangat menyenangkan.

"Heh, dasar bodoh!" ucapnya sambil berjalan melewati Reno yang menggeram sebal.

"Aku akan menghajarnya dan membuat matanya lebih minus lagi ... GGGRRRR!" Reno pun mendecih dan berjalan ke arah kantin. Ia membutuhkan energi otak, ramen instan cukup baik untuknya.

Jasper yang berjalan ke arah Dinda pun mulai menghentikan seringainya, ia membuat wajah itu menjadi datar dan tidak bersahabat. Dinda yang melihat ada senior lain yang berjalan ke arahnya pun menegakkan wajahnya, jarak lelaki itu sekitar lima meter darinya dan terus berjalan mendekatinya.

Gadis berambut cokelat gelombang itu kemudian meneguk liaurnya sendiri saat melihat tampang seniornya yang bahkan lebih menyeramkan dari senior merah yang tadi. Ia merinding saat melihat mata lelaki itu yang kelopaknya penuh dengan kantung mata hitam, apa ia kurang tidur?

Jasper berjalan cool di depan juniornya itu dan menatap datar wajah gadis berambut cokelat gelombang yang masih menatapnya tanpa berkedip. Dan ketika lelaki itu lagi asik-asiknya tebar pesona GGS, alias Galak Ganteng So hot, ia merasakan sesuatu yang menghalangi langkahnya dan membuatnya seketika terhentak dan limbung ke arah depan dengan jarak satu meter dari Dinda.

Mata cokelat itu terbelalak kaget, antara ingin tertawa dan terkejut karena melihat pose aneh seniornya yang tengah tersandung batu dan limbung dengan gaya abnormal atau tersentak kaget ditambah kedua tangan yang terentang ke samping kanan dan kiri, seperti ingin mencari pegangan ke mana-mana. Tidak menyadari kalau senior-nya itu jatuh ke arahnya. Wajah mereka semakin berdekatan dan seperti diperlambat, Dinda hanya menutup matanya dan ikut terjatuh bersama senioranya karena ditubruk tubuh berat dan jangkung itu.

BRUKK ...

Suara itu terdengar jelas di telinga senior dan junior yang masih asik terduduk dan merangkak di tanah. Dinda jatuh dengan terduduk dan Jasper terjatuh dengan setengah merangkak dan hampir telungkup.

Sakit. Kedua orang itu mengerang dalam hati.

Dinda merasakan aneh, ada sesuatu yang menyentuh daerah pribadinya. Ia kemudian membuka matanya dan melongo melihat wajah seniornya yang masih mengerutkan alis di depan matanya. Seniornya bahkan masih belum kembali ke alam sadarnya dan masih terawang-awang di antah berantah.

Dinda kemudian merasakan hal itu lagi, sontak ia langsung mengarahkan matanya ke daerah yang sangat pribadi itu. Dinda tercengang. Sesuatu yang mirip jari tangan manusia tengah ada di dada kirinya, tangan itu kelihatan lebih besar dari tangannya. Sakura mengangkat kedua tangannya meyakinkan kalau yang tengah memegang dadanya itu bukanlah tangannya. Lantas, itu tangan siapa?

Tatapan matanya kembali menatap wajah senioranya yang sekarang sudah membuka matanya dan sedang menatapnya juga. Lalu, mata Dinda kembali menatap dadanya dan wajah senior-nya. Berulang-ulang sampai hal itu ditangkap oleh pengelihatan Jasper dan lelaki itu pun menyadarinya. Bahwa, ia sedang memegang sesuatu yang begitu lem— Jasper tidak sanggup memikirkannya. Dan seketika lamunanya buyar karena gadis di depan wajahnya ini berteriak kencang.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ... HUAAAA ... MESUMMM ... Hikssss ... huaaaa ..."

Bersambung
.
.
.
.
.

Kwkwkkw gak pada tegang kan bacanya?

Maaf maaf di part kali ini agak aneh heheheh.

Author mau kasih tahu, di sini Dinda masih murid baru jadi gak tinggal di asrama untuk sementara sampai masa orentasinya berakhir. Kalau Padima sedang libur dan di part kali ini dia bertugas mengantar Dinda ke sekolah. karena hanya anggota OSIS yang tidak diperbolehkan pulang seperti Jasper, Reno, Novan, Lucy dan Emma.

Part selanjutnya sambungannya.

Jangan lupa vote dan komen.

Tag : CreaWiLi
Admin :
hermonietha/MaaLjs Tangan_Kiri noviap26_ Tiuplylyn RGNyamm NyaiLepetj AudyaAprilia Quinhiems

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro