Chapter 9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ... HUAAAA ... MESUMMM ... Hikssss ... huaaaa ..."

Jasper terlonjak kaget saat mendengar teriakan dan tangisan gadis yang sekarang memukuli dirinya tanpa ampun. Ia hanya meringis karena pukulan itu membabi buta. Sontak hal ini menjadi keributan dan membuat orang-orang menatap mereka dan menjadikannya tontonan. Para senior lain pun berdatangan ke arah mereka yang masih terduduk di tanah.

"Hei ... hei ada apa ini?" Reno bertanya ketika ia sampai di TKP.

"Huaaa ... dia ... dia memegang dadaku. Huaaa ... hikss ..." Dinda masih memukuli Jasper dan membuatnya tidak bisa berkutik.

"APA?" semua senior berteriak.

"Kau gila! Kenapa kau melakukan pelecehan kepada junior perempuan!" semprot Reno yang langsung murka dan menarik kerah baju Jasper.

Novan menahan kedua bahu Emma agar tidak mendekat kepada Jasper, karena dari wajah teman perempuannya itu dapat terlihat bahwa gadis itu ingin sekali membunuh Jasper yang sudah tidak sopan terhadap perempuan.

Sementara itu, Dinda sudah diamankan bersama senior perempuan lainnya. Lucy memberikan jaketnya untuk Dinda dan memeluk gadis itu.

"Aku kecewa padamu, Jasper!"Lucy yang merupakan sahabat Jasper kini menatapnya dengan tajam.

"Hei, kalian. Dengarkan aku dulu!" Jasper berucap dan melepaskan tangan Reno dari kerahnya, "Ini hanya salah paham! Ini hanya kecelakaan!" ucapnya lagi meyakinkan.

"Aku tadi terjatuh karena tersandung batu saat berjalan, lalu tanpa kuketahui, aku jatuh dengan mengarah ke arah gadis ini dan begitu lah setelahnya. Aku tidak sengaja menyentuh hal itu. Aku bersumpah ini adalah kecelakaan!" Jasper menatap Reno dengan serius.

Reno dan yang lainnya tentu saja tidak langsung percaya dengan apa yang telah diucapkan Jasper. Kemudian, dengan lembut Lucy menanyakan hal yang dijelaskan Jasper tadi kepada Dinda yang masih di dalam pelukan Lucy.

Dinda hanya menganggukkan kepalanya, ia kelihatan ingin menangis lagi karena mengingat hal itu.

Jasper kemudian mengarahkan pandangannya kepada Dinda, lalu ia berjongkok dan meminta maaf kepada gadis itu, lagipula ini memanglah salahnya karena berjalan tidak hati-hati.

"Maaf." Kata Jasper singkat.

Dinda masih diam kemudian menggelengkan kepalanya. Ia lalu berbicara pelan.

"Aku ... masih belum bisa memaafkanmu, lagipula ini memang kesalahanmu karena berjalan tidak hati-hati. Hikss ..."

Lucy kembali mengusap-usap kepada Dinda, kemudian ia mengatakan kalau hal ini disudahi dulu dan Jasper bisa kembali meminta maaf kepada Dinda jika ia sudah tidak merasa takut lagi.

....................

Selama masa orientasi, Jasper selalu menatap Dinda yang selalu menolak berinteraksi kepadanya. Ia hanya menghela napas gusar dan terus merasa bersalah.

Dan sampai sekarang tiba saatnya semester awal di mulai, ia mencoba mencari Dinda yang ternyata masuk jam delapan pagi sama sepertinya, kelas mereka di gedung yang berbeda. Ia mencari gadis itu dan ketika menemukannya, Dinda malah berlari dan kembali menghindarinya.

.....................

Kejadian ini sudah berlangsung cukup lama, tapi Dinda terus saja menghindarinya. Dengan nekat, Jasper yang sudah menemukan Dinda saat gadis itu ingin pulang, kemudian ia menggenggam pergelangan tangan gadis itu untuk menghentikannya agar tidak berlari.

Dinda tersentak kaget, dan ia cukup takut jika sudah berurusan dengan seniornya ini, kecelakaan lalu membuatnya trauma.

Dinda ingin lepas dari genggaman tangan lelaki itu, tetapi saat mencoba melepaskan diri, Jasper menatap matanya dengan sarat akan rasa bersalah dan memohon kepada gadis itu untuk sekali saja ikut dengannya. Ya, untuk menyelesaikan masalah mereka.

Jasper membawa Dinda ke arah halaman belakang kampus yang jarang dilewati para mahasiawa.

Kemudian, ia mendudukkan gadis itu di sebuah bangku yang tersedia di sana.

Dinda hanya menundukkan kepalanya, ia kelihatan cemas saat ini. terlihat dari keringat yang mulai menetes dari dahinya dan tangannya yang sekarang meremas jari-jemarinya.

Jasper menyadari hal itu. kemudian, ia menatap Dinda sebelum berbicara.

"Dinda!"

Dinda masih menundukkan kepalanya.

"Dinda...lihat aku, kumohon!" Jasper berucap lembut dan membuat Dinda menatapnya walau dengan pandangan cemas.

"Kau tahu, aku merasa sangat bersalah. Apalagi setelah tahu ternyata kau sama sekali belum pernah berinteraksi dengan lelaki karena besar di sekolah asrama khusus perempuan," Dinda menatap tak percaya kepada seniornya itu. Dari mana lelaki itu tahu tentang dirinya? Ok, ini menjadi horror. Gadis manis itu hanya meneguk liurnya dengan susah payah.

"Jika kau ingin tahu aku dari mana mendapatkan informasi itu, maka itu adalah dari Kakakmu angkatmu. Ia telah menjelaskan semuanya kepadaku saat aku main ke rumah Emma. Padima adalah teman sekaligus sahabatku sama seperti Lucy, Reno, Novan dan Emma," Jasper tersenyum ketika melihat Dinda seperti terkejut kembali.

"Kak Padima sahabat senior Jasper, Lucy, Emma, Novan dan Reno?" cicitnya.

"Hn, kami berteman dari awal di bukanya pelajaran pertama kami saat kelas 10. Kami semua bersahabat baik," jawabnya.

"Ohh ..." Dinda kembali menunduk. Iya geram kepada kakaknya yang seenaknya menceritakan dirinya kepada lelaki asing. "Akan kuhajar kau, kakak!" Ucapnya dalam hati.

"Jadi, aku minta maaf atas ketidak hati-hatianku saat itu dan mengakibatkan kita berdua terjatuh," Jasper menatap Dinda dengan matanya yang berwarna hampir sama seperti dirinya.

Dinda masih diam, kemudian ia menganggukkan kepalanya.

Dinda tersenyum tipis ketika mendengar gumaman Jasper, syukurlah akhirnya gadis itu bisa memaafkannya.

"Kalau begitu, sebagai permintaan maafku, bagaimana kalau lusa makan malam bersamaku?" Jasper kembali memasang tampang serius tapi dengan tatapan lembutnya. Serta senyum tipis yang menghiasi wajahnya.

"Eh, etto ... ba-baiklah, tapi apa tidak merepotkan senior?"

"Tidak, dan lagi, panggil saja Jasper!" entah apa yang dipikirkan lelaki berlensa kontak itu, yang jelas hanya ia dan Tuhan lah yang mengetahuinya.

"Haa?" Dinda dibuat bingung seketika, tetapi Jasper hanya tersenyum tipis dengan wajah rupawannya.

Lelaki itu kemudian berdiri dan menggandeng tangan Dinda.

"Aku akan mengantarmu pulang, tidak baik gadis pulang kesorean seperti ini." ucapnya yang membuat Sakura memerah malu.

Sepertinya lelaki itu terus mencari cara agar bisa dekat dengan Dinda. Gadis yang menjadi incarannya.

Jasper menyeringai senang ketika Dinda mengangguk kaku.

Mission, clear!

Tidak ada yang menyangka, bahwa kecelakaan kecil itu mengakibatkan kedekatan hubungan mereka. Jasper dan Dinda.

Bersambung
.
.
.
.
.

Author akan jelaskan beberapa hal.

Dinda itu adalah adik angkat Padima. Oleh karena itu, fisik Dinda sama Padima itu beda. Jadi wajar Dinda lebih cantik dari Padima.

Jasper di sini pakai lensa kontak. Jadi dia gak perlukan kacamata. Latar waktu di cerita ini adalah saat Oliver udah lulus dan Emma beserta teman-temannya telah dilantik sebagai OSIS.

Sekian dari penjelasan saya. Terimakasih bagi yang vote dan komen.

Tag : CreaWiLi
Admin :
hermonietha/MaaLjs Tangan_Kiri noviap26_ Tiuplylyn RGNyamm NyaiLepetj AudyaAprilia Quinhiems

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro