3. THE CLAINE FAMILY A GO

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi ini Claine hanya termenung didepan jendela kamarnya. Menatap mentari pagi yang bersinar hangat mengenai wajahnya. Claine berdoa semoga hari ini hujan lebat. Kalau bisa angin dan petirpun juga menyambar kencang. Alasannya sederhana kenapa ia melakukan ini, yaitu membatalkan keberangkatan keluarganya yang akan pergi ke Jerman. Ia jadi kembali mengingat ingat makan malam oleh keluarganya tersebut malam kemarin.

"Jessy" Panggil Clara menatap Claine

Claine hanya berdehem pelan sambil melanjutkan mengunyah makanannya yang masih penuh berada dimulut

"Kami akan berangkat Jess" Ucap Clara sedikit ragu, takut jika Claine akan menangis dan merajuk ketika mendengar kabar tersebut

"Yasudah" Jawab Claine singkat, Clara sempat melongo mendengar kata dari mulut Claine. Karena ia kira Claine akan meminta ikut bersama mereka

"Kau tidak keberatan Jessy?" Kali ini Kak Jean angkat bicara

"Tidak jika itu untuk kebaikanmu" Claine sempat tersenyum sekilas ke arah Jean lalu kembali menatap dan menyantap makanan dihadapannya. Jean tahu ada rasa sedih tersirat saat Claine mengatakannya tadi, ia cukup peka karena ia adalah Kakak kandungnya Claine.

"Jesselyn, papa dan mama akan keluar negeri untuk mengurusi administrasi Jean, setelah itu papa akan sedikit membawa pekerjaan papa ke perusahaan luar negeri. Mungkin kami akan menetap disana selama seminggu dan Jean..... mungkin sampai ia lulus"

"Sudah kubilang Pa, itu tidak masalah jika untuk kebaikan kalian. Lagipula, Papa, Mama, dan Kak Jean kesana bukan untuk liburankan? Malah, Jessy akan mendukung kalian" Ucap Claine diiringi senyum manisnya

"Memangnya, Papa, Mama, dan Kak Jean kapan akan berangkat?" Sambung Claine

"Lusa esok kami akan berangkat Jessy sayang" Jawab Clara.

Claine hanya berdehem pelan

"Pa, Ma, Kak Jean. Jessy ke kamar duluan ya.. mau kerjakan PR" Claine beranjak dari meja makan lalu menaiki tangga dan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Selama menuju kamarnya, Claine menundukan kepala sedalam dalamnya.
'Kenapa mereka tidak mengajakku?' Batin Claine dalam hati. Ia sudah berada didepan kamarnya lalu masuk kemudian merebahkan dirinya diatas kasur dan menenggelamkan kepalanya dibawah bantal sampai alam sadarnya sudah memasuki alam mimpinya.

Sudah dua hari ini ia memikirkan keberangkatan kedua orangtuanya.
Bagaimana ia akan ditinggal sendirian? Bagaimana nanti jika ada pencuri masuk rumah? Atau yang lebih parah lagi, bagaimana jika nanti ada bencana dan merubuhkan rumah?! Tidak, tidak, tidak! Kali ini pikiran Claine sudah mulai meracau bahkan sedetik kemudian wajahnya menjadi senang sedetik kemudian jadi muram kembali, ia mengacak-acak rambutnya yang kini sudah seperti rambut singa. Dua kata untuk Claine saat ini. Dasar gila.

Claine terus melamun sampai sebuah ketukan pintu menyadarkannya.

"Claine, boleh aku masuk?" Ternyata itu suara Kak Jean

"Yaa" Claine buru-buru merapihkan lagi rambutnya

Kak Jean masuk dengan setelan formalnya, menandakan bahwa ia sudah siap untuk berangkat. Ia menghampiri Claine yang lagi lagi sedang memikirkan sesuatu lalu duduk ditempat tidur, milik Claine yang berada disebelahnya. Claine hanya melirik Jean sebentar lalu kembali kepada pikirannya.

"Your angry for me Jess?" Tanya Jean

Claine hanya menggeleng pelan lalu tersenyum ke arah Jean

"Tidak. Aku bahagia kau akan melanjutkan kuliahmu, jadi semangatlah!" Claine memgepalkan tangannya didepan wajah menunjukan kalau ia sedang menyemangati Kakaknya, Jean. Ia tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya yang semakin membuatnya manis.

Jean tersenyum melihat tingkah adiknya lalu mengacak-acak rambut Claine gemas, sementara Claine menggembungkan pipi karena rambutnya jadi berantakan kembali

Jean berdiri lalu berjalan menuju pintu kamar Claine

"Mau kemana Kak?"

"Aku akan menyiapkan makanan untukmu, jadi tunggulah, aku akan segera kembali." Jean melanjutkan langkahnya menuju Pintu kamar Claine. Belum juga ia membuka pintunya, Jean kembali berbalik menghadap Claine masih dalam posisi didepan pintu

"Claine" Claine yang tadinya kembali bekerja dengan pikirannya kini menolehkan kepalanya, menatap Jean

"Ya?"

"Bersiaplah, kau juga akan berangkat besok" Ucap Jean lalu keluar dari kamar Claine, meninggalkan Claine yang bingung atas ucapan Kakaknya tadi.

Berangkat? Besok? Apa maksud Kak Jean? Batin Claine

***

Bandara Soekarno-Hatta...

"Jesselyn, jaga diri kamu baik-baik disini ya.." Mama menghampiri Claine. Ia sudah siap dengan satu koper ukuran Maximize dan satu koper Minimize-nya, tidak lupa kacamata yang ia taruh diatas kepalanya, membuatnya seperti seorang dewasa yang baru berumur 25 tahun walau aslinya sudah masuk kepala tiga.

Penerbangan mereka masih satu jam lagi, jadi kami masih bisa mengobrol santai menunggu perpisahan satu jam kedepan.

"Jesselyn" panggil Papa

Claine menengok ke arah Papanya. Papa menepuk-nepuk kursi disebelahnya, memerintahkan Claine duduk disampingnya. Claine segera beranjak dan menuju Papanya lalu duduk di sebelahnya.

"Yaa, Pa?"

Disaat itu juga, Mama menggampiri Claine dan Papanya, lalu duduk disebelah Claine. Jadi posisi Claine sekarang adalah disebelah kanannya ada Mamanya dan disebelah kirinya ada Papanya. Claine berfikir kalau ini pasti serius, karena iya yakin jika mereka sudah membentuk seperti ini pasti ada sesuatu serius yang perlu di bicarakan

"Claine" Raut wajah Papa terlihat sangat serius sekarang bahkan melebihibwaktu rapat dengannya dimeja makan. Ia memandang Claine sangat serius

"Ada apa pa?"

"Claine, dengarkan Papa..." Papanya memberi sedikit jeda

"...Sementara Papa, Mama, dan Kak Jean pergi, kamu akan kami tiripkan dirumah Mr. Edward dan istrinya Mrs. Victoria, mereka adalah teman dekat Papa. Tempat tinggalnya lumayan jauh dari rumahmu, jadi kami memutuskan untuk menitipkan saja kamu dirumahnya, dan juga mereka mempunyai dua orang anak, mungkin bisa menjadi temanmu nanti Jess"

Claine sempat tersentak mendengar pernyataan dari Papanya, tapi ia kembali menetralkan lagi keadaannya

"Kapan aku akan berangkat Pa?"

"Besok. Besok akan ada mobil yang akan menjemputmu ke rumah, jadi bersiap-siaplah" Claine kembali memikirkan obrolannya dengan Kak Jean tadi pagi. Jadi, yang dimaksud Kak Jean aku akan berangkat besok adalah ini ya.., batin Claine

Rasanya Claine susah sekali untuk bertanya akan tempat tinggal barunya nanti, jadi ia hanya bertanya,
"Sa... sampai kapan aku akan tinggal disana?"

"Sampai kami kembali sayang... mungkin hanya sebulan" Kali ini Mama yang menjawab.

Hanya.... sebulan? Yang benar saja?!

Seakan Mama mengerti dari raut wajah Claine, ia memeluk dan mengusap usap punggung Claine.

"Oh, ya... Jessy, kami juga sudah mengkonfirmasi orang tua Kathy. Karena mereka menyetujuinya juga, Kathy akan tinggal bersama denganmu, bagaimana?" Ucap Mama dan disambut oleh wajah ceria Claine yang telah kembali

"Berarti, besok aku akan berangkat dengan Kathy?" Tanya Claine sambil menggoyang goyangkan tangan Mama dan Papanya

"Iya Claine sayang..." Ucap Mama dan Papa, tunggu! Di tambah Kak Jean juga mengucapkannya. Entah kapan Kak Jean sudah berada di depan Claine, lalu mereka berempat tertawa. Mungkin akan jadi tawa terakhir mereka(?). Semoga saja tidak.



***

#Claine

Tak terasa sudah satu jam kami--Aku, Kak Jean, Mama, dan Papa--berada di bandara, dan sekarang waktunya mereka berangkat ke Jerman.

Mama memelukku sangat erat, bahkan sampai aku sesak napas. Sebenarnya Mama ingin sekali aku ikut pergi bersamanya, tetapi karena aku harus sekolah, apalagi sebentar lagi akan ujian semester satu, jadi aku tidak bisa ikut dengannya. Tapi, Mama merencanakan jika mereka belum pulang saat aku naik kelas, mereka akan menyekolahkanku di Jerman, sebenarnya aku tidak mau jauh dari mereka dan ingin pindah--jika bisa--sekarang saja dan tinggal disana bersama mereka, tapi aku harus menunggu satu semester lagi untuk menyusul mereka disana.

"Jesselyn"

Aku menengok kearah yang memanggilku, ternyata Kak Jean.

Kak Jean menghampiriku, terlihat ia sedang mengambil sesuatu dari kantung celananya.
Kak Jean mengulurkan tanganku lalu menaruh suatu benda yang ia ambil tadi dari kantung celananya tadi.

"Kalung?" Tanyaku. Ya, yang diberikan Kak Jean adalah Kalung perak dengan liontine berbentuk bulan sabit.

"Apakah aku harus memberikannya pada kekasihmu?" Tanyaku polos, dan aku sama sekali tidak tahu bahwa aku akan menanyakan soal itu, mulutku duluan yang bergerak dari pada otakku, itu memang kebiasaanku dari kecil

Kak Jean terkekeh pelan.

"Itu untukmu Jess, coba lihatlah dibelakang liontinnya"
Aku langsung membalikan liontinenya. Mataku menyipit. Jika dilihat-lihat dibelakang liontine tersebut terdapat ukiran seperti 'J' & 'J'

"J & J?"

"Hhh... itu adalah namaku dengan namamu--Jean dan Jessy-- dan aku tidak memakai nama Claine, karena... siapa tahu nanti ada pasanganmu yang sama membuat kalung seperti itu. Bisa jadi tertukarkan jika aku memakai huruf 'C' ?" Jelas Kak Jean diiringi senyum jahilnya. Aku menonjok pelan bahu Kak Jean, ia merasakan sakit yang dibuat-buat, dan kami tertawa terbahak bahak setelahnya

Dasar Kak Jean... Batinku

"Terimakasih"

"Sama-sama"

"Oh, ya.. jaga kalung itu ya.." sambung Kak Jean lalu pergi menyusul Mama dan Papa yang sudah duluan.

Terlihat mereka bertiga melambaikan tangan kepadaku. Mama kembali menangis ketika melihatku membalas lambaian tangannya, Papa tersenyum--seperti menahan tawa-- melihat Mama seperti itu, dan Kak Jean...

Oh.. Kakak kesayanganku yang tampan sekarang pergi...

Kak Jean menunjuk nunjuk lehernya sendiri..?
Ah! Menyuruhku untuk memakai kalung tersebut. Cepat-cepat aku memakaikan kalung tersebut dileherku lalu menunjukannya pada Kak Jean. Kak Jean melipat empat jarinya dimasung masing tangan, menandakan 'sip'. Aku tersenyum melihat tingkah Kak Jean.

Ku lihat semakin lama mereka semakin menjauh dan hilang saat mereka menaiki pesawat.
Dengan cepat aku berlari keluar bandara dan menuju lapangan parkir yang luas menunggu pesawat mereka lepas landas.

Beberapa menit kemudian terdengar bunyi pesawat lepas landas dan melewati ku dari atas, aku kembali melambaikan tangan. Aku ingin sekali menangis, ingin, ingin, dan ingin.
Tapi aku tidak bisa melanggar janjiku karena Kak Jean tidak suka aku menangis. Semakin lama pesawat yang ditumpangi Papa, Mama, dan Kak Jean menghilang dibawa jarak.

Aku kembali masuk ke bandara dan menemui supir--supir yang juga mengantarkan kebandara tadi--pribadi Papa dan sekarang untuk sementara menjadi supir pribadiku.

"Mr. Charlie, aku ingin pulang" ucapku kepada Mr. Charlie dan dibalas anggukan olehnya. Kami berjalan ke mobil pribadi milik Papa dan aku masuk dikursi belakang, dengan diiringi musik lama-lama aku terlelap dalam alunan tersebut diperjalanan pulang. Tanpa sadar, aku menitikkan air mataku dan mengalir mulus diatas pipiku.

Jangan menangis...
Cepat-cepat aku menghapus air mataku dan kembali terlelap dalam alunan musik sendu





***

To be continue..

Don't forget, Vote and Share..









Thanks
-Alen Nara

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro