MPBB-01

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seluruh siswa STAR HIGH SCHOOL menyingkir melihat seorang most wanted berwajah dingin nan ketus itu, dia Gavino Agariansyah, mereka takut karena mereka selalu melihat sikap Gavino yang otoriter dan sesuka hatinya. Mengganggu nya sama saja mencari mati!

Gavin sangat bisa membuat setiap perempuan bertekuk lutut padanya dan memohon untuk menjadi pacarnya. Gavin juga bisa melakukan hal yang tak pernah orang duga jika ia berani mengusiknya, Gavin bebas melakukan apapun termasuk memaksa seseorang untuk menjadi pembantunya sekalipun.

Gavin berjalan tanpa mempedulikan orang-orang sekitar. Sepi senyap, itulah suasana disekitarnya sekarang. Ia tak peduli, toh itu juga bukan urusannya kan? Gavin adalah sosok pangeran berhati beku, dia tidak pernah mencintai orang lain setahun belakangan ini. Dia bahkan jauh, sangat jauh dengan keluarganya, meskipun tinggak satu rumah, ia seakan tidak di anggap.

"Ga!"

Teriakan dari kejauhan itu menghentikan langkah Gavin, Gavin menoleh masih dengan gaya cool nya, orang yang memanggil nya adalah Gerald, Gerald Alexander Atmaja satu-satunya orang yang masih mau dan masih betah berteman dengan dirinya. Gavin melanjutkan langkahnya meskipun tidak secepat tadi, ia menunggu Gerald.

"Ga, lo ada masalah lagi sama Raffi?" tanya Gerald, Gavin menoleh, Gerald melihat jelas ada kerutan di kening Gavin, itu tandanya cowok itu memang tidak tahu apa-apa. "Raffi, dia mulai lagi kayaknya," katanya.

Gavin hanya mengangguk sekilas. Gavin tidak sadar dari arah samping seorang gadis berlari dengan sangat kencang.

Bruk!

"Sorry," ucapnya terdengar seperti cicitan.

Gavin menghela nafasnya gusar, "Kalo mau lari-lari di lapangan, udah tau ini koridor, masih aja lari-larian." ketusnya, gadis itu mendengus, Gavin menggeram untuk itu.

"Ketus banget sih lo jadi cowok!" ujarnya dan langsung berlari kembali meninggalkan Gavin yang masih terdiam meliat aksi gadis itu.

"Siapa?" tanya Gavin, Gerald yang tahu Gavin menanyakan siapa pun terkekeh.

"Alula." ujarnya, Gavin mengangguk sekilas dan melanjutkan langkahnya. Gerald tersenyum tipis, ia suka dengan sikap Gavin, Gavin yang cuek dan Gavin yang ketus dengan cewek-cewek yang mendekati nya. Gerald berpikir jika cowok juga pantas di kejar, bukan hanya mengejar saja, cowok juga nggak semurah itu.

"Ga? Jam Bu Lilis mau masuk?" tanya Gerald, Gavin mengedikkan bahunya. Ia tak tahu dan juga tak ingin merencanakan nya, kata orang sesuatu direncanakan bisa gagal. Gerald hanya mengangguk sekilas dan masuk ke dalan kelasnya.

Gavin memiringkan ponselnya, ia tengah bermain game di ponselnya, apalagi game yang ngetrend tahun ini kalau bukan Mobile Legend. Cowok itu asik dengan dunianya sendiri sampai-sampai tidak sadar jika guru sudah memasuki kelasnya.

"Gavin? Sedang apa kamu?" ujar Guru itu, Gavin menaruh ponselnya tanpa menjawab pertanyaan dari guru itu. Ia mengeluarkan bukunya dan ballpoint nya. Guru itu menerangkan materi, Gavin tak mendengarkan. Gavin selalu mengacuhkan guru-guru yang masuk ke kelasnya, padahal ia sudah kelas XII.

"Gavin? Kamu tidak mengerjakan apa yang ibu suruh tadi?" ujar guru itu, entah kenapa di kelas ini selalu saja dirinya yang menjadi sorotan. Gavin membuka buku paketnya dan mengerjakan apa yang diperintah guru itu.

_____

Di kantin, Gavin dan Gerald duduk di tempat biasa ia tempati. Sebenarnya kantin penuh, hanya saja apa sih yang tidak untuk mereka? Gavin melarang siapapun duduk di kursi yang biasa ia tempati meskipun Gavin belum datang.

Lain hal nya dengan di koridor, kedatangan Gavin malah mengundang jeritan adik-adik kelasnya. Ia hanya acuh menanggapinya, ia memesan makanannya. Hanya butuh 5 menit saja ia menunggu, pesanannya sudah di siapkan. Gavin mengerutkan keningnya saat seorang gadis yang tadi menabraknya kini tengah membawa nampan pesanannya.

"Beralih profesi, Al?" ledek Gerald, Gavin mengrenyit, Gerald mengenal gadis itu? Gavin melihat gadis itu memberikan tatapan tajam untuk Gerald, sedangkan Gerald hanya terkekeh pelan.

"Sini, makan!" ujar Gavin membuat gadis itu membelalakkan matanya.

"Eumm... Eng.. Enggak, gue udah ada makanan gue sendiri. So, gue nggak bisa." ujar Alula hampir saja gadis itu akan pergi, Gavin menarik lembut tangannya dan Alula duduk di sampingnya. Gerald melemparkan senyuman jahilnya, Gerald tahu gadis itu tengah mengumpat di dalam hatinya.

"Gue ke toilet dulu," ujar Alula, Gavin tahu pasti gadis itu akan kabur. Meskipun begitu, Gavin tak melarang nya lagi. Gavin juga tidak ingin berurusan dengan seorang gadis. Gerald memakan makanannya sesekali membalas pesan dari kekasihnya yang saat ini tengah LDR.

"Ga, kayaknya Netta nggak bakal balik lagi ya? Dia lost contact gitu, aneh sih. Perasaan dia cinta banget sama lo." ujar Gerald.

Gavin mengedikkan bahunya acuh, "Gue nggak mau bahas itu, males." ujar Gavin, Gerald mengangguk singkat.

Selesai makan, Gavin meminum minuman nya dan pandangannya terfokus pada seorang gadis yang tengah menikmati makanannya. Biarlah, dirinya tidak ingin berurusan dengan gadis itu, hanya saja matanya berbeda, matanya selalu ingin terfokus pada dia.

"Ga? Ke kelas?" tawar Gerald, Gavin mengangguk. Ia tak ingin terus-terusan menatap gadis itu, ia langsung berdiri dan keluar dari kantin. Gavin masih dengan wajah datarnya, ia melangkah menuju rooftop. Sebelum nya ia sudah berpamitan pada Gerald.

Gavin melemparkan ponselnya ke kursi empuk yang berada di rooftop, ia mengacuhkan panggilan masuk dari orang tuanya. Sudah beberapa kali Mama nya menghubungi nya, namun tak kunjung ia angkat.

Menurut Gavin, mengangkat sama saja menambah rasa sakit hati. Mending tidak usah sekalian, itulah pikirnya. Gavin membuka pesan yang masuk ke dalam ponselnya, Mama nya mengatakan bahwa ini penting dan Gavin harus mengangkat panggilan nya.

Detik selanjutnya ada panggilan masuk dan tanpa sengaja ia menggeser tombol hijau membuat ia terpaksa mengangkat panggilan itu.

"Ga, Vanno nggak pulang. Kamu tahu keberadaan nya?"

"..." ini yang tak Gavin suka dari orang tuanya, selalu Vanno, Vanno dan Vanno yang mereka katakan, padahal Vanno bukanlah anak kandung mereka.

"Aga? Kamu masih disana kan?"

"Hm."

"Kamu tau kan keb-"

Tut!

Gavin memutuskan panggilan itu, masa bodo ia akan dijuluki anak durhaka, ia hanya tidak ingin berkata kasar pada orang tuanya karena ia kesal. Orang tuanya hanya mementingkan Vanno, hanya Vanno bukan Gavin apalagi Aga. Gavin dan Aga adalah orang yang sama, Gavin selalu sakit hati di rumah jika orang tuanya memanggilnya 'Gavin' bukan 'Aga'.

Gavin bukan anak kesayangan lagi setelah hadir nya Vanno, Vanno yang saat itu masih kecil hanya diam saja saat Mama dan Papa Gavin mengadopsinya. Vanno malah sangat tidak tahu sikap Gavin yang tidak menyukainya.

Gavin rindu saat-saat dipeluk oleh Ibu nya, dulu Gavin adalah seseorang dengan pribadi yang terbuka, namun sekarang ia seperti menghilangkan pribadi itu dan menjadi introvert. Itu karena Ibu nya lebih memilih mendengarkan ocehan Vanno ketimbang dirinya, sakit? Ya itu pasti. Siapa anak yang tidak sakit dengan hal itu?

Pada akhirnya Gavin tersadar jika ia tidak mungkin berlarut-larut menjadi seperti ini. Ia harus bangkit meskipun bukan dengan sifat Gavin yang sebenarnya.

_____

My Possesive Bad Boy New version akhirnya publish juga!!! Siapa yang kangen Aga-Alula? Uh, disini mereka kembali hadir.

Vote+comments yaaa...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro