MPBB-02

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Seorang gadis tengah berbincang bersama sahabatnya, sahabat laki-laki satu-satunya yang ia punya selama ia bersekolah di STAR HIGH SCHOOL. Gadis itu memekik saat sahabatnya mengeluarkan plastik yang berisi hewan yang menurut Alula menjijikkan. Cicak.

"Al!" panggil Azam, Alula menggeleng dan berlari keluar kelas, Azam mengejarnya, dia hanya ingin mengatakan pada Alula jika dia sudah tidak memegang cicak itu. Namun, Alula tetap berlari, hingga gadis itu menabrak seorang Gavino.

Bruk!

"Sorry," ucap Alula, gadis itu memang takut pada orang yang satu itu. Alula mendengar Gavin menghela nafasnya gusar, "Kalo mau lari-lari di lapangan, udah tau ini koridor, masih aja lari-larian." ketus Gavin, Alula itu mendengus, Gavin menggeram untuk itu. "Ketus banget sih lo jadi cowok!" ujar Alula. Gadis itu menggerutu karena sikap Gavin, kapan si Es itu mencair? Ketus dan menyebalkan.

Alula mendengus saat melihat Azam berdiri dengan santai nya di pintu kelas, Alula melirik Azam sinis. Ia berjalan mendorong Azam, "Minggir!" ujarnya dan melewati Azam, Azam hanya terkekeh pelan melihat hal itu. Azam menghampiri Alula yang sudah tidak mau menatap wajahnya lagi.

"Gue minta maaf deh, Al. Gue janji traktir lo, gue tau kok lo lagi nggak ada uang cash. Gue traktir, tapi lo maafin gue ya?" ujar Azam, Regina yang duduk di samping Alula pun menyenggol Alula. "Lumayan kan, Al."

Alula mengangguk, "Oke, gue nggak suka diPHPin ya, dan sekarang kita ke kantin." ujar Alula, Azam mengangguk, Regina juga ikut mereka ke kantin. Alula berjalan dengan santai, ia sudah melupakan kekesalan nya pada Azam. Mereka sampai di kantin dan memilih untuk duduk.

Alula memilih untuk memesan makanannya, Azam dan Regina menunggu Alula di tempat duduk mereka. Alula memesan makanannya, "Al, Ibu minta tolong. Kamu bisa antarkan ini ke meja Gavin tidak? Atau ke mejanya Dicky?" ujar pemilik kantin, Alula menggaruk pipinya yang tak gatal.

"Nanti pesanan kamu langsung Ibu antar." ujar ibu kantin, Alula mengangguk ragu. "Antar ke meja Gavin aja, Bu." ujar Alula, Ibu kantin itu mengangguk. Sebenarnya Alula tidak ingin memilih, ia sangat tahu dan paham siapa Gavin dan Dicky. Gavin cowok yang seperti beruang kutub dan Dicky si cowok playboy yang suka tebar pesona.

Ia menghampiri meja yang terdapat Gavin dan Gerald. "Beralih profesi, Al?" ledek Gerald, Alula melihat Gavin mengrenyit, Gerald hanya terkekeh, itu yang Alula lihat. "Sini, makan!" ucapan Gavin membuat Alula membelalakkan matanya.

"Eumm... Eng.. Enggak, gue udah ada makanan gue sendiri. So, gue nggak bisa." ujar Alula yang akan melangkahkan kakinya namun langkahnya terhenti saat Gavin menarik tangannya pelan dan akhirnya Alula duduk di samping cowok itu. Alula melihat Gerald yang melemparkan senyuman jahilnya.

"Sialan, apalagi coba. Mana gue deg-degan lagi."

"Gue ke toilet dulu," ujar Alula, Gavin mengangguk membuat Alula menghembuskan nafasnya lega. Ia kembali ke meja yang terdapat Azam dan Regina. Azam mengerutkan keningnya, "Kenapa?" tanyanya, Alula menggeleng dan meminum minuman miliknya.

_____

Alula menghembuskan nafasnya pelan, sudah satu jam lebih ia menunggu supir yang akan menjemputnya. Namun tak kunjung datang juga, Alula menerima panggilan masuk.

"Non, Bapak ndak bisa jemput cepat. Maaf ya Non, mobilnya mogok."

"Oh, iya Pak. Nggak apa-apa kok." ujar Alula, ia menutup panggilan itu dan mendengus pelan, ia memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. Ia mengurungkan niatnya untuk melangkah saat sebuah mobil menghalangi nya.

"Alula?" ujarnya, Alula membelalakkan matanya, ia melihat seorang Dicky Prayoga tengah berdiri di hadapannya. Alula hanya diam saja, Dicky tersenyum, Alula akui senyuman Dicky memang mempesona namun penilaian itu hancur saat tahu reputasi Dicky sebagai playboy.

"Mau bareng? Udah sore," ujarnya, Alula berpikir, ia memikirkan resikonya jika ia ikut dengan Dicky. Alula melihat Dicky terkekeh,"Gue nggak bakal macam-macam kali, Al. Gue juga tahu mana yang harus gue macam-macamin, atau enggak."ujar Dicky, Ia membukakan pintu mobil untuk Alula.

"Gue janji deh, bunuh gue kalo ngelakuin hal yang aneh-aneh."

Alula hanya mengangguk dan masuk ke dalam mobil Dicky, Dicky tersenyum dan langsung memasuki mobilnya dan duduk di kursi kemudi serta menjalankan mobilnya menuju rumah Alula.

Seorang cowok menatapnya dengan geram, dari pertama ia melihat gadis itu. Dia mengklaim gadis itu sebagai gadis-nya, bukan gadis orang lain. Dia Gavin.

____

Gavin mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, ia tidak memedulikan umpatan orang-orang terhadapnya. Ia hanya ingin pulang dan menghabiskan waktunya di dalam kamar, hanya itu saja.

3 menit kemudian...

Gavin memarkirkan motornya di garasi, ia melihat mobil Mama dan Papanya. Gavin menghela nafasnya pelan, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Mama dan Papanya langsung menoleh ke arahnya.

"Kamu lihat Vanno?"

"Nggak." jawab Gavin acuh dan melangkah menuju kamarnya. Ia mendengar Mama dan Papa nya membicarakan nya namun ia tidak peduli. Ia membuka pintu kamarnya dan melemparkan tasnya ke atas king size nya dan melepaskan sepatunya.

Ia membuka laptop nya, dan menutupnya kembali. Ia merasa sangat lelah hari ini, entah karena apa, intinya ia sangat lelah. Ia mencoba memejamkan matanya barang sejenak.

Mata Gavin membuka kembali saat ketukan yang terdengar seperti gedoran itu mengganggu pendengaran nya. Ia tahu siapa yang mengetuk pintu kamarnya, siapa lagi kalau bukan Papa dan Mama nya.

"Gavin? Apa kamu tidak memikirkan adik kamu? Dia tidak pulang!" ucapan itu terdengar sedetik setelah Gavin membuka pintu kamarnya. Gavin hanya menunjukkan tampang tak pedulinya.

"Tidak."

Jawaban itu membuat Mama dan Papa nya menatapnya tak mengerti, "Papa heran sama kamu! Kenapa kamu jadi seperti ini? Seperti nya kamu salah pergaulan." ujar Papanya, Gavin hanya diam saja.

"Gavin?! Sebaiknya kamu cari Vanno, dia adik kamu!"

Mama dan Papa nya yang hendak berbalik pun mengurungkan niatnya saat Gavin bersuara, "Kenapa Mama dan Papa lebih peduli sama Vanno daripada Gavin? Gavin tahu Gavin udah besar, tapi Gavin juga masih butuh bimbingan dari kalian,"

"Tapi, apa yang kalian fikirkan? Hanya kerja, kerja, kerja dan Vanno saja! Jangan salahkan Gavin!" lanjut Gavin dan menutup pintu kamarnya dengan kencang.

Afran saling pandang dengan Mia, Mia menunduk dengan sedih,"Ini salah aku, Pa. Kita yang membedakan mereka. Maaf."ujar Mia, Afran tak menyahuti ucapan istrinya, ia hanya menatap nyalang pintu kamar putranya.

_____

Vote+comments ditunggu loh yaa...
Silahkan yang mau nanya..

1.

2.

3.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro