MPBB- 15

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Gavin memarkirkan motornya di parkiran sekolahnya, melepaskan helm nya dan berjalan di koridor menuju kelasnya. Beberapa siswa menatapnya secara terang-terangan, sayangnya Gavin tidak mempedulikan tatapan-tatapan mereka.

Kalo Gavin tahu, marah kali yaa

Lagian Alula nya juga sih, ganjen.

Udah tau punya cowok, masih aja deketin cowok lain.

Gavin sedikit mengerutkan keningnya, ada apa sebenarnya? Kenapa mereka membicarakan Alula? Ada apa? Gavin menuju kelasnya, tatapan teman-teman kelasnya membuatnya menaruh tasnya kasar. Gerald menghampirinya, "Ga, lo udah tau?" tanya Gerald, Gavin mengangkat sebelah alisnya.

Gerald menghela nafasnya pelan, "Tadi, Alula berangkat bareng Dicky, dan seantero sekolah pada heboh." ujar Gerald, Gavin mengetatkan rahangnya. Gerald menatap Gavin yang sudah marah itu, ia tahu hal ini akan terjadi. "Kalo lo mau marah, tanya baik-baik dulu sama Alula, Ga. Gue nggak mau lo salah paham." ujar Gerald.

Gavin langsung beranjak, entah dia akan mendengarkan ucapan Gerald atau tidak. Gavin menuju kelas Alula dengan kilatan marah pada wajahnya, siapapun akan tahu jika hanya melihat wajah Gavin. "Alula, dia di dalam?" tanya Gavin pada beberapa orang yang tengah duduk di depan kelas.

"Iya, mau gue panggilin?"

Gavin hanya mengangguk tanpa mengucapkan kata apapun. Gavin menunggu Alula di depan kelas, tepatnya di pojok yang jauh dari teman-teman Alula. Gavin merasakan bahunya di tepuk, ia berbalik dan melihat seorang gadis dengan senyuman manisnya. Gavin menghela nafasnya pelan, ia ingin marah namun rasanya tidak tega melihat senyuman itu.

"Ga, ada apa?" tanya Alula, Gavin menatap Alula datar. Alula mengerutkan keningnya melihat wajah Gavin yang terlihat tak bersahabat itu. "Kamu marah?" tanya Alula, Gavin mengangkat sebelah alisnya,"Marah? Atas dasar apa aku marah?"

"Tadi, aku bareng Dicky berangkatnya. Kamu pasti udah tau kan? Kamu marah?" tanya Alula, Gavin menghela nafasnya pelan dan berbalik membelakangi Alula. "Aku ngerasa, kamu nggak ngehargai aku sebagai pacar kamu. Buat apa kamu berangkat sama orang lain kalo aku aja berangkat sendiri, kamu bisa ngomong sama aku."

"Aku perempuan, Ga. Nggak selamanya bisa minta ini minta itu sama kamu, nggak bisa. Semua itu ada batasannya, tidak semua hal bisa aku bilang sama kamu." ujar Alula, Gavin terdiam. "Aku memang terlalu bodoh jika menyangkut soal pacaran, pada dasarnya aku hanya ingin kamu tahu sendiri apa yang harus kamu lakukan dan apa yang harus aku lakukan." ujar Alula, Gavin lagi-lagi hanya terdiam. Gavin tahu, Alula tengah membahas tentang kepekaan nya.

Gavin merasakan jika Alula pergi, Gavin menghela nafasnya pelan dan melangkahkan kakinya untuk kembali ke kelasnya. Jika seperti ini, apakah ia harus meminta maaf?

____

Alula duduk di kursinya, ia menghela nafasnya pelan, hanya permasalahan kecil yang di besar-besarkan. Regina melihat Alula yang seperti tengah gelisah,"Ada masalah?"tanya Regina yang dibalas helaan nafas dari Alula.

"Tentang Kak Gavin?" tanya Regina, Alula mengangguk, "Lo nggak ada ngejelasin apa-apa?" tanya Regina yang dijawab anggukan Alula. Regina mengangguk pelan,"Seharusnya lo kasih penjelasan sama Gavin,"ujar Regina, Alula mengangguk membenarkan.

Alula melipat tangannya diatas meja dan menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya itu. Terkadang ia lelah dengan hubungan bernama pacaran, ternyata sangat rumit.

Regina berdehem pelan, "Kak Gavin, dia itu posesif... Karena dia nggak mau kehilangan lo, dia sayang banget sama lo, percaya sama gue." ujar Regina, Alula mendongak menatap Regina,"Ya gue tau, tapi itu buat gue kesel tau nggak? Kadang-kadang dia lembut, kadang-kadang nyebelin. Itu semua bikin gue bingung, sebenarnya dia itu beneran atau cuma main-main."

Regina melirik orang yang baru saja datang, dan Alula fokus di ponselnya, dia Gavin. Alula kembali menelungkupkan wajahnya ke dalam lipatan tangannya, ia tidak sadar Gavin memperhatikan nya. "Al," ujar Regina, Alula hanya berdehem malas. "Alula!" panggil Regina lagi, Alula mendengus, "Gue ngantuk," gumam Alula masih pada posisinya.

"Alula! Lo nggak pulang?" tanya Regina tak menyerah, "Nanti, lima menit lagi." ujar Alula, sekolah membubarkan siswa-siswi karena akan diadakan rapat. "Gue ke toilet dulu bentar, ya? Sama Indah," ujar Regina, Alula hanya berdehem mengiyakan.

5 menit...

Hening.

Alula mendongakkan kepalanya dan menoleh ke arah samping, ia melihat Gavin yang tengah duduk santai di sampingnya sambil memainkan ponselnya. "Ngapain kamu disini?" tanya Alula, Gavin memicingkan matanya,"Loh, ini masih sekolahan aku juga kok."

"Ya nggak di samping aku juga kali."

Gavin terkekeh pelan, "Ngantuk?" tanya Gavin, Alula mengambil ponselnya di laci dan membukanya. Gavin merebut ponsel itu membuat Alula menggeram kesal, "Balikin," ujar Alula, Gavin menggeleng dan mengambil tas Alula. "Kita pulang, sekarang!" ujar Gavin berdiri dan melangkah membawa tas Alula.

Alula mengikutinya dari belakang, "Ga, balikin dulu." pinta Alula yang tak di hiraukan Gavin, Gavin terus berjalan dengan Alula yang mengikutinya. Alula menyerah, ia hanya pasrah mengikuti Gavin. Gavin menoleh ke belakang, "Kamu ngapain jalan di belakang?"

Alula memutar bola matanya malas,"Terserah aku lah,"ujar nya, Gavin menggeleng kecil. Kenapa Alula sangat menggemaskan? Gavin terkekeh pelan dan melanjutkan langkah nya. Alula yang kesal pun menghentakkan kakinya, Gavin menoleh dan mengerutkan keningnya, "Kamu kenapa?"

"Bodo." ketus Alula dan langsung pergi melewati Gavin yang menatapnya tak percaya, Gavin segera menyusul Alula yang sepertinya kesal itu.

___

"Gavin!" teriak Clarissa dan menghampiri Gavin yang sedang berbicara dengan seseorang, Clarissa melihat jika orang itu pergi menjauhi Gavin. Ini adalah kesempatan nya untuk berbicara pada Gavin, "Gavin," ucapnya saat ia sudah berada di depan Gavin.

"Apa?"

"Lo maafin gue kan?" tanya Clarissa dengan nada pelan, Gavin menoleh dan tersenyum sinis,"Maafin? Pernah punya salah apa ya? Gue nggak kenal lo," kata Gavin dan hendak melangkahkan kakinya menjauh dari Clarissa. Clarissa merasakan hatinya berdenyut sakit, "Gavin, gue mohon."

Gavin tak mempedulikan itu semua, ia seakan tuli mendengar panggilan dari Clarissa, "Gue ngelakuin itu semua karena gue sayang sama lo! Gue cinta sama lo!" ujar Clarissa yang tak mungkin di dengar Gavin. Tanpa Clarissa sadari, seorang gadis mendengarkan itu semua.

___

Hai, gue update... Vote dan comments jangan lupa!!!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro