MPBB - 19

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Warning!!

Di baca setelah buka puasa bagi yang menjalankan nya.

***

Mulai dari kemarin, Gavin benar-benar melarang Alula untuk dekat dengan cowok manapun. Semakin hari, tingkah Gavin semakin seenaknya, mulai dari melayangkan tinjuannya untuk cowok yang bertanya kepada Alula sampai berkelahi dengan Dicky yang saat itu berdiri di samping Alula.

"Kamu makin hari, makin sinting tau nggak?!" ujar Alula yang tengah mengobati Gavin.

Gavin hanya diam saja, itu sudah biasa Ia lakukan. Sekali-kali ia berkelahi dengan musuhnya, tidak apa-apa bukan? Itulah pikir Gavin, ia tidak tahu jika berkelahi dengan Dicky membuat hati gadis yang ia cintai terluka.

"Buat apa sih kamu berantem sama Dicky? Nggak ada artinya tau nggak!" ujar Alula, Gavin hanya diam saja.

Alula menghela nafasnya pelan, entahlah hari ini ia benar-benar lelah dengan sikap Gavin.

"Buat kamu itu nggak ada artinya, buat aku ada, Al." Ujar Gavin sangat-sangat membuat hati Alula seperti teriris, "Dia lebih dari musuh, aku benci dia. Aku nggak mau kamu deket sama dia."

Mata Alula berkaca-kaca, "Kamu bilang kayak gitu karena Dicky pernah rebut pacar kamu kan?" ujar Alula yang memperhatikan Gavin yang masih menunduk mengusap lukanya.

"Kamu benci sama dia karena hal itu kan?" ujar Alula lagi, Gavin mendongak dan tatapannya bertemu dengan manik mata Alila yang sudah berkaca-kaca.

Gavin tertegun, "Al, kamu-"

"Kalo kamu benci Dicky karena hal itu, itu artinya kamu masih mencintai Netta."

Tes!

Setetes air mata lolos dari mata Alula selesai mengatakan hal itu, "Kamu anggap aku apa, Gavin? Kamu masih mencintai dia, tapi kenapa kamu seolah-olah sangat-sangat mencintaiku!" ujar Alula dan segera berlari keluar dari UKS.

***

"Alula!"

Alula tak memperdulikan teriakan dari teman-teman sekelasnya, ia langsung pergi dari kelasnya dengan membawa tasnya, katakanlah ia cengeng. Ia langsung menghubungi Adrian untuk segera menjemputnya.

Adrian adalah sepupunya, dan Adrian dengan senang hati menjmput sepupu yang jarang ditemui itu. Alula mengusap pipinya yang basah karena air mata. Hanya butuh waktu 5 menit untuk menunggu Adrian.

"Langsung pulang ya, Yan."

Adrian menatap Alula bingung, "Sebenarnya lo kenapa sih, Al? Lo abis nangis kan? Siapa yang buat lo nangis?" tanya Adrian, Alula menggeleng tak menjawab.

"Gue lagi nggak mau bahas itu, dan gue mau pulang sekarang juga!"

Adrian terkekeh dan mengangguk pelan, "Ya udah, jangan marah-marah.. Gue bakal anter lo pulang." Ujar Adrian, Alula hanya diam saja menatap ke jalanan.

Alula manatap jalanan yang cukup lengang, entah karena masih jam kerja atau apa, jika saja ini macet mungkin Alula akan memaki Adrian yang tengah mengendarai mobilnya.

"Adrian, sialan!" maki Alula membuat Adrian menoleh bingung. "Kenapa cowok itu sama aja!" pekik Alula, Adrian mengerutkan keningnya.

"Lo kenapa sih, Al? Ada masalah sama cowok lo?" tanya Adrian, Alula mengambil tangan Adrian dan meremasnya dengan gemas, "Al, lo kenapa coba, sakit bege."

Alula menghempaskan badannya,"Nggak tau ah, gue kesel." Ujarnya kesal. Adrian menggelengkan kepalanya pelan.

"Pacar lo nelepon tuh, nggak mau lo angkat?" ujar Adrian, Alula melirik ponselnya yang tergeletak di kursi. "Lo kenapa sih Al? Heran gue, setau gue lo itu orangnya kalem, kok jadi gini?"

"Diem elah, capek gue jadi-"

CITTTT!!!

"Adrian!" pekik Alula kesal, ia tidak tahu bahwa di depannya ada sebuah mobil yang mencegat laju mobil Adrian.

"Alula, liat tuh di depan." ujar Adrian membuat Alula melihat arah yang ditunjukan Adrian. Alula membelalakkan matanya, bukankah itu mobil Gavin?

Alula menahan nafasnya saat Gavin keluar dari mobilnya dan menghampiri mobil Adrian.

Adrian membuka pintu mobil begitupun Alula, gadis itu membuang muka saat Gavin menatapnya, Adrian hanya menatap mereka secara bergantian dengan bingung.

"Selesaikan dulu masalah lo, Al. Gue tunggu di mobil," kata Adrian dan melangkah kembali masuk ke dalan mobil.

Gavin melangkah mendekati Adrian, mengabaikan Alula yang berdiri di samping mobil. "Lo pulang aja dulu, gue yang bakal anterin Alula pulang. Nggak usah khawatir," katanya. Adrian mengangguk dan langsung menjalankan mobilnya.

"Ikut aku."

***

"Ikut aku."

Alula tersadar saat Gavin menggenggam erat tangannya, gadis itu masih tak bergerak sama sekali. Ia memekik saat tubuhnya melayang, Gavin mengangkat tubuhnya.

"Gavin turunin!"

Setelah sampai di mobil, Gavin langsung menurunkan Alula di kursi samping kemudia dan segera menutup pintu nya. Cowok itu berlari menuju pintu kemudi dan duduk di kursi itu.

"Kamu tau Netta dari mana?"

"Bukan urusan kamu!"

Gavin memegang pundak Alula dan memutarnya membuat Alula berhadapan dengannya, "Aku wajib tau, ini menyangkut hubungan kita. Kamu tau Netta dari mana?"

"Dicky? Atau Clarissa?" tanya Gavin membuat Alula merasa dipojokkan, Alula bahkan sekarang sudah menunduk lantaran takut dengan tatapan tajam Gavin. "Al, Netta itu sebagian masa lalu yang nggak penting bagi aku. Maka nya aku nggak pernah cerita sama kamu."

"Bagaimanapun dia pernah jadi orang spesial di hati kamu, Ga. Dan aku harus tau! Sebab, sesuatu hal sekecil apapun di masa lalu bisa merusak apa masa depan yang sudah tertata rapi."

"Dia nggak penting."

"Lalu, kenapa kamu masih enggan berbaikan dengan Dicky? Bukannya Netta nggak penting? Gimana kalo dia datang dan bilang sama aku kalo kalian belum putus? Aku harus percaya atau enggak?"

"Al-"

"Aku harus percaya atau enggak, Ga? Jawab aku!"

Gavin menatap lekat wajah Alula, tidak ada isakan dari bibir gadis itu, hanya ada air mata yang meleleh dari mata cantik Alula. Gavin mengusap bulir-bulir bening yang jatuh di pipi gadisnya, "Percaya sama Aku, Al."

"Aku harus percaya sama kamu, di sisi lain kamu nggak terbuka sama aku. Apa yang harus aku lakukan, Ga?" tanya Alula lirih, "Aku capek kalo harus kayak gini."

"Kamu anggap aku apa?" pertanyaan Alula membuat Gavin terdiam, Alula menatap Gavin dengan tatapannya. Gavin menghela nafasnya pelan dan itu tidak lepas dari tatapan Alula.

"Kamu itu masa depan aku, Al. Sampai kapanpun, hubungan kita nggak akan pernah berakhir. Kamu adalah ibu dari anak-anak kita, kita harus percaya satu sama lain. Aku nggak akan pernah izinin siapapun merusak hubungan kita, aku akan memberi pelajaran kepada siapapun yang berani merusak hubungan kita. Termasuk Netta."

Alula hanya diam memperhatikan wajah Gavin yang tengah serius mengatakan hal itu, jika saja sekarang Alula tidak sedang kecewa dengan Gavin, mungkin gadis itu akan dengan senang hati menerima ucapan Gavin yang terdengar manis.

Gavin menangkup wajah Alula, Alula hanya diam saja. Cowok itu menatap lekat bibir pink gadis yang ada di hadapannya. Alula sedikit was-was dengan hal itu, hingga akhirnya sesuatu yang panas dan basah menempel sempurna di bibirnya.

Gavin mengambil first kissnya!

***

Lama nggak update, akhirnya update juga.
Sebenarnya udah agak gimana nulis part ini, tapi gue harus selesaikan cerita ini.

Yang bingung dengan cerita ini, silahkan bertanya lewat instagram gue

29verraw_

Semua pertanyaan bakalan gue jawab kok, tenang aja. Minta follback? Ask aja.

Btw, yang tanya part 18 nya mana? Udah dipublish, hanya saja di privat! Hanya followers yang dapat melihat. Sudah tahu cara buka part yang di privat kan?

Kalo belum tau, langsung ask aja ke gue.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro