MPBB - 18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Typo bertebaran....

***

Gavin merasa ada jarak pemisah antara dirinya dan Alula sejak pesta pernikahan Regga dan Thalita. Alula seperti menghindarinya entah karena apa, padahal ia sudah memberitahu kebenarannya pada Alula, dan gadis itu juga sudah percaya padanya.

"Ga, lo kenapa sih, dua hari ini lo aneh tau nggak?" ujar Gerald yang merasakan perubahan pada sahabatnya itu. Gerald menyentuh pundak Gavin yang tidak bergeming.

Gavin menghela nafasnya pelan, "Abis ini gue mau pulang, gue nggak bisa ikut nonton tanding basket,"ujarnya, Gerald hanya mengangguk pelan.

Gavin mengambil tasnya dan segera melangkah menuju kelas Alula, sebelum ia benar-benar sampai di kelas Alula, satu pesan masuk dari Alula.

Aku mau nonton pertandingan, kalo kamu mau pulang, duluan aja.

Gavin menghela nafasnya pelan, ia ingin pulang, hanya saja ia harus mengawasi Alula. Sebut saja dia posesif, itu semua semata-mata hanya tidak ingin kehilangan Alula.

Gavin langsung menghubungi Gerald, ia mengatakan jika Gerald harus menunggunya karena ia akan menonton. Gavin berjalan cepat ke arah lapangan basket, entahlah tiba-tiba perasaannya menjadi gelisah.

Gavin melihat Alula yang tengah bercanda bersama teman-temannya, Alula duduk di samping Vanno membuat hatinya seakan diremas tangan tak kasat mata. Apalagi gadis itu tersenyum ke arah Vanno dengan tulus.

"Vanno, kalo lo menang gue traktir. Beneran deh." Samar-samar Gavin mendengar Alula mengucapkan hal itu.

"Gue juga ya kan, Al?"

"Nggak ya, Cuma Vanno!"

"Ah, bilang aja lo pengen berduaan sama Vanno!"

"Haha... Bener juga lo." Cukup sudah, Gavin tak mau mendengar celotehan tidak bermutu teman-teman Alula itu. Gavin melangkah mendekat ke arah Gerald.

"Ga, katanya kalo lo mau ikut juga boleh. Sekolah sebelah pada bawa kelas dua belas." Ujar Gerald, Gavin menggeleng tanda tak mau. Ia tak mau ikut campur, sudah cukup dua tahun ia memenangkan pertandingan basket untuk sekolahnya.

"Lo nggak mau karena Alula?"

Gavin meggeleng, "Bukan, bukan karena siapa-siapa. Gue Cuma mau kasih kesempatan mereka buat memenangkan pertandingan ini tanpa ikut campur dari kita."

Gerald mengangguk mengerti, ia menaruh tasnya di kursi yang ada disana dan duduk dengan tenang karena pertandingan akan dimulai 5 menit lagi.

Gavin hanya diam memperhatikan tim sekolahnya yang sedang bertanding sesekali memperhatikan Alula yang fokus pada ponselnya seraya tersenyum-senyum.

Gavin mengirim pesan pada Alula, Gavin menghela nafasnya pelan saat melihat Alula memasukkan ponselnya  ke dalam tas dan memfokuskan dirinya untuk menonton pertandingan.

"Lo ada masalah sama Alula?"tanya Gerald, Gavin hanya menghela nafasnya tidak menjawab. Gerald hanya diam saja, ia tak mau mengusik Gavin yang kini tengah mengepalkan tangannya melihat seorang laki-laki mendekati Alula.

***

Alula memasukkan ponselnya setelah mendapat pesan dari Gavin, ia tak membenci Gavin, ia juga tak marah pada cowok itu. Hanya saja ia butuh waktu, butuh waktu untuk memahami perasaannya pada Gavin dan perasaan Gavin padanya.

"Alula?" pangil seorang cowok yang baru saja tiba di tempatnya, Alula mnoleh mencoba mengingat siapa cowok itu. "Gue Avian, kalo lo lupa."

Alula tersenyum, "Ah, iya... Sorry, gue pelupa."

"Gue bisa ngomong sama lo nggak? Sebentar." Ujarnya, Alula mengangguk dan menitipkan tasnya pada Regina yang duduk di sampingnya. Avian mengajak Alula menjauh dari lapangan karena berisik.

Alula duduk di kursi yang ada di koridor, Avian duduk di sampingnya, "Gue mau ngasih ini sama lo," Alula menerima sebuah kotak berwarna cokelat muda.

"Apa, ini?" tanya Alula.

"Itu bukan dari gue, itu dari nyokap gue." Ujar Avian, Alula mengerutkan keningnya bingung. Bukankah ia tidak pernah bertemu dengan Ibu Avian? Kenapa Ibu Avian malah mengiriminya hadiah? Pikirnya.

"Nyokap?"

Avian mengangguk pasti, "Nyokap gue liat lo waktu pesta kemarin, dan dia suka kayaknya sama lo, jadi dia nitip ini buat lo." Jelasnya, Alula mengangguk mengerti.

"Oke, tolong sampaikan ya... thanks," ujar Alula tersenyum, Avian mengangguk.

"Ya udah, gue balik ke sana dulu ya... good luck buat tim sekolah lo, mainnya keren." Ujar Avian, Alula mengangguk dan menatap pungggung Avian dan kotak yang diberikan Avian secara bergantian.

Alula kembali ke tempat duduknya, tetapi tempat duduknya di tempati Gavin yang sedang berdiri menggendong tasnya dan memegang tas Alula. Alula menghampirinya, "Ga, tas aku."

Gavin menoleh dan beranjak, ia melangkah dengan membawa tas Alula membuat gadis itu mau tak mau mengikutinya. "Kita pulang sekarang."

Alula mendengus, "Nggak mau!"

Gavin berdecak, "Kamu aneh tau nggak, kalo aku yang mau ngasih sesuatu ke kamu, pasti kamu tolak. Tapi, sekarang kamu malah dengan senang hati menerima pemberian orang yang baru kamu kenal."

Alula merebut tasnya dan melangkah meninggalkan Gavin, namun bukan Gavin namanya jika ia membiarkan Alula pergi dari hadapannya. Gavin menarik tangan Alula hingga gadis itu berada tepat di hadapannya dan hanya berjarak beberapa senti saja.

Alula memejamkan matanya saat merasakan tubuhnya ditarik seseorang. Ia berpikir ia akan jatuh, tapi ternyata tidak. Ia membuka matanya saat merasakapn wajahnya ditiup oleh seseorang.

Saat pertama kali Alula membuka matanya yang pertama kali ia lihat wajah Gavin yang sangat dekat, ia memundurkan wajahnya dengan tangan yang masih dipegang Gavin.

"Al, kamu jangan egois."

"Aku nggak egois, kamu yang terlalu berlebihan."

Gavin menatap Alula bingung, "Berlebihan bagaimana? Jelaskan sama aku, jangan cuma diem."

"Buat apa aku jelasin kalo ujung-ujung kamu nggak akan percaya." Ujar Alula membuat Gavin menatapnya kesal.

"Aku nggak percaya karena aku tahu kamu bohong." Ujar Gavin, Alula menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti.

"Ga! Kalo kamu nggak percaya sama aku, buat apa nerusin hubungan ini."

Deg!

Rasa sakit di hatinya menjadi bertambah saat ia mengucapkan hal itu, Alula hanya diam setelah merasa hatinya cukup sakit. Gavin hanya diam saja mendengar hal itu.

Gavin menatap nya tajam, ia langsung menarik tangan Alula. Alula hanya diam saja saat dirinya ditarik oleh Gavin.

"Al, aku nggak suka kamu deket sama cowok lain selain aku! Aku nggak suka akan hal itu!"

Gavin membuka pintu mobil dan Alula masuk ke dalamnya, Gavin duduk di kursi kemudi, "Kamu bisa nggak hargai aku sebagai pacar kamu!"

"Kamu egois!"

"Kamu nggak ngerti."

"Kamu yang nggak ngerti, Gavin!"

"Apa yang nggak aku ngerti?" tanya Gavin yang sekarang malah suaranya hampir tidak terdengar pertanda jika Gavin benar-benar lelah.

Alula hanya diam menatap lurus ke dapan menimbulkan keheningan di dalam mobil, Ia menghela nafasnya pelan, jika saja ia bisa menyuarakan seluruh perasaannya pasti ia akan menyuarakannya.

Gavin hanya diam memperhatikan jalan, ini pertama kalinya mereka ribut. Gavin memfokuskan dirinya ke jalanan.

"Kamu nggak ngerti, Ga. Setiap hubungan didasari rasa percaya, dan kamu sama sekali nggak pernah percaya sama aku. Dan rahasia,begitu banyak rahasia yang kamu simpan."

***

Setelah sekian lama tidak update, akhirnya update juga... huftt part ini awal dimulainya konflik dan part ini juga gue privat.

Vote and comments jangan lupa okeyyy....
See you...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro