MPBB- 21

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Alula menoleh ke arah dua boneka beruang yang baru saja hadir di kamarnya, kedua boneka itu duduk berdampingan di atas sofa, sedangkan dirinya menatap boneka itu dari king size nya. Kedua boneka beruang itu berbeda warna, yang satu berwarna putih dan yang satu berwarna hitam.

"Ayah tumben ngasih aku boneka warna hitam, nggak biasanya," gumam Alula, Ayahnya memang belum pulang. Hanya saja, sebuah kiriman paket untuknya yang mengatasnamakan Ayah. "Biasanya Ayah tau kesukaan aku," katanya bingung.

Tatapan mata gadis itu fokus ke arah boneka berwarna putih, boneka itu pemberian dari Gavin. Gavin lebih tahu warna yang ia suka, seketika sebuah hipotesis muncul di pikiran Alula, ini dari Ayah bukan sih?

"Alula, Sayang."

"Nak, Alula."

Alula langsung turun dari king sizenya saat mendengar Ayah dan Bundanya memanggilnya, ternyata mereka sudah pulang. Alula menuruni anak tangga, bahkan gadis itu sempat melompati dua anak tangga sekaligus.

"Al, hati-hati,ah. Jangan kayak gitu, kalau jatuh gimana?" omel bundanya, Alula menyengir lebar dan menyalami kedua orang tuanya secara bergantian, "Udah makan, Sayang?" tanya Bundanya, Alula menggeleng pelan.

"Kalo gitu, kita makan dulu yuk? Ayah bersih-bersih sana. Bunda mau masak dulu," kata Bundanya, Alula menerima kantong plastik yang diberikan Bundanya, "Kamu taruh di piring ya, Al. Itu makanan dari temen Bunda."

Alula mengangguk dan segera melaksanakan perintah dari Bundanya, Alula mengambil piring dan menaruh makanan itu di piring. "Bund, tadi ada kiriman paket boneka buat Al, ditulisannya si dari Ayah. Bener nggak sih Bund?"

"Ayah nggak pernah kirim kamu boneka kok, Al." Ayahnya menyahuti.

"Loh, terus dari siapa dong?"

"Bukannya tadi kamu keluar sama pacar kamu ya? Kali aja dari dia," kata Ayahnya yang membuat Alula menggeleng keras.

"Nggak mungkin, Yah. Aga udah kasih aku boneka juga, bentuknya sama tapi beda warna. Bahkan tadi juga yang nerima Aga," kata Alula menatap Bunda dan Ayahnya.

Mata Bundanya memicing saat menatap Alula, "Kamu pake kalung dari siapa, Al?" tanyanya, Alula meraba lehernya. "Coba Bunda liat," kata Bundanya dan melepaskan kalung Alula.

Bundanya terdiam cukup lama menatap kalung itu. Alula menegurnya, "Bunda? Nggak papa? Katanya mau masak."

"Delivery order aja biar cepet. Oh ya, Al. Ini hape buat kamu," kata Ayahnya menyerahkan paper bag yang berisi ponsel baru untuknya. Untung saja, tadi sore ia membantah Gavin agar tidak membelikannya ponsel, jika tidak ia akan memiliki dua ponsel.

"Makasih, Ayah."

***

Alula memperhatikan Bundanya yang sedang memakan makanannya, Bundanya lebih banyak diam setelah melihat kalung pemberian Avian yang ia pakai. Entah ada apa, Alula sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi.

"Al, dimakan dong, Sayang. Jangan cuma diliatin aja, habisin," tegur Ayahnya.

Alula hanya mengangguk mengiyakan teguran Ayahnya, gadis itu masih memikirkan wanita berhijab di depannya yang notabene nya adalah Bundanya.

15 menit kemudian...

"Alula ke atas dulu ya, Yah?" kata Alula, Ayah nya mengangguk pelan mengizinkan. Gadis itu segera berjalan ke arah tangga yang dapat membawanya ke lantai dua.

"Bunda, Bunda nggak boleh gitu di depan Alula. Dia nanti curiga, Bun." kata Azrial menatap istrinya dengan tatapan lembut.

Naila mengeluarkan kalung yang tadi ia dapatkan dari Alula,"Ini kalung keluarga kamu, Mas. Ini kalung saudara perempuan kamu, kenapa dia ngirim ini buat Alula?"

"Dia nggak mungkin mau ambil anakku kan, Mas?" kata Naila dengan lirih.

"Nai, kita harus jelaskan ini baik-baik sama Alula. Jangan sampai ini menyakiti anak kita, apapun keputusan Alula nanti, kita harus terima itu."

"Mas, Alula itu anak kita! Marisca nggak berhak merebut anak aku!"

***

Gavin sudah bertengger manis di depan rumah Alula, cowok itu duduk di kap mobil miliknya. Gavin sudah 10 menit menunggu gadis itu, entah kenapa Alula belum juga muncul.

"Aga!"

"Pagi, Al. Berangkat yuk?"

Alula mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobil Gavin. Gavin duduk di kursi kemudi dan langsung menjalankan mobilnya menuju sekolah mereka.

"Al?"

"Boneka yang kemarin, itu beneran dari Ayah kamu?" tanya Gavin, Alula menggeleng pelan menjawab pertanyaan dari Gavin. "Terus, dari siapa dong?"

"Aku nggak tau, Ga. Ayah nggak pernah kasih aku barang yang warnanya hitam, paling enggak ya warna cokelat. Aku nggak tau itu dari siapa, apa salah kirim kali ya?"

"Kalo salah kirim itu nggak mungkin, Al. Kurir nya bilang itu buat Alula, dan itu kamu kan? Aneh aja kalo bilang salah kirim."

Alula mengangguk setuju dengan pemikiran Gavin, "tau ah, pusing."

Gavin melirik Alula melalui ekor matanya, Alula tengah fokus di ponsel barunya,"tau deh yang hape nya baru."

Alula membuka salah satu aplikasi yang sedang nge-trend  akhir-akhir ini. Salah satu aplikasi yang dibenci Gavin, karena menurut Gavin orang yang bermain aplikasi itu sangatlah lebay. 

Gavin mendengar suara-suara yang dihasilkan aplikasi itu pun mendengus dan merebut ponsel Alula membuat gadis itu terkejut,"sejak kapan kamu main ginian? Lebay tau nggak!"

Gavin menekan lama logo aplikasi yang berwarna hitam dengan motif melodi di tangannya dengan tulisan tik tok di bawahnya. Gavin menyeret aplikasi itu ke tombol uninstall,  "awas kalo aku liat kamu main aplikasi itu, aku banting lagi hape kamu Al."

Alula merengut, "Dih, buat hiburan tau! Nggak asik banget sih kamu, Ga!" kata nya dengan kesal, Alula menerima lagi ponselnya yang diserahkan Gavin. "Vanno gimana kabarnya? Dia tiga hari nggak masuk, ya?"

"Dia lagi sakit, kenapa? Mau nengokin adik ipar?"

"Adik ipar?"

"Kan Vanno adik aku, jadi dia calon adik ipar kamu dong. Ya kan?"

"Ya ampun, itu masih jauh, Ga."

"Ya kalo mau deket ya dideketin lah, lulus SMA nikah yuk?"

"Ini bukan sinetron itu loh, Ga. Kamu pikir nikah itu gampang?!" kata Alula dengan kesal, Gavin memicingkan matanya.

"Kamu udah pernah nikah? Kok tau nikah itu nggak gampang?"

"Ih-"

CITTT!

Gavin menginjak remnya sekuat tenaga membuat Alula hampir terkantuk dashboard jika saja gadis itu tidak memakai seat belt.

"Ada apa sih, Ga?"

Gavin menoleh ke arah Alula,"Kamu nggak papa?" tanyanya yang dengan cepat diangguki Alula, Gavin melepas seat belt nya dengan kasar, cowok itu langsung membuka pintu mobil dan menguncinya langsung membuat Alula panik dibuatnya.

Alula memukul pintu mobil yang terkunci, memaksa dibuka hanya saja tidak bisa. Ia tersadar jika usahanya sia-sia pun duduk menatap lurus ke depan, Gavin tengah menunggu orang yang menghadang jalannya.

Alula hampir saja menjatuhkan ponselnya saat melihat siapa yang keluar dari mobil yang menghadang nya. Dia Andreas! Seorang Andreas mengendarai mobil BMW 730Li, harga mobil itu bukan main-main. Bukankah selama ini Andreas hanya owner dari sebuah Kafe yang tidak terlalu terkenal.

Alula mengamati mobil itu. Tunggu! Bukankah itu mobil yang pernah Ayahnya bawa pulang? Ayahnya mengatakan jika itu adalah mobil rekan kerjanya, kenapa sekarang dipakai Andreas? Jika kalian bertanya, Andreas adalah kakak angkat dari Alula. Hanya saja pria muda itu memutuskan untuk keluar dari keluarga Ayah Alula.

***

Gavin berdiri di depan mobilnya, cowok yang baru saja keluar dari mobilnya pun tersenyum mengejek ke arah Gavin. Gavin hanya diam saja memperhatikan tingkah songong cowok yang ada di hadapannya.

"Long time no see, gimana kabar lo? Btw, ada cewek lo kan? Mana coba, gue mau kenalan," katanya mencari-cari keberadaan pacar Gavin, cowok itu tahu siapa yang menjadi pacar dari kawan lamanya itu.

Gavin terkekeh,"buat apa? Nggak penting banget, ngenalin sama lo? Sorry yah, dia nggak bisa kenalan sama cowok brengsek kayak lo!" ujarnya tajam, Gavin menatap cowok itu dengan tatapan tak kalah mengejeknya. "Andreas... Andreas... Nggak bosan-bosannya lo ganggu gue, sebenarnya mau lo apa sih?"

"Gue tunggu di tempat biasa!"

Gavin memperhatikan cowok yang sudah melangkah meninggalkan nya, setelah itu Gavin langsung menekan tombol unlock pada kunci mobilnya. Cowok itu langsung masuk dan mengabaikan pertanyaan yang keluar dari bibir Alula.

***

Komen komen komen!

Vote vote vote!

Wajib pokoknya!

Bingung? Tanya tanya kuy

Instagram :

29verraw_

vee_ra29

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro